Guru Berkarya
Pemanfaatan Tumbuhan di Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar IPA
Siswa tidak terbatas belajar secara teori dan hafalan, tetapi langsung mengamati objek nyata.
Pemanfaatan Tumbuhan di Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar IPA
Siti Lestari, S.Pd
Guru IPA SMPN 2 Pakis Kabupaten Magelang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Melalui pembelajaran IPA, siswa diarahkan untuk mempelajari dan memahami gejala alam yang terjadi melalui kegiatan observasi sehingga diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari lingkungan sekitar. Kenyataan di lapangan justru menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA berjalan belum optimal. Metode maupun teknik pembelajaran yang dilakukan guru cenderung monoton dan penggunaan media kurang bervariasi. Guru dominan menggunakan media gambar dan papan tulis sebagai media belajar. Hal ini menyebabkan siswa kurang berminat untuk belajar dan mengalami kesulitan belajar sehingga siswa belum memenuhi capaian kompetensi dengan baik.
Salah satu materi IPA kelas 7 yang perlu dipelajari secara mendalam karena memiliki esensi luas adalah klasifikasi makhluk hidup. Kajian dalam materi tersebut meliputi manfaat klasifikasi, kunci determinasi, dan klasifikasi berdasarkan lima kingdom (Kingdom Monera, Kingdom Protista, Kingdom Fungi, Kingdom Plantae dan Kingdom Animalia). Berdasarkan cakupan materi, bagian yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus siswa SMP Negeri 2 Pakis ialah pendalaman pembelajaran tentang Kingdom Plantae. Siswa masih kesulitan mengidentifikasi dan membedakan tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tumbuhan berbiji terbuka dan tertutup, serta tumbuhan monokotil dan dikotil. Kesulitan inilah yang kemudian membuat pencapaian nilai rata-rata hasil ulangan harian pada materi klasifikasi makhluk hidup baru mencapai 52 persen.
Melihat luasnya materi dan kesulitan siswa dalam belajar, guru sebagai pendidik berupaya untuk melakukan perbaikan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Menurut Sutikno (2013:37), sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana materi pembelajaran terdapat. Demikian pula, SMP Negeri 2 Pakis berdiri tegak di tengah pedesaan yang asri karena dikelilingi lahan hijau. Lingkungan tersebut menyediakan bebagai jenis tumbuhan yang dapat diamati ciri-cirinya berdasarkan kesamaan atau perbedaan. Artinya, alam sekitar dapat menjadi sumber belajar langsung. Siswa tidak terbatas belajar secara teori dan hafalan, tetapi langsung mengamati objek nyata.
Dalam praktiknya, pelaksanaan pembelajaran klasifikasi makhluk hidup dimulai dengan kegiatan pemberian stimulan. Guru menunjukkan jenis-jenis tumbuhan untuk menarik minat belajar siswa. Dilanjutkan pembagian kelompok menjadi 6 kelompok, di mana masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru pun membagikan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk dibaca dan dipahami tentang petunjuk apa saja yang akan dilakukan, yaitu mengamati berbagai macam tumbuhan yang ada di lingkungan sekolah. Mereka diminta untuk menuliskan berbagai ciri-ciri tumbuhan, dilihat dari pertulangan daun, jumlah mahkota bunga, akar, batang, kemudian dikelompokkan dan digambarkan termasuk dalam tumbuhan dikotil atau monokotil sesuai dengan hasil pengamatan yang diperoleh dalam diskusi kelompok.
Penggunaan tanaman yang ada di lingkungan sekolah dalam proses pembelajaran ini memiliki banyak keunggulan, meliputi: pertama, kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan. Kedua, hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami. Ketiga, materi yang dapat dipelajari nyata sehingga kebenarannya lebih akurat. Ke empat, siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungan sekitarnya sehingga dapat membentuk pribadi yang cinta lingkungan. Berbagai keunggulan tersebut telah dijumpai kebermanfaatatannya dalam pembelajaran IPA SMP Negeri 2 Pakis. Siswa terdorong memiliki motivasi semangat lebih tinggi dan tentunya mengangkat hasil belajar yang sebelumnya masih dalam kategori rendah. (*)
tribunjateng.com
Budayakan Tadarus Sebagai Bekal Generasi Penerus |
![]() |
---|
Metode MPA Mampu Melatih Kemandirian Siswa dalam Belajar Zakat |
![]() |
---|
Strategi WITP Efektif Meningkatkan Hasil Belajar Matematika |
![]() |
---|
Peningkatan Kemampuan Berwudu dengan Menggunakan Metode Praktik |
![]() |
---|
Menerapkan Pembelajaran Berbasis Proyek untuk Mengasah Keterampilan Statistika Siswa |
![]() |
---|