Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

kkn udinus

Belum Ke Rembang Kalau Belum Mencoba Lontong Tuyuhan

Jangan kaget ketika Anda berwisata ke Rembang, karena kota satu ini memiliki pantai-pantai berpasir putih yang tak ada habisnya.

Editor: galih permadi
IST
Belum Ke Rembang Kalau Belum Mencoba Lontong Tuyuhan 

Penulis : Hilyana Arieandhien, Semester 2 Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro

Rembang, atau lebih dikenal dengan julukan Tiongkok Kecil dan Kota Garam, merupakan salah satu pusat perekonomian kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Dengan luas 1.036 kilometer persegi, kabupaten satu ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang ada di pinggir jalur Pantai Utara Pulau Jawa.

Kabupaten Rembang terdiri dari 14 kecamatan, 7 kelurahan, dan 287 desa. Penduduk di Kabupaten Rembang diperkirakan mencapai angka 635.483 jiwa dan tersebar di berbagai daerah maupun desa.

Tak hanya di daerah perkotaan saja, daerah pedesaan terpencil pun ramai dipadati oleh penduduk.

Jangan kaget ketika Anda berwisata ke Rembang, karena kota satu ini memiliki pantai-pantai berpasir putih yang tak ada habisnya. Selain itu, bunyi deburan ombak dan permukaan laut yang berkilauan juga ikut menambah pesona pantainya.

Ketika menengok ke timur, Anda akan disambut dengan deretan pegunungan hijau yang membentang luas menyejukkan mata. Berbeda dengan kebanyakan pantai yang memiliki udara panas, pantai di Kabupaten Rembang cenderung sejuk karena ditanami dengan pohon-pohon rindang di tepiannya.

Ini juga menjadi alasan mengapa pantai-pantai di Rembang banyak dipilih para wisatawan sebagai spot untuk berekreasi melepas suntuk dari dunia kerja.

Jika ingin melihat matahari terbenam, Anda bisa menyaksikannya langsung dari bibir pantai.

Anda akan disuguhi dengan lembayung senja yang memantul cantik dari permukaan laut. Sesekali para nelayan lokal yang baru pulang melaut akan nampak menepi dan turun dari kapal, membawa ikan hasil tangkapan.

Sama halnya jika ingin melihat matahari terbit, Anda bisa datang di waktu shubuh bersama keluarga ditemani minuman panas, menikmati suguhan permainan kolase warna yang mampu membuat siapapun berdecak kagum.

Benar-benar pemandangan yang sulit untuk dilupakan!

Selain dikenal karena keindahan alamnya, Rembang juga dikenal sebagai kota Ibu Kartini, lho. Kabupaten ini menjadi sebuah tempat yang wajib dikunjungi para pelancong yang haus akan sejarah.

Pasalnya, setiap seluk-beluk kota ini menyimpan banyak cerita, seperti Museum Kartini, Tiongkok Kecil Heritage, Makam Sunan Bonang, Perahu Kuno, Lawang Ombo, dan masih banyak lainnya. Bisa dibilang Rembang adalah surga bagi para turis pecinta sejarah.

Salah satu peninggalan sejarah yang paling diminati turis adalah Museum Kartini yang berada di pinggir jalan Pantura. Rembang juga merupakan saksi bisu perjuangan RA Kartini, dimana RA Kartini dulu menikah dan memilih kota ini sebagai tempat persinggahan terakhirnya.

Banyak peninggalan serta barang-barang pribadi milik Kartini disimpan apik di museum ini.

Setelah puas mengelilingi museum, Anda bisa mengunjungi satu bangunan “kuno” lainnya, yaitu Sekolah Kartini, yang berlokasi di komplek kantor Kabupaten Rembang.

Bangunan tua ini adalah saksi bisu perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak kesetaraan perempuan pada tahun 1912 silam.

“Sekali mendayung dua pulau terlampaui” adalah peribahasa yang cocok untuk para wisatawan yang ingin berkunjung ke Rembang.

Tak hanya terkenal dengan sejarah-sejarah kuno, pantai, batik, dan garam, Rembang juga dikenal karena makanan-makanannya yang lezat.

Ada banyak sekali makanan khas yang wajib dicoba oleh wisatawan yang baru pertama kali berkunjung ke Kabupaten Rembang.

Makanan khas Rembang sangatlah banyak, beberapa diantaranya adalah dumbeg, sate serepeh, urap latoh, kawista, lontong tuyuhan dan sayur merica adalah beberapa makanan khas yang banyak dicari oleh wisatawan.

Namun diantara makanan-makanan tersebut, salah satu makanan khas Rembang yang paling laris dan digandrungi masyarakat adalah lontong tuyuhan.

Makanan satu ini akan membuat siapapun yang memakannya ketagihan – tak terkecuali warga lokal sekalipun, yang juga mengakui kenikmatan lontong tuyuhan.

Tentunya Anda sudah tidak asing lagi mendengar kata lontong.

Makanan berlapis daun pisang ini sudah menyebar luas di berbagai daerah pelosok Indonesia, hingga dipastikan Anda sudah pernah mencobanya.

Beberapa hidangan yang menggunakan lontong sebagai kondimennya adalah lontong opor dan lontong sayur. Makanan berbahan dasar beras ini juga dapat dijadikan teman makan di beberapa hidangan lain, seperti kupat tahu dan sebagainya.

Tak mau kalah, Kabupaten Rembang hadir dengan lontong khasnya. Lontong satu ini memiliki bentuk yang unik, yaitu segitiga yang memang menjadi ciri khasnya.

Bungkusnya yang segitiga bervolume ini akan menghasilkan bentuk potongan lontong yang tebal dan berbeda dari lontong yang lain. Hal inilah yang membedakan lontong tuyuhan dengan lontong-lontong yang biasanya Anda lihat di pasaran.

Asal-usul nama lontong tuyuhan berasal dari kata “tuyuhan” yang merupakan desa dimana lontong tuyuhan pertama kali dikenal luas. Desa Tuyuhan terletak di Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

Desa ini berada di salah satu 287 desa di Kabupaten Rembang, kurang lebih 3 kilometer dari Kecamatan Lasem. Letaknya yang jauh dari kota membuat desa ini dikelilingi persawahan yang hijau dan pegunungan tinggi.

Suasananya yang asri dan tenang menjadikan tempat ini sebagai salah satu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung luar kota.

Dulunya akses jalan yang cukup terbatas membuat para wisatawan kesulitan.

Rasanya melelahkan karena harus menerjang jalan-jalan minim yang sulit dijangkau hanya untuk menyantap seporsi lontong tuyuhan.

Namun, karena banyaknya keluhan dari berbagai pihak, saat ini akses jalan sudah diperbaiki oleh pihak pemerintah setempat untuk mempermudah wisatawan mencicipi cita rasa lontong tuyuhan langsung di tempatnya.

Lontong tuyuhan dulunya diperjual belikan dengan cara dipikul berkelilingi mengitari desa. Orang yang melihatnya pasti dapat merasakan betapa berat dan lelahnya penjual lontong tuyuhan memikul barang dagangannya.

Seiring berjalannya waktu dan jumlah peminat lontong tuyuhan yang kian bertambah, kini lontong tuyuhan sudah memiliki tempat jualannya sendiri. Penjual hanya tinggal duduk manis di tempat dan pembeli-lah yang akan menghampiri duluan.

Di Kabupaten Rembang, kuliner satu ini dijual di tempat berpetak-petak, di satu tanah kosong yang khusus menjajakan lontong tuyuhan dengan nama warung yang berbeda-beda. Tempat ini sangat sederhana, hanya terdiri dari beberapa kursi dan meja yang diletakkan di setiap petaknya.

Kesederhanaan tempat ini tentu berbanding terbalik dengan rasa lontong tuyuhan yang mewah dan menggugah selera.

Ada satu warung kecil yang menjadi langganan keluarga saya ketika ingin makan lontong tuyuhan, yaitu Lontong Tuyuhan Sabit. Keluarga saya sudah menjadi langganan warung ini sejak tahun 2015. Pemilik dari usaha ini adalah Qonidah. Ia bercerita bahwa usaha lontong tuyuhan yang ia jalankan adalah hasil dari turun temurun sejak tahun 1986. Tidak heran usaha Lontong Tuyuhan Sabit milik Qonidah masih berdiri sampai sekarang, mengingat resep turun-temurun lontong tuyuhan yang ia sajikan masih otentik dan tak berubah walau sudah berpuluh-puluh tahun berlalu.

Qonidah pun bercerita bahwa memang tak mudah menjual lontong tuyuhan, ada masanya dagangannya sepi, ada pula masanya ramai. Qonidah menambahkan bahwa lontong tuyuhan lebih banyak dicari di jam-jam makan siang. Untuk pemasukannya pun tak pasti; ketika ramai ia bisa mendapat pemasukan sekitar Rp800.000 hingga Rp1.000.000 dengan menjual sekitar 10 ayam dan 60 lontong perharinya. Untuk harganya, Qonidah mematok harga Rp20.000/piring. Murah sekali, bukan? Harga murah, tetapi rasa yang disuguhkan sangat istimewa.

Sensasi gurih yang ada di kuahnya mampu memikat siapapun yang mencobanya, termasuk saya. Jika ditanya apa yang membuat lontong tuyuhan berbeda dari yang lain, maka tidak ragu jawabannya adalah kuahnya yang berbeda dari kuah opor ayam pada umumnya. Saking enaknya kuah lontong tuyuhan, tak heran jika Anda nantinya akan menghabiskan kuahnya dulu sebelum sempat menyantap lontongnya. Maka dari itu, jangan segan untuk untuk meminta kuah lebih kepada penjual ya, karena kuah dari lontong tuyuhan-lah yang membuat sajian ini special dan menggiurkan.

Lontong tuyuhan bisa dinikmati di tempat ditemani pemandangan alam yang sprektakuler, atau dibungkus untuk disantap di rumah bersama keluarga tercinta. Jika Anda memesan ingin dibungkus, si penjual nantinya akan memisah lontong dengan kuahnya agar tidak mengental dan cepat basi. Namun kebanyakan pembeli cenderung lebih memilih makan di tempat, sembari menikmati pemandangan memukau yang disajikan alam Kabupaten Rembang.

Untuk pemandangannya memang tak perlu diragukan lagi. Ketika menyantap lontong tuyuhan di tempat, Anda akan disuguhi hijaunya petak-petak sawah yang menyegarkan mata serta pemandangan gunung yang tampak jelas tanpa tertutupi kabut. Udara sepoi-sepoi dan sejuk akan menambah kenikmatan tersendiri. Siapapun setelah menghabiskan seporsi lontong tuyuhan yang super lezat ini, akan nyaman berlama-lama disana dan enggan untuk beranjak.

Apalagi ketika disantap sambil menyeruput es kelapa muda dingin. Dengan kesejukkan yang memancing tenggorokan haus, tentu tak lengkap rasanya jika menyantap lontong tuyuhan tanpa es kelapa.

Kesegaran dari air kelapa yang mampu memuaskan dahaga,  kenikmatan lontong tuyuhan nan gurih, ditambah pemandangan spetakuler mengelilingi Anda? Sungguh perpaduan yang tak ada duanya! Benar-benar kenikmatan duniawi, bukan?

Nah, tunggu apalagi? Tentunya menikmati pemandangan hijau di Rembang, tepatnya di Kecamatan Pancur, sambil menyantap lontong tuyuhan bersama keluarga bisa masuk ke daftar rencana Anda di akhir pekan nanti.

Dengan rasa kuah dari lontong yang gurih-gurih pedas, Anda akan merasa seperti berada di kampung halaman.

Anda bisa merasakan sendiri sensasi lontong tuyuhan legendaris ini langsung di tempatnya, Kabupaten Rembang. Belum dapat dikatakan ke Rembang jika belum mencoba lontong tuyuhan.(*) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Komentar

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved