Fokus
Fokus: Saling Ejek Berakhir Petaka
BERAWAL saling ejek di media sosial, lalu saling tantang untuk berduel adu nyawa di suatu tempat. Entah, mungkin merasa paling kuat, jago dan berkuasa
Penulis: Catur waskito Edy | Editor: m nur huda
Tajuk Ditulis Oleh Wartawan Tribun Jateng Catur Waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM - BERAWAL saling ejek di media sosial, lalu saling tantang untuk berduel adu nyawa di suatu tempat. Entah, mungkin merasa paling kuat, jago dan berkuasa untuk membuktikan jati diri atau entahlah.
Lalu mereka membekali dirinya dengan senjata tajam yang mematikan dan di luar nalar kita semua, dari samurai, celurit besar, pedang hingga gergaji es.
Lalu bertemulah kedua kubu tersebut dan petaka pun datang dengan satu korban yang menghembuskan nafas terakhirnya dengan sejumlah luka-luka.
Kasatreskrim Polres Tegal, AKP Vonny Varizky membenarkan bahwa tawuran pelajar yang mengakibatkan korban meninggal dunia tersebut bermula dari saling ejek-mengejek.
“Dari saling ejek itu, lalu menimbulkan saling menantang di media sosial. Mereka bertemu lalu melakukan tawuran,” jelas AKP Vonny.
Menurutnya di kubu korban membawa 15 orang, sedangkan pelaku membawa sekira 30 orang. Diduga kalah jumlah akhirnya kubu korban melarikan diri.
Tapi nahas, korban tertinggal dari rekan-rekannya sehingga terjadilah aksi penganiayaan yang dilakukan oleh para pelaku yang notabene masih anak-anak di bawah umur.
Lalu muncul pertanyaan, seganas dan sekeji itukah anak-anak di bawah umur sekarang? Tidakkah mereka diajari tata krama, dibekali ilmu agama dan sikap toleransi serta tidak menyakiti orang lain. Baik di sekolah, lingkungan sosial, bahkan sama orangtuanya masing-masing?
Lalu darimana mereka memperoleh senjata tajam tersebut, tidakkah orang-orang di sekitarnya tidak peduli atau memeriksa bawaan anak-anaknya? Lalu, ini salah siapa?
Bukan kita mencari siapa yang salah dalam kejadian ini, tapi tawuran remaja di Kabupaten Tegal yang membuat pilu dan prihatin semua pihak ini bisa menjadi pelajaran bagi siapa pun, khususnya orangtua.
Apakah orangtua yang kelak dimintai pertanggungjawaban di akhirat bisa cuci tangan dan tak peduli? Mungkin saja salah bergaul di sekolahan atau salah memilih pertemanannya,itulah perlunya kontrol dan pengawasan orangtua.
Tentunya, tanpa Kerjasama semua pihak baik di rumah, lingkungan sosial, sekolah tapi yang seharusnya paling berperan adalah orangtua dan keluarganya.
Yang pasti ada 31 pelajar yang diamankan di Mapolres Tegal. Dari jumlah tersebut, sebanyak 20 pelajar ditetapkan sebagai pelaku dan 6 pelajar sebagai pelaku pembunuhan ini. Sisanya sejumlah 14 pelajar ditetapkan sebagai pelaku kepemilikan atau mempergunakan senjata tajam.
Kapolres Tegal, AKBP Mochammad Sajarod Zakun mengatakan, pelaku yang telah mengakibatkan korban meninggal dunia berjumlah enam orang dan berstatus anak di bawah umur.
AKBP Sajarod menjelaskan, keenam pelaku dijerat perkara tentang kekerasan tindak pidana anak Pasal 80 ayat (3) Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 junto Pasal 170 ayat (2) ke 3e KUHP.
Selain itu juga dijerat UU Darurat Nomor 11 Tahun 2012 tentang Senjata Tajam. Kini, keenam pelaku terancam hukuman maksimal 12 tahun penjara.
Kapolres pun berpesan kasus ini telah menjadi perhatian khusus dan mengimbau orangtua harus lebih mengawasi putra-putrinya. Jangan sampai jadi korban atau berhadapan dengan hukum. Semoga kasus memilukan ini tidak terulang kembali dan bisa menjadi alat introspeksi diri untuk menjaga dan mendidik putra-putrinya. Semoga!(*Tribun Jateng Cetak)