Piala Dunia 2022
Detik-detik Mbappe Abaikan Rangkulan Presiden Perancis Emmanuel Macron, Suasana Canggung Tercipta
Detik-detik Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha merangkul Kylian Mbappe.Namun Mbappe mengabaikannya hingga momen canggung pun tercipta
TRIBUNJATENG.COM - Detik-detik Presiden Prancis Emmanuel Macron berusaha merangkul Kylian Mbappe.
Namun Mbappe mengabaikannya hingga momen canggung pun tercipta.
Itulah sepenggal kejadian seusai final Piala Dunia 2022 ketika Prancis dipaksa mengakui keunggulanArgentina.
Prancis kalah 2-4 dalam adu penalti lawan La Albiceleste setelah bermain imbang 3-3 selama 120 menit (waktu normal 2-2).
Baca juga: Argentina Juara Piala Dunia 2022 Setelah Kalahkan Prancis lewat Adu Penalti
Baca juga: Bus Rombongan Mahasiswa Unri Kecelakaan, Tabrak 4 Kendaraan Lalu Terguling
Dikutip dari Daily Mail pada Senin (19/12/2022), Macron tampak hendak menghibur Mbappe setelah adu penalti, dengan merangkul dan berjalan bersama sang penyerang.
Namun, Mbappe mengabaikan Macron ketika Presiden Perancis tersebut mengucapkan dukungan padanya.
Mbappe merupakan pemain kedua yang mencetak hat-trick di final Piala Dunia, setelah Geoff Hurst di Piala Dunia 1966.
Macron kembali berupaya menghibur Mbappe selama pidato pasca-pertandingan ketika bintang PSG itu menerima medali runner-up dan sepatu emas.
"Luar biasa apa yang dilakukan Mbappe, juga seluruh tim," kata Macron kepada RMC Sport.
"Mbappe adalah pemain hebat tapi dia masih muda."
"Saya bilang kepadanya bahwa dia baru berusia 23 tahun, dia adalah pencetak gol terbanyak Piala Dunia, dia sudah menjuarai Piala Dunia, dia sudah ke final."
"Saya sama sedihnya dengan dia," lanjut Macron.
"Saya katakan kepadanya bahwa dia membuat kami sangat bangga, dan pada akhirnya kami kalah dalam pertandingan sepak bola, kami nyaris (menang). Begitulah olahraga."
Macron menambahkan, dia meminta Didier Deschamps tetap melatih Perancis karena kontrak pria berusia 54 tahun itu akan berakhir pada akhir Piala Dunia Qatar.
Mbappe mencetak dua gol krusial bagi Perancis untuk membuat pertandingan berlanjut ke perpanjangan waktu, setelah sang juara bertahan tertinggal 2-0.