Gempa Guncang Cianjur
3 Jenazah dan 4 Korban Luka Pakai 1 Ambulans dari Cianjur ke Brebes, Alasan Keluarga: Biayanya Mahal
Semula keluarga berencana menggunakan tiga ambulans, tetapi dibatalkan karena tarifnya mencapai Rp 18 juta. Akhirnya cuma 1 ambulans.
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, BREBES - Tujuh warga Desa Banjarsari, Kecamatan Bantarkawung, Kabupaten Brebes, menjadi korban bencana gempa bumi yang terjadi di Cianjur pada Senin (21/11/2022).
Mereka adalah santri di Pondok Pesantren Al Jawahir Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Tiga korban meninggal dunia, yaitu Muhammad Wildan (16), Husnul Yaqin (23), dan Fauzi Nurfahmi (20).
Sedangkan keempat korban lainnya mengalami luka-luka.
Baca juga: Jalan Alternatif Banyumas-Brebes Putus Akibat Longsor, Ganjar: Kita Bikin Jembatan Sementara
Ketujuh korban kemudian dibawa pulang menggunakan ambulans dan sampai ke kampung halaman pada Selasa (22/11/2022).
Korban luka dan selamat, Mu'amarudin (27) menceritakan, detik-detik menjelang terjadinya gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 yang terjadi sekira pukul 13.21.
Mu'amarudin ingat betul, saat itu dia sedang tidur.
Lalu ia terbangun karena mendengarkan suara berbunyi 'krek cekrek'.
Tidak lama setelah mendengar suara itu, dia berdiri dan bangunan pondok pesantren (ponpes) dua lantai itu langsung roboh.
Baca juga: Kami Iuran Bayar Tarif Ambulans Rp 6 Juta, Keluarga Bawa Pulang Tujuh Korban Gempa Cianjur ke Brebes
"Pas saya bangun langsung 'breg'."
"Tidak ada goncangan, jadi goncangannya sekaligus hancur," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (23/11/2022).
Mu'amarudin mengatakan, saat kejadian cuacanya sedang panas dan tidak hujan.
Dia di kamar sedang bersama dua orang.
Dia bahkan tidak sempat menyelamatkan diri dan harus tertimpa bangunan.
Karena baru berdiri saja bangunan sudah roboh.
"Korban dari Banjarsari Brebes, yang meninggal ada tiga orang dan luka-luka empat orang," ungkapnya.
Baca juga: Cerita Keluarga Korban Gempa Cianjur di Brebes, Iuran Bayar Ambulans Pulangkan Tiga Santri Meninggal
Tujuh korban dibawa pulang ke kampung halaman menggunakan mobil ambulans bertuliskan Baitu Nuri Al Aminah Yayasan Mujahidin Pegawai Pertanian.
Pihak keluarga hanya mampu menyewa satu ambulans karena tarifnya mahal.
Keluarga korban, Mualimin (42) mengatakan, ambulans yang digunakan hanya satu karena biayanya mahal.
Semula dia berencana menggunakan tiga ambulans, tetapi dibatalkan karena tarifnya mencapai Rp 18 juta.
Akhirnya ambulans yang digunakan hanya satu dengan tarif Rp 6 juta.
Baca juga: Viral Video Sekdes di Brebes Berbuat Mesum di Kantor Balai Desa, Warga Marah Besar
Menurut Mualimin, keluarga dari para korban pun merupakan kategori keluarga tidak mampu sehingga sangat keberatan.
Tarif sebesar Rp 6 juta itu pun dibayar secara iuran.
"Mintanya mahal banget sampai Rp 18 juta."
"Daripada keluar biaya besar mending satu saja," jelasnya. (*)
Baca juga: 84 Pejabat Fungsional Pemkot Tegal Dilantik, Permintaan Dedy Yon Supriyono: Jadilah Pegawai Lincah
Baca juga: Ada Pameran UMKM di Pospenas IX 2022 Stadion Sriwedari, Murni Berharap Omzetnya Naik
Baca juga: Kustiyah Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Kamar Kosnya di Sarirejo Semarang
Baca juga: Kapolres Bersama Bhayangkari Wonogiri Kunjungi Korban Luka Kecelakaan Bus Maut