Elektabilitas Ganjar, Prabowo, dan Anies Sulit Digeser
Top 3 pada liga satu sulit digeser, sebab memiliki popularitas yang besar dan punya basis geografis besar.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Survei Nasional terbaru terkait dengan dinamika elektoral capres dan cawapres pilihan publik yang dilakukan Indikator Politik Indonesia menunjukan Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan masih menduduki posisi tiga teratas (Top 3).
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, Top 3 pada liga satu sulit digeser, sebab memiliki popularitas yang besar dan punya basis geografis besar.
"Elektabilitas Top 3, yaitu Ganjar, Prabowo, Anies, itu cenderung sticky, karena mereka punya tingkat kedikenalan yang besar, punya nasional platform, umumnya mereka punya basis geografis besar," ujarnya, pada Rilis Survei Nasional: Dinamika Elektoral Capres dan Cawapres Pilihan Publik dalam Dua Survei Nasional Terbaru, Minggu (26/3).
Menurut dia, Ganjar Pranowo cukup kuat di Jawa Tengah, sedangkan Anies Baswedan kuat di DKI Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat. Sementara, Prabowo Subianto cenderung dikenal di banyak tempat.
Burhan menuturkan, dinamika pergerakan agregat suara di liga satu cenderung naik dari Januari 2022 hingga Maret 2023. Selain itu, agregat jumlah pemilih kandidat di liga 2 atau di bawah Top 3 malah semakin menurun.
Hal itupun membuat posisi Top 3 sulit digeser, jika tidak ada keajaiban. "Kalau tidak ada mujizat, kemungkinan sulit untuk terjadi perubahan di tingkat massa mengenai Top 3 ini, karena sudah melekat," paparnya.
Dalam simulasi pemilu kepada 19 nama capres, jika pemilihan diadakan sekarang, Ganjar menduduki posisi teratas, disusul Prabowo dan Anies. Namun, angka perolehan Ganjar tidak mengalami kenaikan. Justru Prabowo mengalami kenaikan yang positif, sedangkan Anies mengalami tren penurunan.
"Jadi, Ganjar stuck, sementara Prabowo ada kenaikan positif dalam beberapa bulan terakhir. Anies ada tren penurunan," jelasnya.
Burhan mengungkapkan, ketidakpastian dalam dinamika elektoral capres/cawapres pilihan publik kemungkinan akan terus berlangsung hingga pemilu 2024.
Sebab, ketidakpastian itu hasil survei dapat menjadi bahan rujukan untuk para pengambil keputusan yang berkaitan dengan pilihan politik dan isu publik tersebut.
"Ketidakpastian bukan hanya terjadi di tingkat elit. Karena misalnya Mega belum memastikan siapa yang di-capreskan, koalisi sudah dibentuk tapi belum ada yang di-capreskan. Ketidakpastian juga terjadi di tingkat massa, karena tidak ada yang dominan," terangnya. (Tribunnews/Larasati Dyah Utami)