Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kurnia Meiga

Ini Penjelasan Dokter tentang Papilledema, Penyakit yang Menyerang Mata dan Kehidupan Kurnia Meiga

Ini Penjelasan Dokter tentang Papilledema, Penyakit yang Menyerang Mata dan Kehidupan Kurnia Meiga

Penulis: Fachri Sakti Nugroho | Editor: galih permadi
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Ini Penjelasan Dokter tentang Papilledema, Penyakit yang Menyerang Mata dan Kehidupan Kurnia Meiga 

Kelima, pada pemeriksaan oftalmoskopis, didapatkan papil yang menonjol karena membengkak.

Pembengkakannya (elevasi) biasanya lebih besar dari tiga dioptri, disertai pembuluh darah yang berkelok kelok dan pendarahan papil, serta kelainan ini adalah bilateral.

Keenam, kalau papiledema berlangsung lama, maka akan terjadi atrofi papil yang pucat dan kabur.

Atrofi papil sekunder ini disebabkan adanya proliferasi sel sel glia yaitu astrosit yang berlebihan.

Waktu yang diperlukan dari papiledema menjadi atrofi papil tergantung beratnya dan menetapnya kenaikan tekanan intrakanial.

Papiledema bisa terkena dari bayi hingga dewasa, tergantung penyebabnya.

Namun mirisnya kebanyakan, penderita papiledema tidak menyadari kalau ia sedang menderita penyakit itu.

dr Rani Himayani Sp.M dari Lampung Eye Center mengatakan, para penderita itu baru menyadari terkena papiledema saat sudah mencapai tahap kronik.

Saat sudah sadar mereka baru datang ke dokter untuk berobat.

Penderita Papiledema yang terjadi pada usia produktif dan tidak mendapat penanganan segera akan berdampak turunnya kinerja dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Papiledema tersebut lambat disadari penderita karena peningkatan tekanan intrakanial yang disebabkan adanya tumor atau non tumor seperti infeksi, cedera kepala yang menyebabkan perdarahan otak karena kecelakaan.

"Penderita tidak menyadari kalau adanya massa tumor atau cedera kepala juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan intrakanial yang memicu papiledema".

"Pasien baru tahu setelah papiledema sudah sampai tahap kronik dan penglihatan sudah buruk" kata dr Rani.

Dokter yang juga dosen Fakultas Kedokteran Unila itu sangat menyarankan masyarakat untuk dan memahami gejala papiledema.

Kenali juga penyebab papiledema yakni, tumor otak, hidrosefalus, meningitis, pendarahan otak akibat cedera kepala, dan tekanan darah yang terlalu tinggi.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved