Berita Semarang
Wilayah Padat di Semarang Jadi Rebutan Parpol, Pria Ini Ungkap Harga 1 Suara, Ibu PKK juga Disasar
Akselerasi politik terus dilakukan oleh sejumlah partai politik (parpol) yang lolos tahapan verifikasi faktual pemilu
Penulis: budi susanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Akselerasi politik terus dilakukan oleh sejumlah partai politik (parpol) yang lolos tahapan verifikasi faktual pemilu.
Terdapat 17 parpol telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos oleh KPU.
Berbagai upaya pun dilakukan untuk mendapatkan hati masyarakat untuk bertarung di pemilu 2024.
Sejumlah parpol bahkan menyasar ke lingkup ibu rumah tangga dalam hal sosialisasi para calon legislatif (caleg).
Baca juga: Solo Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Ini Kata Gibran Soal Gubernur Jateng yang Tolak Timnas Israel
Baca juga: Motif Kematian Briptu RF Akhirnya Diungkap, Beberapa Hari Terakhir Beda, Jenazah Dibawa ke Semarang
Tak hanya itu, kaum milenial juga disasar oleh berbagai parpol untuk memuluskan langkah menuju pemilu.
Kaderisasi, mencari saksi untuk ditempatkan saat penghitungan suara hingga memberikan janji dengan embel-embel nominal uang dari sejumlah parpol, seolah jadi hal biasa di kalangan masyarakat.
Kondisi tersebut membuat wilayah yang dianggap potensial menjadi rebutan parpol untuk melancarkan program dan strategi politiknya.
Merujuk pada hal tersebut, Tribunjateng.com mencoba merekam dinamika dan aktivitas perpolitikan yang dilakukan parpol di tingkat paling dasar yaitu perkampungan di Kota Semarang.
Tribunjateng.com pun bertemu dengan S (42), satu di antara warga Kota Semarang, yang sempat ditawari menjadi koordinator oleh salah satu partai besar untuk mencari saksi hingga mendulang suara di salah satu perkampungan di wilayah Kecamatan Ngaliyan.
Ia memberikan informasi secara gamblang mengenai akselerasi salah satu parpol tersebut.
Bahkan parpol tersebut berani membayar Rp 300 ribu untuk satu orang saksi yang akan ditempatkan dalam penghitungan suara pada pemilu 2024.
"Hebatnya, ada aplikasi khusus untuk saksi yang saya daftarkan nanti. Selain untuk memasukkan data pribadi saksi yang akan didaftarkan, aplikasi itu juga untuk pembayaran atau melihat upah saat menjadi saksi. Semuanya lewat telpon genggam," terangnya kepada Tribunjateng.com, Senin (27/3/2023).
Tak hanya itu, ia juga diminta mencari dukungan suara dari warga sekitar tempat tinggalnya.
Tak tanggung-tanggung, parpol yang mendekatinya menjanjikan Rp 50 sampai Rp 100 ribu jika memilih salah satu caleg dari parpol tersebut.
Meski demikian, jumlah tersebut masih dibahas oleh parpol yang hendak mendekati warga di sekitar tempat tinggal S.
"Awalnya mereka tanya berapa tarif untuk satu orang, saya juga bingung jawabnya. Namun mereka bilang beberapa tahun lalu Rp 50 ribu untuk satu orang jika memilih celeg DPR Provinsi Jateng. Saya tanya ke beberapa warga minta lebih jadi Rp 100 ribu dan perwakilan parpol tersebut bilang masih akan dihitung," terangnya.
S mengaku sampai sekarang belum ada kejelasan terkait biaya yang akan diberikan oleh parpol tersebut.
Selain biaya, ia mengatakan tidak ada kejelasan mengenai posisinya yang awalnya ditawari menjadi koordinator untuk mengumpulkan saksi hingga mendulang suara.
"Kalau saya santai saja dan tidak terlalu mengejar. Saya hanya menyampaikan ke warga. Tidak jadi koordinator juga tidak apa-apa," paparnya.
Hal yang mengejutkan adalah beberapa parpol juga mendatangi perkampungan tempat ia tinggal.
Bahkan rekan-rekannya juga didatangi oleh perwakilan parpol dan dijanjikan hal serupa.
"Mungkin tempat saya tinggal potensial karena warganya banyak. Jadi parpol seperti berebut untuk bisa masuk ke kampung saya," imbuhnya.
Usaha salah satu parpol untuk mendapatkan dukungan masyarakat juga dirasakan oleh Wati (39) warga Kota Semarang lainnya.
Bahkan Wati bercerita, salah satu caleg sampai mengumpulkan ibu-ibu PKK agar mendapatkan dukungan.
Ie mangaku tak tahu menahu aturan mengenai pemilu, namun fakta yang ia alami seorang caleg sampai masuk ke kelompok ibu-ibu di kampungnya.
"Beberapa hari lalu ada caleg yang datang, ia sengaja mengumpulkan ibu-ibu PKK untuk mendukungnya," katanya.
Bahkan usai mengumpulkan anggota PKK, grup WhatsApp juga dibuat oleh salah satu warga Yang mendukung caleg tersebut.
Namun karena ibu-ibu di kampungnya tak kenal dengan caleg tersebut, beberapa keluar dari grup.
"Caleg itu juga mengutarakan niatnya dan memberi janji. Tapi dia bilang dukungan tersebut adalah gerakan sosial. Mungkin hal tersebut yang membuat ibu-ibu keluar dari grup karena tidak ada tindakan yang nyata hanya janji-janji saja," tutur Wati. (*)
Daftar 11 ATM Rp 10 Ribu dan Rp 20 Ribu di Semarang Jawa Tengah, Tanpa Antri! |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Semarang Hari Ini Selasa 19 Agustus 2025: Hujan Petir di Tembalang |
![]() |
---|
Mahkota Wedding Fair 2025 Sajikan Konsultasi Gratis hingga Promo Menarik untuk Calon Pengantin |
![]() |
---|
Investasi Pusat Perbelanjaan di Kota Semarang Menggeliat, Mal Terus Lakukan Ekspansi |
![]() |
---|
Jaksa Pantau Penggunaan Dana Bantuan Operasional RT Semarang : Potensi Bermasalah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.