Wonosobo Hebat
Desa di Wonosobo Wujudkan Desa Mandiri Sampah
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Persoalan mengenai sampah di Kabupaten Wonosobo terus dilakukan berbagai kegiatan mengingat kondisi TPA yang sudah penuh dengan sampah yang menggunung.
Program Desa Mandiri Sampah, membentuk masyarakat untuk tidak ketergantungan dalam penanganan sampah yang hanya terpusat pada pihak-pihak tertentu saja.
Beberapa desa/kelurahan di Wonosobo sudah berhasil mandiri dalam penanganan sampah ditempatnya. Ini tentunya menjadi percontohan desa lain untuk mengikuti jejaknya.
Salah satunya di Kelurahan Wadaslintang, Desa Mandiri Sampah terwujud dengan terbentuknya Kelompok Pengelolaan Sampah Mandiri (KPSM) Kembang Langit.
Menurut Naryoto selaku ketua KPSM Kembang Langit, kelompok ini tercetus sejak tahun 2017 silam.
Berangkat dari keprihatinan dengan kondisi sampah di Kelurahan Wadaslintang yang tidak terurus, sementara kelurahan ini merupakan ibu kota Kecamatan Wadaslintang.
Selain menggangu pemandangan, dulunya sampah begitu menggunung di pinggir Pasar Wadaslintang, hingga menyebabkan gorong-gorong tersumbat dan menyebabkan banjir.
"Saya memberanikan diri melaporkan ke Kepala Kelurahan, dan direspon dengan baik. Kemudian kelurahan mengadakan musyarawah dan membentuk kepengurusan KPSM," ungkapnya.
Hingga pada tahun 2018 KPSM Kembang Langit dilaunching dibawah naungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Wonosobo.
Sampah di masyarakat akan dikumpulkan, dan ditempatkan di penampungan sementara yang kemudian akan dipilah antara sampah organik dan anorganik.
"Sampah anorganik kita jual atau dikelola di bank sampah, kebanyakan sampah yang ada memang sampah plastik. Untuk sekarang sementara sampah organik supaya ditampung di rumah masing-masing dengan menggunakan klowengan (jugangan) sampah," jelasnya.
Bank sampah juga akan digiatkan untuk memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa sampah juga masih memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Nantinya tempat ini akan menjadi sarana edukasi bagi siswa untuk dapat belajar mengenai sampah.
Hal yang sedang dikembangkan di KPSM Kembang Langit yakni pengelolaan sampah organik menjadi pupuk.
"Kita sudah ada mesin pencacah tapi belum ada tempat untuk menempatkan mesinnya sehingga belum beroperasi," ungkapnya.
Hampir sama dengan Kelurahan Wadaslintang, di Desa Tieng Kejajar juga sudah mandiri dalam penanganan sampah di wilayahnya.
Bernama KPSM Pepeling atau singkatan dari Pemuda Peduli Lingkungan sudah berdiri sejak tahun 2014.
Di Tieng pengelolaan sampah organik menjadi pupuk dengan mesin pencacah sudah beroperasi. Dalam satu minggu sampah organik yang dihasilkan masyarakat mencapai sekitar 5 ton sampah.
Masyarakat bisa mengambil pupuk secara gratis. Pupuk bisa digunakan untuk campuran di pembibitan kentang.
KPSM Pepeling juga memiliki kegiatan bernama Pawon Urip yakni menanam berbagai sayuran. Sehingga pupuk yang dihasilkan dapat digunakannya untuk kegiatan ini.
Menjadi suatu keinginan yang segera terwujud, KPSM Pepeling ingin menguji coba lab mengenai pupuk yang dihasilkan. Sehingga pupuk dapat dijual belikan secara resmi.
"Jadi kalo masyarakat pengin beli nanti label kemasannya jelas sehingga tidak dianggap abal-abal," ungkapnya.
Keseriusan KPSM Pepeling dalam penanganan sampah turut dibuktikannya dengan pengajuan untuk adanya Peraturan Desa (Perdes) tentang penanganan sampah.
"Harapkan kita untuk segera ada Perdesnya. Karena kalau ada Perdes sudah ada yang mengingatkan dan lebih maksimal dalam penanganan sampah di desa," imbuhnya. (ima)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/tempat-penampungan-sampah-sementara-sebelum-dipilah-secara-manual-oleh-kpsm-kembang-langit.jpg)