Berita Kudus

Muhammad Noor Syamsul Huda, Pria Kudus Ini Sulap Limbah Jadi Seni Kaligrafi Bernilai Tinggi

Muhammad Noor Syamsul Huda pria asal Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, menyulap berbagai limbah menjadi kerajinan tangan bernilai tinggi

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Rezanda Akbar
Muhammad Noor Syamsul Huda sedang mengerjakan kaligrafi yang terbuat dari limbah 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Muhammad Noor Syamsul Huda pria asal Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, menyulap berbagai limbah menjadi kerajinan tangan bernilai tinggi.

Pemuda di Kabupaten Kudus itu mengubah bahan limbah menjadi kaligrafi.

Konsumen dapat memesan sesuai keinginan, harganya pun juga terjangkau.

Kaligrafi itu, dia kerjakan kediamannya berada di sebelah utara Masjid Menara Kudus, yakni di RT 01, RW 03, Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Dirinya mulai mempelajari kaligrafi sejak umur 15 tahun, awalnya dia terinspirasi dari karya kaligrafi milik kakaknya yakni Muhammad Noor Syukron.

Baca juga: Mana yang Harus Didahulukan, Bayar Utang Puasa Atau Puasa Syawal? Simak Penjelasannya

Baca juga: 3 Biji Nastar Setara 1 Piring Nasi, Berikut Penjelasan Pakar Gizi, Apa Kabar Diet Anda? 

"Kakak saya sering juara kaligrafi. Menjadi inspirasi bagi saya sampai akhirnya saya tertarik membuat kaligrafi," katanya, Rabu (26/4/2023).

Seiring berjalannya waktu, Huda mencoba memanfaatkan limbah.

Mulai dari limbah kayu, limbah kain, limbah sisa tampah, limbah goni, dan limbah kertas duplex.

"Dapat limbahnya dari beberapa teman. Kemudian saya manfaatkan untuk membuat kaligrafi," sambungnya. 

Waktu pengerjaan satu kaligrafi pun bervariatif, mulai dari sehari hingga sepuluh hari lamanya. Tergantung bagaimana tingkat kesulitannya.

Hal tersebut, lantaran dirinya harus memperhatikan tiap detail dari karya kaligrafi yang dia buat, kerapihan karya serta kualitas karyanya.

"Tergantung tingkatan kaligrafinya sulit, satu karya bisa sampai 10 hari. Kalau mudah, sehari bikin tiga ya bisa. Karena ada beberapa aspek yang diperhatikan," terangnya.

Beberapa kaligrafi limbah yang telah dia buat yakni kaligrafi bertuliskan Al-Fatihah berukuran 80 cm x 70 cm yang dibuat pada 2020 selama kurun waktu tiga hari.

Selanjutnya, ada kaligrafi bertuliskan surat Al Fatihah berukuran 1 meter x 130 cm yang terbuat dari kertas duplex.

Lalu ada kaligrafi bertuliskan allahu wahdahu la syarikalah berukuran 40 cm x 60 cm yang dibuat di 2020. Bahannya berasal dari limbah duplex.

"Ada kaligrafi bertuliskan Alif. Piguranya terbuat dari limbah kayu. Pembuatannya memakan waktu setengah hari dengan ukuran 30 cm x 40 cm.

Sejauh ini pesanannya berasal dari Kudus, dari beberapa pondok pesantren. Rencananya dirinya akan mengembangkan pemasaran kaligrafi limbah miliknya.

"Ke depannya akan terus menekuni kaligrafi, agar kaligrafi yang saya buat bisa terus berkembang dan pemasarannya terus meluas," imbuhnya. (Rad)

 

Sumber: Tribun Jateng
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved