Oleh: Joko Nuroini, S.Pd., SMP Negeri 3 Wonokerto Kabupaten Pekalongan
Proses pembelajaran di kelas oleh guru sebagai pendidik menjadi salah satu unsur penting dalam pendidikan. Pelaksanaan proses pembelajaran akan dapat mempengaruhi kualitas dalam pembelajaran yang berdampak terhadap hasil belajar. Guru selama ini terkesan melaksanakan proses pembelajaran di kelas seadanya tanpa persiapan yang baik. Hal ini juga terjadi di SMP Negeri 3 Wonokerto Kabupaten Pekalongan dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA di kelas sembilan. Teacher centered atau guru sebagai poros pembelajaran masih membayangi proses pembelajaran IPA kelas sembilan tentang Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan. Peserta didik cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Ketika guru memberikan pertanyaan sebagai stimulan, peserta didik tidak ada yang merespon dengan baik. Beberapa peserta didik nampak bosan, bahkan memilih untuk tidur dan main-main. Selain itu banyak peserta didik yang kurang memperhatikan. Faktor penyebab kondisi diatas adalah kurang termotivasinya peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas. Permasalahan ini dipicu dari penerapan model pembelajaran oleh guru cenderung belum mengarah ke peserta didik aktif. Peserta didik cenderung menghafal dari apa yang diberikan oleh guru bukan sebuah gagasan yang muncul dari keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. Imbasnya pembelajaran menjadi kurang bermakna dan berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik.
Guru perlu menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Cooperative Learning (CL) atau pembelajaran kooperatif. Agus Suprijono (2010:54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Model pembelajaran ini peserta didik belajar dengan membentuk kelompok kecil. Di dalam kelompok itu peserta didik dapat saling asah, saling asuh dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Pendekatan Cooperative Learning diantaranya adalah model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Archivement Divisions). Model pembelajaran tipe STAD ini terdiri dari lima komponen utama, yaitu, presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu dan rekognisi tim.
Langkah-langkah penerapan Model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut; pertama guru membagi kelompok. Selanjutnya guru menyampaikan materi pelajaran. Kedua adalah pemberian kuis setelah guru selesai menyampaikan materi pelajaran, setiap peserta didik mengerjakan soal (kuis) secara individu didalam kelompoknya. Para peserta didik tidak boleh bekerjasama satu sama lain. Guru berkeliling untuk mengamati agar peserta didik memiliki tanggung jawab dalam memecahkan soal yang sudah disiapkan oleh guru dalam bentuk lembar kerja peserta didik. Ketiga adalah Skor kemajuan individual. Pada kegiatan ini guru memberikan apresiasi kepada setiap peserta didik yang bekerja lebih giat serta bekerja lebih baik bila dibandingkan sebelumnya. Bagi peserta didik yang banyak memberikan kontribusi kepada kelompok (tim) diberikan poin sesuai dengan tingkat kebenarannya, begitu seterusnya. Keempat Rekognisi tim, yaitu tim (kelompok) akan mendapat penghargaan apabila perolehan skor rata-rata mereka mencapai kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Terakhir kegiatan pembelajaran diakhiri dengan tes tertulis, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak positif dari peningkatan motivasi dan hasil belajar materi Sistem Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan. Pemanfaatan model STAD terbukti dapat meningkatkan motivasi peserta didik pada proses pembelajaran. Capaian hasil belajar peserta didik meningkat secara drastis. Selama proses pembelajaran, peserta didik nampak sangat aktif, antusias dan lebih termotivasi dalam pembelajaran, sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar IPA.