Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

DPRD KOTA SALATIGA

Bung Dance Beberkan Alokasi APBD 2023: Kotanya Miliki Tingkat Kemiskinan Terendah dan IPM Tinggi

Ketua DPRD Kota Salatiga menyampaikan besaran APBD 2023 dan berbagai alokasinya.

Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: sujarwo
zoom-inlihat foto Bung Dance Beberkan Alokasi APBD 2023: Kotanya Miliki Tingkat Kemiskinan Terendah dan IPM Tinggi
Istimewa
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Salatiga, Dance Ishak Palit, pria yang kerap dipanggil Bung Dance.

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Salatiga, Dance Ishak Palit menyampaikan besaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023 beserta berbagai alokasinya untuk mensejahterakan masyarakat yang diwakilinya serta juga untuk kemajuan kota.

Pria yang kerap disapa Bung Dance tersebut membeberkan, jumlah APBD 2023 yang rencananya disahkan pada Senin (28/11/2022) itu bernilai kurang lebih Rp 1,1 triliun.

Penggunaan APBD tersebut nantinya paling banyak berfokus pada pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, kesehatan, serta pengentasan kemiskinan.

Menurut Bung Dance, wilayah kota yang masyarakatnya dia wakili itu tergolong kecil.
Sebagai informasi, Kota Salatiga sendiri tergolong sebagai kota di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas wilayah kurang lebih 54,98 kilometer persegi dan terdiri dari hanya empat kecamatan.

“Jadi seperti telur ceplok, kuningnya Salatiga, putihnya Kabupaten Semarang. Salatiga itu seperti pulau di tengah-tengah danau, danaunya ya Kabupaten Semarang,” ungkapnya kepada Tribunjateng.com.

Sementara itu, dari sisi pendapatan, Bung Dance sendiri berharap nantinya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Salatiga bisa meningkat sebanyak 8 sampai 11 persen pada 2023 mendatang.

Terkait pertumbuhan ekonomi, dari data yang dia dapat, Bung Dance menyebutkan bahwa saat ini sudah mengalami peningkatan.

“Pertumbuhan ekonomi sempat jeblok di bawah nol atau minus pada 2020, namun pada 2021 kami langsung naik jadi tiga persen,” sebutnya.

Beberapa faktor yang memengaruhinya, lanjut Bung Dance, yaitu tingkat adaptasi para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tinggi saat menghadapai pandemi virus corona yang mulai merebak pada 2020 lalu.

Meskipun menurutnya sektor informal yang paling terdampak, namun kemudian berbagai usaha-usaha kreatif lain muncul, satu di antara contohnya yaitu pengusaha yang bergerak di bidang digital.

Bung Dance menceritakan, dia memiliki dengan usaha digital yang sekarang per bulan omzetnya mencapai sekitar Rp 20 miliar, serta sudah memiliki sekitar dua ribu brand reseller.
Menurutnya, warga Kota Salatiga memiliki pangsa pasar yang bagus.

Bung Dance melihat, tingkat konsumtif warga yang diwakilinya itu tergolong tinggi.

“Gaya hidupnya termasuk yang tertinggi di Jawa Tengah, lifestyle-nya hebat, besar pasak datipada tiang,” imbuhnya.

Tingkat konsumtif yang terbilang tinggi itu seiring juga dengan tingkat kemiskinan masyarakat Kota Salatiga yang menurut Bung Dance tergolong rendah.

Bahkan, dari data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dia terima, kemiskinan di Kota Salatiga merupakan kedua yang terendah dibanding 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan memiliki IPM mencapai 83,4 persen.

“Usia harapan hidupnya bisa sampai 77 tahun. Itu cukup tinggi, cukup panjang, jadi tahun depan harapannya bisa lebih panjang, karena Kota Salatiga merupakan kota bahagia,” kata Bung Dance.

Sebagai dukungan bagi para pelaku UMKM, dia membeberkan, terdapat program untuk mengatasi permasalahan permodalan.

Pada anggaran 2021-2022, pemerintah setempat melalui bank di Kota Salatiga mengeluarkan Kredit Usaha Rakyat Daerah (Kurda) tanpa bunga.

Bunga nol persen yang dimaksud bukan semata-mata tanpa bunga, melainkan menggunakan APBD atau disubsidi dari APBD.

“Ini bukan bantuan sosial juga, harus memiliki analisis bisnis karena prosedurnya melalui bank,” katanya.

Bung Dance juga menegaskan bahwa Kota Salatiga juga dianggap sebagai satu di antara kota pendukung terhadap Kota Semarang, termasuk di bidang ekonomi.

Letaknya sendiri juga berada di antara wilayah strategis seperti Solo, Yogya dan Semarang.

“Sehingga memang mobilitas masyarakat, jasa perdagangan akan jalan terus.
Kami harus melihat peluang-peluang itu.

Kalau saya rasakan udara di Salatiga sangat sejuk, saya melihat investasinya paling banyak pada perumahan,” ujar dia.

Keunikan Kota Salatiga di Mata Bung Dance

Bung Dance sedikit memberikan gambaran tentang keunikan Kota Salatiga di mana hal itu bisa menjadi jatidiri sebuah wilayah.

Keunikan yang dimaksud yaitu adanya pluralisme atau kemajemukan antar suku di berbagai wilayah di Indonesia dalam satu kota.

“Terdapat kurang lebih sembilan suku di Salatiga, dari Sabang sampai Merauke.
Karena itu, kota ini disebut sebagai kota paling toleran di Indonesia, bahkan sering disebut sebagai miniatur Indonesia,” ungkap Bung Dance.

Bung Dance mencontohkan dirinya sendiri, di mana dirinya berasal dari Sulawesi Utara yang kini menjadi Ketua DPRD Kota Salatiga.

“Salatiga tanpa Maluku, tanpa Batak, tanpa Sumba, bukan Salatiga lagi. Orang Timor di sini ribuan. Diversiti di sini sudah cukup lama, salah satunya dipicu oleh Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dahulu,” ujarnya.

Dia menyampaikan, pihaknya bersama pemerintah setempat tengah mencoba menginisiasi Peraturan Daerah (Perda) tentang wawasan kebangsaan dan toleransi.

Dia menggambarkan bahwa Kota Salatiga memiliki tingkat konflik yang minim.

“Karena dari pandangan saya, pengalaman berbeda membuat orang susah berkonflik.
Kadang homogenitas itu justru yang membuat terjadinya konflik,” tandasnya.

Penguatan Pariwisata

Berbicara tentang penguatan sektor pariwisata di Kota Salatiga, rasanya merupakan sebuah pekerjaan yang cukup sulit karena wilayah kota tersebut terbilang tidak memiliki keindahan alam berlimpah sebagai potensi destinasi wisata.

Meskipun demikian, Bung Dance tidak tinggal diam. Dia mengatakan, pihaknya bersama pemerintah setempat memiliki program pembangunan wisata buatan.

Beberapa contoh yang dia sebutkan yakni pengembangan taman wisata religi, wisata edukasi sejarah serta budaya.

“Kami sementara mengembangkan Petilasan Pangeran Diponegoro, tentang Johar Manik,” ungkap Bung Dance.

Johar Manik sendiri merupakan senopati atau panglima perang Pangeran Diponegoro yang menjadi Komandan Bulkiyo dengan anggota laskar di sekitaran Salatiga.

Menurutnya, membahas pariwisata merupakan hal yang seksi. Untuk memperkuat wisata, Bung Dance menegaskan bahwa pihaknya harus memahami potensi budaya lokal serta jatidiri kota.

Dia menambahkan, pihaknya juga telah mengeluarkan Perda tentang pemajuan budaya di wilayahnya.

“Jadi harus kami rumuskan jatidiri kita apa. Terkadang kita belum paham kiblatnya mau mau ke Solo, Yogya, atau Semarang. 

Kalau mau penguatan pariwisata harus eksplorasi lebih tentang hal tersebut,” tegasnya.
Jika membahas tentang pariwisata, tentunya masih berkaitan dengan adanya pandemi Covid-19 yang sempat membuat pemerintah melakukan pembatasan kegiatan masyarakat ataupun melarang adanya keramaian termasuk kunjungan masyarakat.

Dari data yang Bung Dance miliki, kasus Covid-19 di Kota Salatiga sendiri sudah terbilang semakin terkendali.

“Beberapa pekan terakhir, informasi dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga kasusnya nol, sempat ada satu.

Dengan varian virus Omicron ini saya lihat gejalanya tidak terlalu berat, pemulihannya juga sekitar dua hari, sehingga semakin mudah dikendalikan,” imbuhnya.

Dari sisi masyarakat, dia mengungkapkan bahwa saat ini justru masyarakat Kota Salatiga telah membiasakan budaya hidup sehat serta tidak sadar telah menerapkan protokol kesehatan.

“Protokol kesehatan sudah seperti budaya. Luoa pakai masker sudah seakan-akan seperti tidak membawa STNK, tidak bawa masker berkegiatan tidak percaya diri,” katanya.

Untuk dukungan percepatan vaksinasi Covid-19, Bung dance mengatakan bahwa cakupan vaksinasi di wilayahnya sudah mencapai sekitar 89 persen.

Dari data yang dia miliki, vaksin dosis pertama sudah mencapai sekitar 80 sampai 92 persen, sedangkan vaksin ke-dua sudah mencapai 80 persen.

Sementara itu, vaksinasi ke-tiga atau booster yang juga Bung Dance kebut perluasannya bersama berbagai pihak, saat ini telah mencapai 67 persen.

“Untuk warga lansia (lanjut usia) kami juga sudah lakukan jemput bola dari rumah ke rumah
Anak-anak rata-rata juga sudah mendapat vaksin,” pungkasnya. (*)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved