Menparekraf Proyeksi Potensi Ekonomi Masa Lebaran 2023 Capai Rp 240 Triliun
nilai Rp 240 triliun itu terhitung dari pengeluaran masyarakat untuk berwisata, yaitu diperkirakan mencapai Rp 1,9 juta/orang.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno menyatakan, potensi ekonomi khususnya di bidang pariwisata pada periode Lebaran 2023 bisa mencapai Rp 240 triliun.
Hal itu seiring dengan jumlah pergerakan pemudik yang diperkirakan bakal mencapai 123,8 juta orang berdasarkan data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
"Kalau ada 123,8 juta orang pergerakan mudik, ini akan memungkinkan perputaran ekonomi di atas Rp 240 triliun," katanya, saat ditemui di Taman Mini Indonesia Indah, pekan lalu.
Sandiaga menuturkan, nilai Rp 240 triliun itu terhitung dari pengeluaran masyarakat untuk berwisata pada periode Lebaran kali ini, yaitu diperkirakan mencapai Rp 1,9 juta per orang.
Kemenparekraf membuat estimasi pengeluaran wisatawan nusantara untuk mudik per pergerakan. Berdasarkan data, pada 2019 pengeluaran mencapai Rp 1,06 juta per orang, pada 2020 pengeluaran mencapai Rp 2,26 juta per orang, dan pada 2021 pengeluaran mencapai Rp 2,49 juta per orang.
Jika diasumsikan pengeluaran pada 2023 merupakan rata-rata pengeluaran pada 2019-2021, maka pengeluaran per orang pada tahun ini diperkirakan sebesar Rp 1,94 juta per orang. Jumlah tersebut dikalikan dengan jumlah potensi pemudik yang sebanyak 123,8 juta orang.
“Kami dengan asumsi basis pengeluaran wisatawan nusantara saat mudik Lebaran periode 2019-2021 (rata-rata pengeluaran) sekitar Rp 1,94 juta (per orang), maka diproyeksikan perputaran ekonomi naik dari angka estimasi awal sekitar Rp 150 triliun ke Rp 240,1 triliun,” terangnya.
Sandiaga menuturkan, pihaknya pun melakukan pemetaan preferensi wisatawan nusantara (domestik) selama libur Lebaran. Hasilnya, berdasarkan pemesanan wisata melalui online travel agent (OTA) diproyeksikan terdapat sekitar 58 persen memilih lokasi wisata dalam kota domisili atau tujuan mudik.
Sisanya, dia menambahkan, terdapat potensi memilih wisata di luar domisili atau tujuan mudik. “Berarti ini ada potensi pariwisata yang harus kami petakan, dan durasi wisata 2-4 hari,” paparnya.
Sandi menyatakan, faktor pendukung kenaikan pergerakan masyarakat karena dua hal. Yakni jumlah hari libur lebih panjang dan relaksasi kebijakan pembatasan perjalanan.
Sementara, preferensi tujuan wisata terbagi dalam beberapa hal. Preferensi tujuan wisata pantai, danau, dan laut sekitar 64 persen, pusat kuliner 54 persen, pegunungan atau agro wisata 51 persen, taman rekreasi 36 persen, dan desa wisata hampir mencapai 30 persen. (Tribunnews/Nitis Hawaroh/Kontan.co.id/Vendy Yhulia Susanto)