Liputan Khusus

Menelusuri Penyebab dan Motif Tawuran Pelajar di Jawa Tengah, Meniru di Media Sosial

Tawuran pelajar marak lagi di Jawa Tengah. Meskipun sudah ada korban jiwa, dan sejumlah pelajar ditangkap polisi, masih saja terjadi tawuran.

Editor: m nur huda
Istimewa
Dari rekaman CCTV, terlihat sejumlah siswa SMKN 3 Semarang, mencegat dan menyerang sejumlah siswa SMKN 4 Semarang di Jalan Mugas Dalam, RT 6/RW 4 Kelurahan Mugasari, pada Kamis (26/1) sekira pukul 16:30 WIB. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tawuran pelajar marak lagi di Jawa Tengah. Meskipun sudah ada korban jiwa, dan sejumlah pelajar ditangkap polisi, masih saja terjadi tawuran.

Pihak sekolah maupun Dinas Pendidikan sudah getol mencegah agar tidak terjadi tawuran, mengancam siswa dikeluarkan dari sekolah, dan lain-lain.

Tapi tetap saja terjadi tawuran, tidak hanya di Kota Semarang, namun juga ada di daerah lain di Jawa Tengah. Padahal polisi juga sudah patroli dan mengantisipasi agar tidak ada tawuran. Tribun Jateng menelusuri sebab musabab pelajar tawuran, motif, dan dari mana mereka memperoleh senjata tajam yang digunakan untuk tawuran.

Kapolrestabes melalui Kabagops Polrestabes Semarang, AKBP Albertus Recky Robertho, mengatakan pengawasan tidak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Tapi harus bersama-sama, termasuk dengan pihak keluarga siswa.

"Langkah normatifnya kami bersurat ke dinas dan sekolah. Agar sama-sama mengawasi siswanya. Kami juga seringkali mendatangi sekolah-sekolah yang sering terlibat tawuran untuk diberikan sosialisasi dampak tawuran," jelasnya.

Pada jam-jam tertentu terutama jam pulang sekolah, pihak kepolisian juga rutin melakukan patroli. Termasuk patroli di beberapa ruas jalan yang kerap digunakan untuk ajang balap liar.

"Dari satuan Lantas dan Sabhara juga terus patroli di jam tertentu. Polsek-polsek juga kami minta untuk rutin memberikan motivasi ke sekolah-sekolah agar tidak terjadi lagi tawuran," tambah Recky.

Seringkali para pelajar yang tertangkap tangan melakukan tawuran menggunakan senjata tajam. Tentu polisi tidak bisa tinggal diam, karena sudah menyangkut hukum pidana.

"Kalau ketemu yang bawa sajam (senjata tajam) pasti kami tindak tegas. Tapi biasanya pihak sekolah meminta penangguhan. Karena statusnya masih pelajar dan demi masa depannya. Pihak sekolah mengajukan pembinaan saja. Antar sekolah yang terlibat juga sudah kami mediasi," tegasnya.

Tak jarang ada saja pelajar yang kedapatan dua kali tertangkap tangan saat melakukan tawuran. Tentu hal itu membuat pihak kepolisian harus bertindak tegas.

"Sekolah juga harus tegas terhadap siswa yang seperti itu. Walaupun nanti jadi polemik lagi kalau dikeluarkan. Nanti tidak bisa sekolah dan susah cari kerja. Tapi apapun itu memang harus ditindak tegas," ujarnya.

Dari pengamatan Recky, pelajar yang tawuran didasari atas aktualisasi diri dengan kondisi mental yang masih labil. Para pelajar ingin dianggap jagoan di sekolahnya maupun di mata siswa sekolah lain.

"Ada juga karena terpengaruh provokasi alumni. Biar sekolah itu tetap mendapatkan cap yang paling ditakuti. Itu alumninya bukan yang lanjut kuliah. Biasanya yang nggak jelas juga. Bisa juga karena olok-olokan di jalan. Sepele memang. Apa ada tawuran yang berkelas," ungkapnya.

Meniru di Medsos

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved