Kisah Siti Hajar Istri Nabi Ibrahim AS di Padang Pasir Mekah, Carita 25 Nabi dan Rasul
Kisah Siti Hajar Istri Nabi Ibrahim AS di Padang Pasir Mekah, Carita 25 Nabi dan Rasul
Penulis: non | Editor: galih permadi
Kisah Siti Hajar Istri Nabi Ibrahim AS di Padang Pasir Mekah, Carita 25 Nabi dan Rasul
TRIBUNJATENG.COM - Inilah cerita 25 nabi dan rasul untuk anak tentang Siti Hajar dan Nabi Ismail AS yang ditinggal di padang pasir Mekah.
Nabi Ismail adalah putra Nabi Ibrahim dari istrinya yang bernama Hajar.
Nabi Ismail lahir di Al Khalil (Hebron), wilayah Kan’an (Palestina).
Kelahirannya membawa kebahagiaan bagi Nabi Ibrahim dan Hajar.
Istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah merasa cemburu.
Ia meminta Nabi Ibrahim membawa Hajar dan Ismail pergi.
Nabi Ibrahim, Hajar, dan Ismail pun pergi ke Mekah.
Setelah dewasa, Ismail kemudian diutus menjadi nabi dan berdakwah di Mekah hingga wafatnya.
Tempat wafat Nabi Ismail di Kota Mekah diberi nama Hijr Ismail.
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di padang pasir (Mekah).
Meskipun Nabi Ibrahim merasa tidak tega, tetapi ia tetap melaksanakannya karena itu adalah perintah Allah.
Kondisi padang pasir sangat panas, gersang, dan tidak ada tanaman.
Belum ada satu manusia pun yang menghuni tempat tersebut.
Nabi Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak memiliki tanaman-tanaman
di dekat rumah Engkau yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat maka jadikanlah hati sebagian manusia
cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.”
Selesai berdoa, Nabi Ibrahim berpamitan kepada istri dan anaknya.
Sepeninggal Nabi Ibrahim, Hajar hidup bersama Ismail. Awalnya, Hajar membawa perbekalan.
Namun, perbekalan tersebut akhirnya habis.
Suatu ketika, Ismail menangis.
Hajar sangat kebingungan karena tidak memiliki bekal lagi.
Air susunya pun telah kering.
la berlari dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah untuk mencari makanan dan minuman.
Setiap kali mencoba untuk pergi, ia teringat kepada anaknya.
la pun kembali lagi dari Bukit Marwah ke Bukit Shafa. Hal ini terus berulang hingga tujuh kali.
Akhirnya, Hajar merasa kelelahan. la kembali ke tempat Ismail.
Betapa terkejutnya dia ketika mendapati Ismail tengah menangis sambil menjejak-jejak bumi.
Dari bekas jejakannya muncul sumber mata air yang jernih dan memancar dengan deras.
Hajar menggerakkan tangannya sambil mengucapkan “zam zam (berkumpullah),” maka air itu pun terkumpul.
Hajar bersyukur kepada Allah atas limpahan rahmat yang diterimanya.
Sejak saat itu, Hajar dan Ismail tidak pernah kekurangan air atau makanan.
Suatu ketika, sekelompok orang dari suku Jurhum tiba di padang pasir tersebut.
Mereka sangat kehausan.
Perbekalan air telah habis.
Ketika berjalan melalui tempat Hajar dan Ismail, mereka terkejut karena ada manusia yang tinggal di tempat ini.
Mereka Iebih terkejut lagi karena menemukan sumber air yang tidak pernah kering milik Hajar dan Ismail.
Mereka pun meminta izin kepada Hajar untuk tinggal di sana.
Beberapa lama kemudian, suku ini berkembang semakin banyak.
Mereka membangun sebuah kampung yang aman dan tenteram hingga Mekah menjadi ramai.
Setelah lama meninggalkan Hajar dan Ismail, Nabi Ibrahim mendapatkan petunjuk dari Allah untuk menengok mereka.
Betapa terkejutnya Nabi Ibrahim ketika tiba di Mekah.
la mendapati daerah ini ramai dan banyak penghuninya.
Padahal, dulunya daerah ini sangat sepi.
Betapa bahagianya Nabi Ibrahim dapat bertemu dengan Hajar dan anak kesayangannya, Ismail. (*)