Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Dampak Ekonomi Global Terhadap Dunia Usaha di Jawa Tengah

Memasuki periode akhir tahun 2022 ini kondisi perekonomian Jawa Tengah semakin membaik.

Editor: rival al manaf
Istimewa
Ence Ruzzi 

Solusi perlu segera ditemukan untuk menutup penurunan pasokan bahan baku tersebut baik dengan peningkatan produksi bahan baku di dalam negeri atau dengan mencari sumber bahan baku dari Negara lain yang masih memungkinkan untuk memasok kebutuhan dalam negeri.

Disisi lain bidang Industri manufaktur terpaksa mengerem pembelian bahan baku akibat penurunan daya beli negara-negara tujuan utama ekspor Jawa Tengah.

Di tengah kondisi pemulihan ekonomi pasca pandemic Covid-19, banyak Negara menerapkan kebijakan untuk mengalihkan alokasi anggaran untuk pemulihan ekonomi domestik masing-masing, sehingga program impor merupakan salah satu bidang yang mereka kurangi untuk tetap menjaga keberlangsungan perekonomian Negara tersebut.

Dilaporkan dari Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan pembelian bahan baku dan barang modal masing-masing mencapai 31,78 persen dan 14,85 persen (mtm). Selain pelemahan daya beli, pengusaha mengerem aktivitas impor untuk mengantisipasi penguatan dolar Amerika Serikat yang sampai saat ini masih belum stabil dan cenderung mengalami penguatan nilai tukarnya.

Penguatan dolar itu sebetulnya bisa membawa keuntungan bagi pelaku usaha di Jawa Tengah baik di bidang manufaktur maupun bidang ekspor lainnya.

Pasalnya, margin keuntungan yang didapatkan dari barang yang dikirim ke luar negeri bakal ikut meningkat drastis dengan semakin tingginya nilai dollar Amerika Serikat.

Namun sayangnya, negara tujuan ekspor juga belum bisa meningkatkan permintaan karena kondisi ekonominya juga kurang baik sehingga memang masih perlu bersabar untuk bisa menemukan momen yang tepat dan kondusif untuk kembali menggenjot ekspor komoditi utama.

Pelemahan kinerja ekspor tersebut berimbas pada penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah. Meskipun tidak sampai terjadi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara masif, namun sebagian pengusaha terpaksa merumahkan pekerjanya untuk sementara waktu.

Selain merumahkan pekerja, kelompok pengusaha juga menerapkan sistem kerja bergiliran guna menghindari gelombang PHK massal. Sebagian sektor industri manufaktur di Jawa Tengah, sudah menerapkan sistem tersebut, seperti sektor industri kayu dan garmen, dengan harapan ketika kondisi sudah kembali stabil para pengusaha bisa kembali memanggil karyawan untuk bekerja kembali seperti biasa tanpa melalui proses rekruitmen ulang yang bisa menambah biaya dalam proses produksi.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jawa Tengah terkait penanganan dampak ekonomi global terhadap dunia usaha, yaitu:

a.      Peningkatan UMKM dengan mendorong UMKM naik kelas (fasilitasi go eksport dan digital, fasilitasi pameran UMKM, pelatihan, permodalan), harapannya produksi dan penyerapan tenaga kerja akan meningkat;

b.      Fokus pada pengembangan sektor unggulan dan menciptakan iklim investasi yang menarik;

c.      Peningkatan konektivitas antar daerah untuk memperlancar distribusi;

d.      Penyediaan infrastruktur untuk bisnis, seperti kawasan industri terpadu;

e.      Mendorong kegiatan kewirausahaan dan investasi domestik;

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved