Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Ibu Bunuh Anak dengan 20 Tusukan di Bekasi, Ini Kata Kriminolog UI

SNF (26), ibu yang membunuh anak kandungnya berinisial AAMS (6) di Bekasi, diduga menderita psikotik.

KOMPAS.com/FIRDA JANATI
Seorang bocah laki-laki berinisial AAMS (5) ditemukan tewas bersimbah darah di Perumahan Burgundy Blok RAA 9, RT 1 RW 19, Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Kamis (7/3/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - SNF (26), ibu yang membunuh anak kandungnya berinisial AAMS (6) di Bekasi, diduga menderita psikotik.

Hal itu disampaikan Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala.

Diketahui, SNF membunuh AAMS dengan 20 kali tusukan menggunakan pisau dapur saat sang buah hati tertidur pulas.

Baca juga: Bocah 5 Tahun Ditemukan Tewas di Perumahan Elite Bekasi, Ada 20 Luka Tusuk

“Itu gejala umum penderita psikotik,” kata Adrianus saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/3/2024).

Adrianus menyampaikan, ada dua jenis psikotik, yakni skizofrenia dan paranoid.

seorang ibu yang membunuh anak kandungnya
Polres Metro Bekasi Kota menetapkan SNF (26) seorang ibu yang membunuh anak kandungnya, AAMS (5) sebagai tersangka setelah melakukan gelar perkara, Jumat (8/3/2024). Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi Kota Muhammad Firdaus menuturkan pelaku terancam 15 tahun penjara.

Ia menjelaskan, skizofrenia adalah psikotik yang pada dasarnya berbicara soal keterbelahan jiwa.

“Pada saat membunuh anaknya, itu dia tengah menjadi the self yang bukan ibu itu.

Jadi, the self yang muncul pada saat ibu itu membunuh, bukanlah the self yang sama dengan the self-nya seorang ibu,” ujar Adrianus.

“Nah, maka, biasanya ketika the self yang membunuh itu sudah pergi, kesadarannya timbul, dan yang muncul the self sebagai ibu.

Maka kemudian dia menyesal, nangis-nangis, dan kaget bahwa dia membunuh anaknya,” lanjutnya.

Sementara itu, psikotik paranoid adalah ketika penderita mempunyai waham curiga.

Adrianus mengungkapkan, penderita psikotik paranoid sangat mudah diintervensi oleh faktor eksternal berupa suara, dorongan-dorongan yang didengar atau dimengerti oleh dirinya sendiri.

“Di mana, dorongan itu atau suara-suara itu ada dua.

Pertama, bisa mengajak yang bersangkutan untuk membunuh atau yang kedua mengatakan bahwa 'itu orang yang akan membunuhmu, maka kamu harus bunuh duluan',” ujar Adrianus.

“Jadi, yang pertama, suara itu mengatakan bahwa ‘itu obyek yang bisa kamu bunuh’.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved