Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Jokowi Sindir Suasana Jelang Pipres Seperti Sinetron

Jokowi menilai seharusnya yang dipertandingkan dalam pilpres ialah gagasan atau ide.

Editor: Vito
facebook/Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganggap suasana menjelang pilpres 2024 dipenuhi dengan drama dan sinetron. Menurut dia, seharusnya yang dipertandingkan dalam pilpres ialah gagasan atau ide.

"Saya melihat akhir-akhir ini kita terlalu banyak dramanya, drakornya (drama Korea), terlalu banyak sinetronnya," katanya, dalam sambutannya pada acara puncak perayaan HUT ke-59 Partai Golkar, di Kantor DPP Partai Golkar, Palmerah, Jakarta Barat, Senin (6/11) malam.

"Mestinya pertarungan gagasan, ide, bukan pertarungan perasaan. Kalau yang terjadi pertarungan perasaan, repot semua kita," sambungnya.

Meski tidak diarahkan kepada pihak tertentu, hal itu bisa jadi merujuk pada pernyataan sejumlah elite PDI Perjuangan yang mengungkap partai berlambang kepala banteng moncong putih itu tengah merasakan sedih dan perih.

Kesedihan itu muncul seiring dengan berembusnya isu memburuknya hubungan PDI Perjuangan dengan keluarga Jokowi. Apalagi, kini putra sulung Jokowi sekaligus Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, telah menjadi bakal cawapres Prabowo Subianto.

Sementara itu, putra bungsu Jokowi sekaligus Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep, sudah menyatakan mendukung Prabowo dan Gibran. Bahkan, menantu Jokowi sekaligus Wali Kota Medan juga telah menyatakan dukungan untuk Prabowo-Gibran

Padahal, PDI Perjuangan telah mengusung pasangan bakal capres-cawapres yakni Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, dan mengarahkan kadernya untuk memberikan dukungan penuh dalam upaya menang hatrick atau ketiga kali berturut-turut.

Presiden pun meminta pihak yang menang dalam pilpres 2024 tidak jemawa.

"Yang harus kita pegang sekarang jika menang jangan jemawa, dan jika kalah jangan murka. Setelah berkompetisi, saya setuju tadi Pak Prabowo bilang, bersatu kembali, rukun kembali," ujarnya.

Menurut dia, yang perlu diperlihatkan saat ini ialah demokrasi yang berkualitas dan tidak memecah-belah.

"Demokrasi yang ingin kita bangun adalah demokrasi yang membangun, yang memberikan solusi, menyelesaikan masalah-masalah bangsa, strategi untuk kemajuan bangsa," bebernya.

Adapun, saat membuka Rakernas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Jakarta Timur, Selasa (7/11), Jokowi dalam sambutannya menyinggung soal dibutuhkannya pemimpin yang kuat untuk Indonesia mendatang.

Pasalnya, dia menambahkan, tantangan yang dihadapi ke depan tidaklah mudah. "Dibutuhkan kepemimpinan nasional yang kuat, persatuan yang kuat, kekompakkan yang kuat. Tanpa itu, tadi tantangan yang kita hadapi tidak mudah," jelasnya.

Jokowi menyebut, tiga periode kepemimpinan mendatang, yakni 2024, 2029, dan 2034 akan menentukan apakah Indonesia akan melompat menjadi negara maju atau akan terjebak menjadi negara berkembang.

Dia menambahkan, kepemimpinan nasional mendatang harus bisa menghadapi tantangan global yang cukup kompleks. Mulai dari ketidakpastian global, perubahan iklim, geopolitik yang tidak stabil.

"Nggak jelas sekarang ini ekonomi global arahnya mau ke mana. Baru bisa menyelesaikan satu saja, muncul persoalan ekonomi yang lain, sehingga sekali lagi, dibutuhkan kepemimpinan yang kuat," tandasnya.

Presiden kemudian menyinggung penampilan pencak silat dalam rangkaian pembukaan Rakernas LDII tersebut.

Ditampilkannya pencak silat tersebut, menurut dia, sudah benar, karena Ketua Umum Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI).

"Tadi yang ditampilkan tadi pencak silat tadi bener, karena ketuanya Pak Prabowo, Sekjennya Pak Teddy. LDII, kalau gini pinter pinter banget. Memberi simbol-simbol gitu loh," tukasnya. (Tribunnews/Febri Prasetyo/Taufik Ismail)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved