Ikappi Prediksi Harga Beras Masih Tinggi hingga 2024
fenomena El Nino berpengaruh pada produksi padi/beras, sehingga untuk memenuhi stok dalam negeri, pemerintah menugaskan Bulog melakukan impor.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Ketersediaan beras sebagai komoditas pangan utama masyarakat terus menjadi sorotan, menyusul proyeksi masih terjadinya fenomena cuaca ekstrem El Nino hingga tahun depan.
Ketua Ikatan Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (Ikappi), Abdullah Mansuri menilai harga beras masih berpotensi tinggi pada tahun depan.
Menurut dia, impor tambahan yang tidak sepenuhnya didapatkan menjadi satu kemungkinan harga beras masih betah di atas harga pokok pembelian (HPP) yang ditetapkan pemerintah.
Pasalnya, dia menambahkan, adanya perubahan iklim yakni El Nino berpengaruh pada produksi padi/beras. Sehingga untuk memenuhi stok dalam negeri, pemerintah menugaskan Bulog melakukan impor.
"Harga beras terus naik, sampai hari ini yang premium saja sudah ada di harga sekitar Rp 15.000 lebih, untuk medium sudah Rp 13.200. Ini memang susah dihindari, karena produksi sedang hancur," katanya, dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/11).
Meski masih akan ada panen di Desember, ia menyebut, tidak akan maksimal lantaran dampak dari adanya El Nino.
Oleh karenanya, dengan kondisi iklim yang mempengaruhi produksi dan impor tambahan yang belum maksimal, pemerintah perlu melakukan antisipasi.
Belum lagi, Abdullah menuturkan, dengan tahun politik nanti permintaan beras akan naik. Sehingga, antisipasi dari pemerintah, baik dari produksi dan harga beras harus dilakukan. "Ada potensi kenaikan (tahun depan-Red) walaupun sedikit," ujarnya.
Namun dari ketersediaan, ia menyatakan, beras masih ada di pasaran, meski saat ini belum bisa dikatakan melimpah di pasaran.
"Kalau ketersediaan melimpah akan mempengaruhi harga. Tapi jika barang ada tapi ngga terlalu banyak, akan mempengaruhi psikologis harga jadi tinggi," jelasnya.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Rachmi Widiriani mengungkapkan, tahun depan pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP) akan mengutamakan dari produksi dalam negeri.
Namun jika dari dalam negeri masih belum mencukupi, ia berujar, impor akan menjadi opsi pemerintah dalam memenuhi target stok beras pemerintah.
"Jika tidak mencukupi, maka dilakukan pengadaan dari luar negeri. Bulog sudah mendapatkan penugasan tersebut agar tidak terlambat jika terjadi sesuatu yang dapat mengganggu stabilitas pasokan dan harga beras. Untuk jumlah dan waktu kedatangan beras impor tentu saja harus terukur sesuai kebutuhan, agar tidak mengganggu produksi dan harga gabah petani," bebernya.
Sudah tidak naik
Adapun, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui, harga beras belum bisa mengalami penurunan secara drastis. Namun, menurutnya, yang terpenting adalah saat ini harga beras tidak kembali mengalami kenaikan.
"Sampai saat ini belum bisa turun secara drastis, tapi paling tidak sudah tidak naik," ujarnya, saat memberikan keterangan pers, usai meninjau SMKN 1 Purwakarta, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11), sebagaimana dilansir keterangan resmi.
Presiden menjelaskan, kenaikan harga beras sudah terjadi dalam waktu agak lama. Selain itu, ada sejumlah komoditas pangan lain yang juga mengalami kenaikan harga, satu di antaranya cabai yang mencapai Rp 100.000/kg.
"Kalau yang naik tinggi memang cabai, tapi ini kan musiman. Kalau musimnya seperti ini pasti, tadi sudah mencapai Rp 100.000, tapi yang lain-lain saya lihat bawang merah, bawang putih, telur, semuanya kondisinya stabil," ucapnya.
"Pasti ada-lah (yang naik harga-Red) segitu banyaknya komoditas, kemudian ada satu dua yang naik, tapi yang paling penting kami akan berusaha keras di beras, karena itu makanan pokok kita," sambungnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Negara juga membantah anggapan yang menyebut bahwa kenaikan harga beras ada kaitannya dengan pemberian beras bantuan sosial (bansos).
Ia berujar, justru beras bansos sifatnya untuk operasi pasar. Dengan tujuan, jika beras bansos diberikan kepada masyarakat, harga bisa menurun, karena permintaan di pasar menurun.
"Ya enggak (harga naik gara-gara bansos-Red). Justru bansos itu kayak operasi pasar, sehingga dengan diberikan bansos itu permintaan masyarakat jadi turun. Kalau permintaan turun, supply-nya tetap, harganya bisa turun, teorinya seperti itu," terangnya.
"Tapi emang belum (harga menurun drastis-Red). Ini yang kami akan lakukan, ada operasi pasar, kemudian beras cadangan pemerintah ada, bantuan pangan beras 10 kg untuk 21,3 juta masyarakat juga sudah," tambahnya.
Jokowi pun mengungkapkan, semua upaya untuk menurunkan harga beras sudah dilakukan pemerintah. Tetapi, saat ini harga jual beras di pasar internasional juga mengalami kenaikan. (Kontan.co.id/Ratih Waseso/Kompas.com/Dian Erika Nugraheny)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.