Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Kampung Unik Semarang : Kampung Banpres Sentra Ban & Velg Bekas : Satu Kampung Isinya Ban Semua

Kawasan Kampung Banpres, Kelurahan Tlogomulyo RW 2 Kecamatan Pedurungan, tak ubahnya seperti perkampungan biasa. 

Penulis: iwan Arifianto | Editor: Catur waskito Edy
Iwan Arifianto
Pemilik lapak Azka Velg dan Ban, Nur Hidayat saat merapikan barang dagangannya di Kawasan Kampung Banpres, Kelurahan Tlogomulyo RW 2 Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang, Sabtu (20/5/2023). 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Kawasan Kampung Banpres, Kelurahan Tlogomulyo RW 2 Kecamatan Pedurungan, tak ubahnya seperti perkampungan biasa. 

Bedanya, kampung tersebut dipenuhi ban dan velg yang tertata rapi dari teras rumah warga hingga lorong-lorong jalan kampung. 

Di kampung tersebut, urat nadi kehidupan masyarakat digerakan oleh ban dan velg sebab mayoritas warganya bekerja sebagai penjual barang tersebut. 

"80 persen warga berjualan ban dan velg, para pria, ibu-ibu dan anak muda terlibat," ucap Pemilik lapak Azka Velg dan Ban, Nur Hidayat kepada Tribunjateng.com, Sabtu (20/5/2023). 

Sebelum menjadi sentra ban dan velg, warga Banpres bergulat dengan ban sudah dimulai sejak tahun 90an.

Mereka awalnya hanya sebagai pencari ban bekas yang dijual kepada para pengepul. 

Mulai sekira tahun 2018, ada warga yang mempelopori berjualan ban dan velg dengan membuka lapak di kampung Banpres. 

Tak hanya berjualan secara offline, penjualan dipadukan  pula secara online. 

Hasilnya, Kampung Banpres kian dikenal para pencari ban dan velg.

"Namanya pak Allan pertama jualan ban dan velg di posting di Facebook. Warga lainnya mengikuti semua. Akhirnya warga lainnya yang jualan ban di luar ikutan jualan di sini," ungkapnya.

Kampung Banpres lambat laun menjadi pusat penjualan ban dan velg bekas di wilayah Semarang Timur. 

Ketika mengunjungi kampung tersebut sekarang sudah ada sekira 25 lapak yang tersebar di empat RT meliputi RT 1,2,3 dan 4 di RW 2, Tlogomulyo, Kecamatan Pedurungan.

"Terbentuknya pusat kampung ban dan velg lima tahun terakhir," katanya.

Kampung Banpres cepat berkembang menjadi pusat penjualan ban dan velg bekas lantaran para warganya sudah puluhan tahun bergelut di bidang ban bekas.

Menurut Nur, hampir warga satu kampung bisa ikut berjualan ban dan velg lantaran ada cerita sukses (success story) sehingga warga lainnya mengikutinya.

"Saya terhitung orang terakhir  di kampung ini mengikuti jualan ban dan velg. Semangatnya Melihat tetangga sukses tentu  berpikir yang lain bisa kenapa kita tidak," katanya.

Ia pun mengaku, mulanya bekerja sebagai sopir taksi kemudian memberanikan diri berjualan ban dan velg dalam waktu tiga tahun terakhir.

Bermodal awal hanya Rp700 ribu, ia kini bisa menjadi bos di lapaknya. 

"secara penghasilan jauh, dulu saat jadi sopir taksi sehari Rp100 ribu susah, sekarang perbulan bisa omzet sampai Rp7 juta. Paling penting ya bisa kumpul keluarga setiap saat tak perlu capek-capek pulang malam," bebernya.

Ia menyebut, Kampung ban dan velg di Banpres semakin dikenal karena harga dikenal lebih murah dibandingkan di tempat lain.

Terdapat rentang harga Rp500 ribu hingga Rp700 ribu. 

Jenis ban dan velg yang ditawarkan juga cukup lengkap baik dari segi harga dan jenis.  

Velg  dijual dari harga Rp1,5  juta hingga velg variasi harga Rp19  juta. 

Ban bekas harga Rp100 ribu sampai Rp500 ribu.

"Keunggulan lain penyambutan pembeli lebih ramah. Harga lebih miring karena para warga berjualan di rumah sendiri," paparnya.

Aktivitas kolektif di bidang ban dan velg tersebut lantas diusulkan oleh kelurahan setempat menjadi kampung velg dan ban. 

Namun, hingga kini usulan tersebut belum terealisasi.

"Dulu kampung banpres  diusulkan pihak kelurahan  menjadi kampung  tematik kampung velg dan ban tapi belum berjalan," jelas Nur.

Pemilik lapak Duta One velg dan ban, Allan mengatakan, dari dulu para warga Banpres sudah banyak bergelut dengan dunia ban bekas. 

Hanya saja, warga masih sebatas pencari ban bekas lalu dijual ke pengepul.

Mulai tahun 2018, ia mulai berjualan di kampung dengan melibatkan para warga sekitar dari anak muda hingga ibu-ibu.

Seiring berjalannya waktu, para warga membentuk paguyuban untuk menaungi para penjual ban dan velg di kawasan tersebut dengan harapan mampu mensejahterakan para warga.

"Saya yakin prospek ke depan akan semakin besar karena peluang pasar yang luas hampir di seluruh wilayah Indonesia," jelasnya.

Terkait nama kampung Banpres  ternyata tidak ada kainnya dengan aktivitas warga di dunia ban. 

Menurut Allan, Banpres singkatan dari bantuan presiden. Sebab, perumahan yang sekarang dihuhi merupakan bantuan presiden Soeharto  di tahun 80an. 

"Banpres bukan ban dan pres. Ada dua perumahan serupa di Kota Semarang yakni di Banyumanik  dan Pedurungan," tandasnya. (Iwn) 

Baca juga: Rekomendasi Film Perjuangan di Disney+ Hotstar untuk Memperingati Hari Kebangkitan Nasional

Baca juga: Kampoeng Kopi Sugara, Spot Ngopi Homey di Cilacap

Baca juga: Kabar Gembira, Trans Jateng Rute Solo-Wonogiri Segera Mengaspal Agustus 2023

Baca juga: Viral Juru Parkir di Banyumas Dipukuli Pria Bercelana Loreng, Pelaku Ditangkap, Inilah Tampangnya

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved