Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Inovasi Perahu Tenaga Surya, Upaya Wujudkan Karbon Biru

Perahu nelayan tenaga surya dinilai mampu menjadi alternatif dalam upaya menjaga kelestarian laut.

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
Ist/Idi Amin.
Perahu tenaga surya Kota Pekalongan. 

Kendati diklaim lebih hemat, ia mengaku, perahu itu belum dapat diproduksi massal. Pihaknya sejuah ini baru memproduksi 14 perahu.

Empat perahu saat ini digunakan di pantai Marunda Jakarta Utara. Sisanya dipesan oleh warga untuk digunakan di perairan kepulauan Batam.

"Iya yang pesen dari luar Jawa sementara untuk alat transportasi bukan sebagai perahu tangkap ikan," terangnya. 

Ia menjelaskan, terkait kelemahan perahu tenaga surya tentu dalam kondisi tidak ada sumber matahari seperti saat hujan deras dan cuaca buruk.

Namun di kondisi tersebut nelayan memang tidak melaut, mau pakai solar atau tenaga matahari kalau cuaca buruk  nelayan tentu libur melaut.

"Kalau malam hari sudah ada baterai yang mampu menyimpan daya yang dapat digunakan," jelasnya.

Ia berharap, inovasi tersebut dapat terus dikembangkan di antaranya pemerintah hadir untuk memfasilitasi pengembangan perahu nelayan.

Terutama dalam upaya memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah sinar matahari dapat dimanfaatkan maksimal sekaligus untuk kelanjutan ekosistem laut yang bersih.

Lebih dari itu, nelayan akan mendapatkan hasil keuntungan penjualan ikan karena tak perlu beli solar. 

Begitupun pemerintahan dapat mengurangi subsidi BBM karena tidak perlu pakai solar lagi. 

"pengembangan perahu tradisional tenaga surya tetap membutuhkan peran pihak ketiga seperti pemerintah maupun sektor swasta sehingga mampu membantu nelayan untuk memiliki perahu tersebut," katanya.

Terpisah, Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jateng, Rismanto menyebutkan, kenaikan harga BBM memang berdampak terhadap nelayan, khususnya kapal perikanan di bawah 30 GT.

Dia menyebut, sejauh ini, 70 persen kebutuhan operasional melaut menggunakan BBM subsidi jenis pertalite dan solar.

Adapun dampak kenaikan BBM itu, setidaknya akan dirasakan oleh 15.219 pemilik kapal perikanan berukuran di bawah 30 GT di Jawa Tengah.

"Kenaikan harga BBM juga diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok yang menjadi perbekalan selama melaut kurang lebih 15-20 persen, sehingga nelayan harus mengurangi jumlah hari operasi/trip penangkapannya yang menyebabkan penurunan produksi dan pemilik kapal akan merugi," terangnya di sela Focus Group Discussion (FGD) terkait penggunaan teknologi dan digitalisasi bagi para nelayan penangkap ikan di Jawa Tengah yang digelar di salah satu hotel Kota Semarang, Senin (28/11) lalu.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved