Wonosobo Hebat

Angka Kemiskinan Wonosobo Menurun, Pemkab Galakkan Berbagai Program Agar Kesejahteraan Terus Naik

Tribunjateng/Imah Masitoh
Bupati Afif salurkan bantuan cadangan beras pemerintah tahap ke 2 kepada masyarakat tidak mampu yang berlangsung di Desa Depok, Kecamatan Kalibawang, pada Selasa (27/2/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Sempat menduduki posisi tertinggi angka kemiskinan  di Jawa Tengah, angka kemiskinan di Kabupaten Wonosobo berangsur mulai mengalami penurunan.

Kepala Bappeda Kabupaten Wonosobo Supriyadi mengatakan angka kemiskinan di Kabupaten Wonosobo tahun 2023 mengalami penurunan di angka 15,58 persen dibandingkan tahun sebelumnya di angka 16,17 pada tahun 2022.

Dengan ini Kabupaten Wonosobo menduduki posisi peringkat ke 33 di Provinsi Jawa Tengah dari sebelumnya di posisi ke 34.

"Sejak tahun 2019 kita berada di posisi 34, sebelumnya tahun 2019 kita di posisi 35, dan tahun 2023 kita peringkat 33 di Jawa Tengah," ujarnya Jumat (1/3/2024).

Di tahun 2023, Pemerintah Kabupaten Wonosobo menargetkan angka kemiskinan di angka 14,75 persen sampai 15,62 persen. Maka dari itu tahun 2023 target kemiskinan dapat tercapai.

Sementara di tahun 2024 Pemerintah Kabupaten Wonosobo menargetkan angka kemiskinan dapat turun di angka antara 14,5 persen hingga 15,08 persen.

"Untuk data makro kemiskinan baru akan rilis di bulan Oktober atau November," ujarnya. 

Supriyadi menjelaskan, berdasarkan data mikro P3KE dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mewajibkan daerah untuk melakukan verval kembali.

Hal tersebut dimaksudkan apakah data Kemenko PMK masih relevan dengan realita di Kabupaten Wonosobo.

Hingga dari awal tahun 2022 sampai akhir tahun 2023 masing-masing desa melakukan musdes/muskel untuk penetapan sasaran apakah mereka masuk di data miskin ekstrem atau tidak.

Dari hasil verval tersebut, masing-masing desa menetapkan penduduk miskin ekstremnya. Berdasarkan hasil musdes/muskel tertinggi masih ada di Kecamatan Kepil dan Kertek.

"Kalau yang kecamatan lain miskin ekstremnya masih di bawah seribu. Kalau di Kecamatan Kepil dan Kertek masih di atas seribu," jelasnya.

Sementara dari hasil musdes/muskel juga diperoleh ada satu kecamatan yang mengeluarkan semua penduduk miskin ekstrem menjadi kategori miskin saja.

"Ada di Kecamatan Leksono. Jadi kalau penjelasan BPS miskin ekstrem adalah mereka yang tidak bisa memenuhi kebutuhan makan. Sementara menurut versi desa di situ ngga ada penduduk yang sampai tidak bisa makan," imbuhnya.

Berbagai program diupayakan untuk menurunkan angka kemiskinan di Kabupaten Wonosobo salah satunya program gerakan entaskan kemiskinan menuju sejahtera atau Gerimis Mesra.

Program ini sudah ada dari 2022 yang merupakan program kolaborasi multipihak baik dari Korpri, Baznas, ataupun CSR untuk memberikan bantuan sosial ke masyarakat sesuai data P3K ataupun DTKS.

"Sasaran kita ke lansia, balita stunting, dan warga miskin yang di dalamnya terdapat lebih dari 4 anggota," terangnya.

Di tahun 2024 program yang sama masih terus dilanjutkan baik program Gerimis Mesra ataupun program lainnya seperti bantuan RTLH, sanitasi, air bersih, jamban sehat, maupun bantuan untuk anak sekolah. (ima)