Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Cara Pemprov Jateng Atasi Kenaikan Harga, Subsidi Harga Hingga Kenalkan Pangan Alternatif

Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jateng akan memberikan subsidi harga. Subsidi ini diberikan saat harga komoditas mengalami kenaikan ekstrem

Tribun Jateng/Mahfira Putri Maulani 
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari 

TRIBUNJATENG.COM, BOYOLALI – Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) akan memberikan subsidi harga. Subsidi ini diberikan saat harga komoditas mengalami kenaikan ekstrem.

Meski belum menyebut kapan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jateng Dyah Lukisari mengatakan subsidi harga tersebut akan digulirkan pada anggaran perubahan.

"Pada anggaran perubahan akan digulirkan subsidi harga. Kita pilih yang harganya sudah ekstrem, naik tinggi banget kalau," kata Dyah kepada Tribunjateng.com, Jumat (27/10/2023) di Boyolali.

Dyah mengatakan bantuan transportasi dinilai kurang untuk membantu masyarakat.

Dalam bantuan transportasi ini, pemerintah mengucurkan Rp 1,200 per item.

Sementara subsidi harga bisa mencapai Rp 2 ribu.

Ia mengaku sempat akan mengeluarkan anggaran subsidi harga ini pada kenaikan beras beberapa waktu lalu, namun ditunda karena suatu hal.

Baca juga: Semoga Ada Subsidi Harga Kedelai di Semarang

Baca juga: APTRI Sambut Baik Rencana Subsidi Harga Gula Tani Rp 1000 Perkilogram

Baca juga: Jokowi Tegaskan Tetap Beri Subsidi Harga BBM untuk Jaga Daya Beli

Terkait subsidi harga ini, kata Dyah tidak menyasar ke kabupaten/kota di Jateng. Namun di wilayah yang mengalami kenaikan harga komoditas yang cukup tinggi.

"Sasaran tidak bisa kabupaten/ kota mana. Tapi yang jelas saat subsidi harga sasarannya adalah masyarakat kecil menengah. Kita identifikasi nanti wilayah dulu, kabupaten mana yang mungkin di situ harganya tinggi banget," ungkapnya.

Selain memberikan subsidi, untuk mengatasi kenaikan pangan dinas juga berupaya mengenalkan pangan alternatif selain beras yakni beras analog.

Beras analog merupakan pangan alternatif pengganti beras, berbentuk mirip dengan butiran beras asal padi.

Beras analog memanfaatkan bahan-bahan pangan yang tumbuh melimpah di Indonesia seperti sagu, sorgum, dan jagung.

Selain itu pemerintah juga berupaya mengenalkan pangan lokal seperti nasi jagung hingga nasi singkong.

"Di anggaran perubahan ada Rp 420 juta untuk nanti kita bagikan ke masyarakat pangan cadangan berupa mie sehat. Setelah masyarakat mengenal kami harap nanti akan membeli karena enak, sehat dan mudah," katanya.

Selain mengenalkan pangan alternatif, pihaknya juga akan memberikan bantuan alat pangan lokal berupa alat pencetak beras yang diberikan kepada gapoktan untuk memproduksi beras analog.

Setelah upaya itu berjalan, pihaknya juga akan menggandeng gapoktan tersebut agar menjadi offtaker atau pemasok kebutuhan pasar sehingga produk akan lebih dikenal masyarakat. (uti)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved