Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Anggota DPR Dewi Aryani Bantu Pengobatan Kulit Akut Anak Usia 13 Tahun di Desa Sukareja Tegal

Ghafisky Azha Mardatila, anak usia 13 tahun warga Dukuh Sukalila Tegal dapat bantuan akses pengobatan dari Anggota DPR RI Dewi Aryani.

Desta Leila Kartika
Ghafisky Azha Mardatila, anak usia 13 tahun warga Dukuh Sukalila, Desa Sukareja, RT 02/RW 10, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal yang mengalami sakit kuli akut saat hendak dibawa ke RSUD Suradadi untuk pemeriksaan lebih lanjut, Kamis (31/8/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Mengalami penyakit kulit akut yang hampir membuat keseluruhan kulit di tubuh mengelupas, Ghafisky Azha Mardatila, anak usia 13 tahun warga Dukuh Sukalila, Desa Sukareja, RT 02/RW 10, Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal dapat bantuan akses pengobatan dari Anggota DPR RI Komisi Sembilan Fraksi PDI Perjuangan, Dewi Aryani, Kamis (31/8/2023). 

Anggota DPR RI yang memiliki nama panggilan akrab DeAr ini, melihat langsung kondisi Azha yang terbaring lemah di atas kasur dengan kondisi kulit yang sangat memprihatinkan. 

Tribunjateng.com, berkesempatan melihat langsung kondisi anak yang masih berstatus sebagai siswi MTs kelas 2 ini. 

Azha, hanya bisa berbaring lemah di atas kasur dengan kondisi kulit di sekujur tubuh seperti mengelupas dan kering. 

Bahkan di bagian rambut juga dicukur pendek (cepak), dan terlihat seperti ada bekas luka mengering. 

Melihat kondisi Azha yang sangat memprihatinkan, sampai membuat DeAr menitihkan air mata tidak tega melihat kondisi anak yang sudah tidak memiliki ibu karena belum lama meninggal dunia. 

Sehingga Azha tinggal dan diurus di rumah hanya oleh sang Ayah yang bernama Walan, dibantu kakak kandung dan sanak saudara yang lain. 

DeAr pada kesempatan itu tidak datang sendiri, melainkan langsung membawa sekaligus tim kesehatan dari RSUD Suradadi dan melakukan pemeriksaan awal apakah Azha perlu dirujuk ke RSUP Dr Kariadi Semarang atau tidak. 

Hasilnya, Azha dibawa terlebih dahulu menggunakan mobil ambulance ke RSUD Suradadi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, sekaligus menentukan apakah perlu dirujuk ke RSUP Dr Kariadi Semarang. 

"Jadi awalnya sekitar sebulan yang lalu, saya dapat laporan dari salah satu warga mengenai kondisi yang dialami Azha. Waktu itu, saya sudah sempat menghubungi pihak RSUP Kariadi dan rencananya membawa Azha kesana. Tapi ternyata saat itu, Azha sudah dibawa ke rumah sakit di Pemalang. Namun Rabu (30/8/2023) saya dihubungi lagi bahwa kondisi Azha malah memburuk. Singkatnya saya langsung berkoordinasi dengan Dirut RSUP Dr Kariadi Semarang untuk membantu penanganan segera," ungkap DeAr, pada Tribunjateng.com. 

Berkoordinasi dengan RSUP Dr Kariadi, DeAr menjelaskan kondisi Azha yang tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), termasuk KIS mandiri yang belum aktif. 

Tapi karena kondisi yang dialami Azha darurat, maka DeAr menegaskan birokrasi harus lentur, melunak, dan segera membantu penanganan. 

Dengan kata lain, tidak semua harus mengikuti prosedur harus menunggu ini dan itu selesai dulu baru bisa tertangani, karena sekali lagi kondisi yang dialami Azha adalah darurat. 

"Sehingga ketika kondisinya darurat, genting, maka harus ditangani terlebih dahulu. Tidak boleh lagi ada yang membahas mengenai birokrasi dan lain sebagainya. Manusia harus ditangani terlebih dahulu, dan akhirnya sepakat ketika kondisinya memungkinkan maka Azha bisa langsung dibawa ke RSUP Kariadi Semarang," ujarnya. 

DeAr menyebut, ketika melihat kondisi Azha, maka bisa dikatakan apa yang dialami merupakan penyakit langka dan penyebabnya bisa sejak lahir atau kelainan tertentu. 

Tapi terpenting bagi DeAr adalah bisa membantu Azha supaya bisa mendapat penanganan segera supaya tidak semakin parah, dan merasa lebih sehat dari kondisi sebelumnya. 

Meskipun kondisi kulit mungkin kering, mengelupas, dan lain-lain terpenting tidak menyakiti Azha. 

"Setelah saya melihat langsung kondisi Azha didampingi sang ayah, keluarga, dokter, kades, dan lain-lain, disimpulkan Azha langsung dibawa ke RSUD Suradadi untuk disiapkan dibawa ke RSUP Dr Kariadi Semarang. Nantinya dapat perawatan di sana walaupun KIS nya belum aktif, tapi karena kondisinya darurat, kritis, jadi saya meminta langsung ke Dirut RSUP Kariadi agar menerima Azha dirawat dengan tanggungan dari pemerintah," jelas DeAr

Tidak hanya membantu pengobatan, DeAr juga membantu biaya hidup ayah ataupun keluarga Azha selama menemani proses pengobatan di Semarang. 

Sementara itu, Dokter Umum RSUD Suradadi Rani Fitria menerangkan, sesuai penjelasan medis, sakit yang dialami Azha disinyalir menuju ke arah penyakit Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS). 

Penyakit SSSS, artinya ada infeksi bakteri Staphylococcus yang menyebabkan kulitnya terus mengelupas. 

Adapun penyakit tersebut, biasanya terjadi karena awalnya terkena infeksi yang tidak terobati atau penanganan yang terlambat. 

Jadi ada infeksi di kulit, tapi tidak diobati langsung, akhirnya bakteri menyebar ke seluruh kulit tubuh. 

Itulah yang menyebabkan kulit terus menerus mengelupas. 

"Untuk indikasi penyakit SSSS ini dibilang banyak ditemui juga tidak, tapi dibilang langka juga tidak karena ya ada juga yang terkena sakit serupa. Cuma kalau untuk di Suradadi kasusnya sedikit. Biasanya yang diserang adalah bagian kulit, dan sakit ini tidak menular," terang Rani. 

Sehingga untuk penanganan awal, Azha dibawa terlebih dahulu ke RSUD Suradadi untuk menstabilkan kondisi, dan ketika memungkinkan baru dirujuk atau dibawa langsung ke RSUP Dr Kariadi Semarang. 

Terpisah kakak kandung dari Azha, Putri, menceritakan bahwa sang adik menderita sakit kulit awalnya dari bagian kepala karena seperti bisul (sumbukan) sampai meminta untuk dipotong rambutnya. 

Setelah rambutnya dipotong, Azha dibawa oleh sang Ayah mandi di laut. 

Kemudian setelah mandi di laut, sakit kulit nya itu malah menjalar ke bagian tubuh yang lain sampai kondisinya parah seperti saat ini. 

Adapun adiknya sakit suda sejak akhir Mei tahun 2023 sampai sekarang ini. 

Sempat dibawa berobat ke dokter kulit tapi tidak ada perubahan, akhirnya dibawa ke salah satu rumah sakit umum di Pemalang selama sembilan hari. 

Tapi karena keterbatasan biaya akhirnya belum sembuh, Azha sudah dibawa pulang ke rumah. 

"Azha ini adik saya yang terakhir, atau anak keempat dari empat bersaudara. Kebetulan ibu kami sudah meninggal dunia sekitar empat bulan lalu, sedangkan nama bapak Walan. Bapak sudah tidak bekerja karena pensiun. Dulunya kerja di pabrik gula di Sumber Harjo," pungkasnya. (dta) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved