Berita Slawi

Bupati Tegal Umi Azizah Beberkan Upaya Pencegahan Peserta Didik Lakukan Perbuatan Tercela

Bupati Tegal Umi Azizah melibatkan peserta didik untuk pencegahan perbuatan tercela di Pendopo Amangkurat Pemkab Tegal, Rabu (29/3/2023).

Foto dokumentasi Humas Pemkab Tegal
Bupati Tegal, Umi Azizah, saat memberikan sambutan pada acara yang berlangsung di Pendopo Amangkurat Pemkab Tegal beberapa waktu lalu.  

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Bupati Tegal Umi Azizah, menuturkan banyak cara yang bisa dilakukan untuk penanganan atau pencegahan perbuatan tercela yang melibatkan peserta didik ataupun remaja. 

Hal itu terungkap saat berlangsung rapat koordinasi (rakor) antisipasi keterlibatan peserta didik dalam perilaku tercela di Kabupaten Tegal.

Berlokasi di Pendopo Amangkurat Pemkab Tegal, Rabu (29/3/2023). 

Baca juga: Civitas Akademik FSRD ISI Surakarta Bekali Mahasiswa Ikuti IISMA 2023

Sebelum memaparkan upaya yang dimaksud, Umi menilai ada sesat pikir pengakuan, kebanggaan personal ataupun kelompok di kalangan remaja dan pelajar. 

Mengingat ukurannya bukan lagi karya, inovasi, kreasi atau prestasi di bidang akademik, kepemudaan, hobi, ataupun olahraga, melainkan keberaniannya dalam membuat onar, menaklukkan kelompok lain, melukai, dan menyakiti orang lain. 

Apalagi sampai korbannya meninggal dunia dan aksinya diunggah ke media sosial, itu kebanggan semu mereka. 

Hal itu, menurut Umi berbeda dengan tindakan kriminal orang dewasa yang umumnya karena motif ekonomi ataupun dendam pribadi. 

Krisis eksistensi akibat kehilangan kasih sayang dan perhatian dari keluarga, dari orangtua yang mungkin sibuk bekerja, merantau ke luar kota hingga perhatiannya kurang. 

Bisa juga anak-anak ini mengalami bullying di sekolah sehingga perlu mencari perlindungan, mencari kelompok atau geng yang bisa membuat mereka merasa aman dan terlindungi. 

Sebab dengan berkelompoklah mereka merasa kuat, disamping pengaruh negatif media sosial karena seringnya terpapar informasi yang keliru.

Ada hal yang sangat mendasar yang harus dievaluasi dari pola pendidikan karakter di tengah keluarga. 

Umi menilai, banyak keluarga saat ini menganggap semua pendidikan termasuk pendidikan karakter menjadi tanggung jawab sekolah. 

Sementara, kedua orangtuanya sibuk bekerja dan mencari uang.

"Dari pengamatan saya pada kasus kekerasan remaja dan pelajar, seperti dulu di Cerih Jatinegara hingga yang terkini, kita melihat para pelaku atau bahkan korbannya cenderung kurang memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan orangtuanya, termasuk dengan gurunya di sekolah," ujar dia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved