Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Buku Kumcer Antawacana di Sunyi Kurusetra karya Achiar yang Berpijak pada Kisah-Kisah Pewayangan

Sejak kecil, Achiar M Permana (49), menaruh minat tinggi pada wayang. Sejak kanak-kanak, dia suka menonton pagelaran wayang pada acara sedekah bumi

TribunMuria.com/Mazka Hauzan Naufal 
Bedah Buku Kumpulan Cerpen Antawacana di Sunyi Kurusetra karya Achiar M Permana di Joglo Sucen, Jalan Pasucen-Lahar Kilometer 3, Desa Pasucen, Kecamatan Trangkil, Pati, Jumat (29/9/2023) malam. 

Keraguan yang dialami tokoh "Saya" itu ditautkan oleh Achiar dengan lakon wayang Karna Tandhing. Di mana tokoh Karna yang berada di pihak Kurawa mengalami "kemelut batin" saat hendak berangkat ke medan perang Padang Kurusetra.

Apalagi dia harus melawan Arjuna di pihak Pandawa yang merupakan adiknya. Berbeda dari tokoh "Saya" yang punya keraguan yang muncul dalam dirinya sendiri, Karna sebetulnya menganggap keberangkatannya ke medan perang sudah jadi takdir. Setitik keraguan melintas di pikiran Karna karena percakapannya dengan Kunti, sang ibu, yang melarangnya berangkat perang.

Istri tokoh "Saya" maupun Karna sama-sama bernama Surtikanti. Keduanya mengalami kecemasan yang sama menjelang keberangkatan suami ke "medan perang". Kesamaan itu juga yang menjadi benang merah kisah tokoh Saya dengan kisah Karna pewayangan.

Dalam menulis cerita ini, Achiar mengaku terinspirasi persoalan konflik pembebasan lahan untuk pendirian pabrik semen di wilayah Pegunungan Kendeng.

Di beberapa cerita lain, Achiar juga melakukan semacam penafsiran ulang atas kisah wayang yang selama ini dilihat dalam perspektif hitam-putih.

"Umumnya orang kan melihat Pandawa bagus banget dan Kurawa jelek banget. Di beberapa cerpen saya, meski bukan fakta baru, tapi saya kemas dalam perspektif berbeda. Misalnya Arjuna yang ganteng, menangan, ksatria, ternyata juga punya sisi buruk. Dia pernah mencoba berbuat asusila dengan Anggraini istri Ekalaya," tutur Achiar.

Di cerita lain, lanjut Achiar, dia mencoba memunculkan sudut pandang bahwa Abimanyu bukan hanya pahlawan. Dia pernah membuat istrinya yang tidak bisa memiliki anak tersakiti hatinya dengan cara memilih perempuan lain yang bisa memberi keturunan.

"Saya melihat sisi buruk Pandawa sebetulnya ada, menunjukkan bahwa mereka sosok komplit, ada sisi abu-abu dan hitamnya juga," ucap dia.

Gunawan Budi Susanto, pembedah Kumcer ini, menilai Achiar tidak optimal dalam penggarapan buku ini.

Bagi dia, jika dinilai dalam angka, Achiar sebetulnya punya kemampuan 8,5 dalam bercerita. Namun, karena tidak cukup sabar dan cermat, kumcer ini hanya mentok di nilai 6,5.

"Achiar punya kemampuan bercerita. Tapi saya menilai di kumcer pertama ini dia kurang optimal. Ketidakoptimalan itu karena dia tidak cukup sabar meneliti dan mencermati ulang cerpen-cerpen yang dia tulis," ujar pria yang akrab disapa Kang Putu ini.

Kelemahan utama dalam kumcer ini, menurut Kang Putu, ialah pola penceritaan mayoritas cerpen yang monoton dan cenderung membosankan.

Mayoritas cerita dimulai dengan adegan seorang anak yang meminta ayahnya bercerita.

"Dia terjebak dalam pola penceritaan yang nyaris tunggal. Sembilan dari 12 cerpen dia, model penceritaannya sama persis.

Endingnya juga nyaris sama, antara ibunya mati, minggat, atau cerai. Kalau dia ubah sedikit saja, misalnya mengubah perspektif Bapak menjadi perspektif Ibu, hasilnya akan berbeda," ujar dia.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved