Puisi
Puisi Mantel Hujan Dua Kota Afrizal Malna
Puisi Mantel Hujan Dua Kota Afrizal Malna Berikut puisi Afrizal Malna: MANTEL HUJAN DUA KOTA Kota itu telah jadi Semarang sejak air laut ingin
Penulis: Ardianti WS | Editor: galih permadi
telah banjir di lapangan kerja dan kenaikan gaji
pegawai negeri. Para arsitek yang membuat desain
kota bersama air laut dan hujan.
Biarlah aku sampai ke batas tepi ini, untuk jejak yang
membuat lubangnya sendiri.
Kereta keluar dari mulut stasiun Yogyakarta, bau
tembakau dari pesta seni rupa dan sapi goreng. Aku
kembali bernapas setelah ribuan billboard kota
adalah mataku yang terus berputar, waktu yang
terasa perih. Rel kereta api masih menyimpan saham-
saham VOC sampai Semarang. Tanah keraton yang
menyimpan telur ayam, mantel biru masih
menyanyikan keroncong Portugis. Bau tebu, bau padi,
bata merah yang dibakar. Aku telah Yogyakarta
setelah berhasil menjadi orang sibuk tidak mandi 2
hari, menggunakan excel untuk agenda-agenda
padat. Dan bir dingin di antara janji-janji.
Aku telah dua kota dalam perjalanan dua jam
bersambung sepeda 6 jam pagi. Biarlah aku sampai
ke batas tepi ini. Sebuah kota yang terbuat dari jam
6 pagi, dan aku mempercayainya seperti genta yang
berbunyi tanpa berbunyi, bayangan gunung sebelum
biru dan sebelum kelabu dan sebelum di sini.