Berita Video
Video Adu Nasib Warga Jepara Jual Tembikar Musiman di Dugderan Semarang
Secercah harapan seolah tersirat di benak Lutfi pemuda 32 asal Kabupaten Japara. Lutfi merupakan satu di antara pedagang tembikar musiman
Penulis: budi susanto | Editor: Tim Video Editor
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Berikut ini video Adu Nasib Warga Jepara Jual Tembikar Musiman di Dugderan Semarang
Secercah harapan seolah tersirat di benak Lutfi pemuda 32 asal Kabupaten Japara.
Lutfi merupakan satu di antara pedagang tembikar musiman yang sengaja datang ke Kota Semarang.
Ia mencoba mengadu nasib di Pasar Rakyat Dugderan yang digelar di Aloon-aloon Masjid Agung Semarang.
Tapat mata pemuda 32 tahun itu terus mengarah ke pengunjung yang memadati pasar rakyat.
Di tengah hiruk pikuk keramaian pengunjung, Lutfi berusaha menawarkan tembikar ke pengunjung.
"Ini bu buat anaknya, cuma Rp 2,5 ribu asli dari Jepara," ucapnya sembari menawarkan replika tungku kayu yang terbuat dari tanah liat, Kamis (16/3/2023).
Meski usahanya tak membuahkan hasil, namun Lutfi tak patah arang. Ia tetap mencoba mencari peruntungan.
Lapak yang Lutfi tempati, tepat di depan Masjid Agung Semarang.
Lapak dadakan tersebut tak terlalu luas. Meski demikian, ia menata dagangan cukup baik.
Hal itu membuat lapak tersebut tak nampak sesak oleh tembikar yang dijajakan Lutfi.
Hampir dua jam berlalu, namun belum ada pembeli di lapak Lutfi.
Usaha dan doa Lutfi pun seolah terjawab, saat sepasang suami-istri dan seorang bocah perempuan menghampiri lapaknya.
Bocah perempuan tersebut bahkan langsung berlari menghampiri lapak tersebut.
"Pah ini ya, buat main masak-masakan di rumah. Beli beberapa buat teman-teman juga," kata bocah perempuan berambut panjang ke pada ayahnya.
Sang ayah pun hanya tersenyum dan mendekati bocah perempuan tersebut bersama istrinya.
Lelaki paruh baya itu juga sempat menasehati putrinya, agar hati-hati saat memenggang tembikar di lapak Lutfi.
"Jangan sampai jatuh itu mudah pecah, kasian bapak penjualnya," terangnya ke putrinya.
Lantaran putrinya terus merengek, ia pun membeli beberapa tembikar di lapak Lutfi.
Keluarga tersebut merupakan pelancong asal Bekasi yang sengaja mampir ke Pasar Rakyat Dugderan.
"Ini sengaja wisata ke Kota Semarang, kebetulan ada saudara juga di sekitar sini," tutur lelaki yang mengaku bernama Bayu Saputra (42).
Sebelum meninggalkan lapak tembikar, Bayu berujar ke Anastasya Melani Putri (5) putrinya, agar tak membawa tembikar tersebut sendirian.
"Jangan kamu yang bawa, itu berat. Biar ayah sama ibu aja yang bawa ke mobil," katanya.
Anastasya pun hanya mengangguk dengan raut muka ceria, kemudian meninggalkan lapak tersebut bersama ayah dan ibunya.
Lutfi pun langsung bersyukur dan mengucap Alhamdulillah, sembari mengusap wajahnya menggunakan dua tangannya.
Lelaki ramah itu mengucap syukur lantaran 10 set alat masak mainan yang ia jajakan diborong oleh keluarga asal Bekasi tersebut.
Hal tersebut juga menjadi rekor penjualannya selama sepekan menempati lapak di Aloon-aloon Masjid Agung Semarang.
"Paling banyak hari ini laku 10 set. Selama sepekan belum ada yang lalu sebanyak ini," terangnya.
Lutfi mematok dagangannya di angka Rp 2,5 ribu hingga termahal Rp 50 ribu.
Berdagang pada momentum Dugderan dilakoninya setiap tahun.
Ia menceritakan, hal tersebut sudah dijalankan oleh sang ayah bertahun-tahun silam.
"Sekarang saya yang meneruskan, tapi hanya saat Dugderan. Kalau hari biasa saya bertani di desa," ucapnya.
Lutfi mengaku, berapa pun pendapatan saat berdagang tetap ia syukuri.
Meski sepi atau ramai, ia tetap berdagang dan ikut meramaikan Dugderan di Kota Semarang.
Kegiatan yang ia lakoni tersebut telah jadi tradisi keluarganya.
"Almarhum ayah saya juga mengatakan hal tersebut, jadi saya teruskan sampai sekarang," imbuhnya.
Lutfi berujar, Dugderan tahun ini jadi awal ia berdagang tembikar di Aloon-aloon Masjid Agung Semarang.
Pasalnya saat pandemi Covid-19, Dugderan di Kota Semarang ditiadakan.
"Tapi saya akui, tembikar mainan anak tahun ini memang sepi peminat, beda dengan beberapa tahun lalu. Apapun itu saya syukuri, karena berdagang tak hanya cari rezeki melainkan juga ibadah," terang Lutfi sembari menunggu pembeli.
Jika pedagang tembikar sepi peminat, lain halnya dengan pedagang kuliner khas timur tengah, yang membuka lapak di Pasar Rakyat Dugderan.
Kudapan khas seperti nasi maroko hingga nasi kebuli ramai diserbu pengunjung.
Di lapak Firdaus (33) misalnya, setiap hari 50 pack nasi maroko diburu pembeli yang datang ke Aloon-aloon Masjid Agung Semarang.
Firdaus pun menganggap Dugderan jadi momentum obawa berkah baginya.
"Alhamdulillah ada saja pembeli di lapak saya, mungkin karena jarang yang me jual kuliner khas timur tengah. Kalau ramai saya jadi semangat memasak," tambahnya. (*)
Video Penampakan Buldoser Rp 2,2 M Dipakai Pemkab Kendal Kelola Sampah di TPA Darupono |
![]() |
---|
Video Bupati Sudewo Datangi Posko Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Diteriaki Lengser &Dilempar Botol |
![]() |
---|
Video Kecelakaan Karambol di Tol Srondol Semarang, Sejumlah Mobil dan Truk Ringsek Parah |
![]() |
---|
Video Penasihat Hukum Aliansi Masyarakat Pati Bersatu Tegaskan Demo 13 Agustus Tetap Lanjut |
![]() |
---|
Video Gubernur Ahmad Luthfi Ingatkan Bupati Pati Sudewo Lebih Santun |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.