Opini

Opini Arif Yudistira: Asa dari Setumpuk Pustaka

Anda bisa membayangkan bagaimana hidup di alam bebas, keseharian yang lekat dengan alam, sekolah dengan keterbatasan. Mereka adalah pembaca. Anak-anak

Editor: m nur huda
Tribun Jateng
Opini Ditulis Oleh Arif Yudistira (Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, Staf di PPM MBS Yogya) 

Opini Ditulis Oleh Arif Yudistira (Peminat Dunia Pendidikan dan Anak, Staf di PPM MBS Yogya)

TRIBUNJATENG.COM - Anda bisa membayangkan bagaimana hidup di alam bebas, keseharian yang lekat dengan alam, sekolah dengan keterbatasan. Mereka adalah pembaca. Anak-anak di pedalaman di pinggiran Indonesia adalah pembaca. Mereka hanya kurang akses. Mereka kurang sarana dan prasarana.

Statistik literasi yang rendah sering mengabaikan para penjelajah alam atau anak-anak yang hidup dengan alam ini sebagai anak yang kurang literer. Dugaan itu bisa dipupus saat para Indonesianis memasuki lorong gelap alam yang masih perawan yang dirawat dan dijaga para anak-anak ini. Mereka para peneliti, para turis dan wisatawan, tidak malu bertanya kepada para juru wisata di pinggiran Indonesia ini. Mereka adalah anak-anak di NTT, NTB, Papua, Flores maupun Sulawesi.

Anak-anak ini merasa senang, gembira tiada tara saat mereka berjumpa buku. Sekolah, guru dan anak-anak serasa berjumpa dengan masa depan.

Ketika mata mereka takjub akan warna-warni, gradasi dan aneka cerita yang mempesona, mereka tidak sabar untuk membacanya. Maklum, selama ini buku -buku di pedalaman memang cenderung mahal. Jauhnya jarak, sulitnya transportasi dan juga lamanya waktu serta keterbatasan dana membuat buku-buku ini menjauh dari anak-anak.

Harapan

Nadiem Anwar Makarim melalui program Merdeka Belajar yang ke 23, dengan tajuk "Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia" berusaha memproduksi, serta mendistribusikan buku anak ke seluruh Indonesia terutama daerah pinggir Indonesia.

Daerah pinggir ini dipilih sebagai prioritas karena selama ini dianggap sebagai daerah yang jarang tersentuh buku.

Nadiem mengatakan program ini diprioritaskan dengan 3 pilar utama ; 1) Pemilihan dan penjenjangan. 2)cetak dan distribusi. 3) pelatihan dan pendampingan.

Ketiga pilar program buku bacaan bermutu ini diharapkan bisa optimal membantu dan menunjang penyadaran literasi anak di daerah yang dipilih.

Program ini menyentuh diantaranya daerah NTT, NTB, Sulawesi maupun Lombok. Setidaknya sudah 15.356.486 eksemplar untuk jenjang PAUD dan SD. Apa yang menjadi program Kemenristekdikbud ini diharapkan mampu membawa harapan dan mimpi anak-anak di pinggiran Indonesia untuk lebih maju dan lebih berani bermimpi untuk Indonesia. Harapannya program ini dapat memacu dan menumbuhkan kesadaran literasi sejak dini.

Daerah yang minim listrik, teknologi yang masih sederhana, dan juga sekolah yang masih terbatas memerlukan buku sebagai penunjang dan pendorong literasi.

Buku bukan hanya dipandang sebagai alat pembebas, tetapi juga alat dan obor kemajuan. Apa artinya bangsa yang besar membangun infra struktur yang megah tetapi lalai dalam menyalakan api literasi.

Apa yang diprogramkan Nadiem Makarim melalui episode ke-23 ini menjadi jalan untuk mendekatkan buku kepada anak-anak.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved