Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Pengamat Sindir Gerindra soa Erina Gudono: Apa Tidak Malu?

secara politik etis, pencalonan Erina Gudono dinilai menjadi lembar hitam dalam demokrasi di Indonesia.

Editor: Vito
Instagram/@ kaesangp
ERINA Gudono, bersama sang suami Kaesang Pangarep 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi mengkritisi kabar menantu Presiden Jokowi sekaligus istri Ketum PSI Kaesang Pangarep, Erina Gudono masuk dalam bursa Cabup Sleman.

Ia mengaku kaget jika Gerindra menjual nama Erina sebagai Cabup Sleman. "Artinya, Gerindra tidak memiliki kader yang mumpuni, sehingga harus mengandalkan figur lain yang dianggap laku," katanya, kepada Tribunnews.com, Senin (11/3).

Selain itu, menurut dia, secara politik etis, pencalonan Erina menjadi lembar hitam dalam demokrasi di Indonesia. Sebab, seluruh keluarga Presiden Jokowi dijajakan dalam pentas politik nasional dan lokal. "Sepertinya ada kesan Indonesia mencontoh Filipina di era Bongbong Marcos," ujarnya.

Ari menyatakan, Gerindra juga akan dicatat sebagai partai pendorong kerusakan demokrasi jika selalu aktif mendorong anak dan menantu, serta kerabat Presiden Jokowi maju di pentas politik. "Apa sudah tidak ada orang lain dan apa tidak malu?" tukasnya.

Adapun, pengamat politik Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai, Erina Gudono bisa menang dalam Pilkada Sleman 2024 jika didukung Istana.

Jika Erina benar-benar didukung Istana, meurut dia, kemungkinan seluruh instrumen yang dimiliki pemerintah bakal dikerahkan demi kemenangan menantu dari Presiden Jokowi itu.

"Ya tergantung, didorong kekuasaan atau tidak. Kalau didorong kekuasaan bisa menang. Artinya kekuasaan itu didukung oleh Istana. Kalau Istana mendorong, semua instrumen didorong, ya bisa menang," katanya, kepada Tribunnews.com, Senin (11/3).

Ujang menilai, dukungan Istana bakal serupa dilakukan seperti saat pencalonan menantu Jokowi lainnya, yaitu Bobby Nasution dalam Pilkada Medan, dan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka ketika bertarung dalam Pilkada Solo dan Pilpres 2024 sebagai cawapres Prabowo Subianto.

"Samalah dengan Gibran saat jadi Wali Kota Solo, Bobby saat jadi Wali Kota Medan. Kalau ada dorongan kekuasaan, porsi menangnya kan ada," ucapnya.

Namun, Ujang menilai, jika Erina hanya mengandalkan popularitasnya sebagai menantu Presiden Jokowi, hal itu tidak akan cukup.

"Kalau peluang (menang-Red) kecil, ya kalau tidak didukung kekuasaan. Kalau hanya mengandalkan figuritas sendiri, pribadi, ya susah (menang-Red)," tukasnya.

Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menyebut, sah-sah saja bagi siapapun untuk ikut kontestasi di pilkada 2024, termasuk menantu Presiden Jokowi yang diusulkan maju sebagai bakal Cabup Sleman.

Terlebih, dia menambahkan, keluarga Presiden Jokowi saat ini sedang memanen kekuasaan secara maksimum. Hanya saja, demokrasi Indonesia dinilai akan menjadi sangat partisan dan oligarkis.

"Meskipun setiap parpol akan mendahulukan peluang seseorang dari sisi popularitas, tetapi publik tentu akan dikecewakan jika kapasitas tidak dijadikan rujukan," bebernya, saat dihubungi Senin (11/3).

Bahkan, Dedi mengungkapkan, jika seluruh anggota keluarga Presiden Jokowi ikut kontestasi sekalipun tetap sah saja.

"Tetapi risiko yang akan terbangun adalah Jokowi haus kekuasaan, dan partai pengusung bisa saja kehilangan kepercayaan publik jika Jokowi tidak lagi miliki kekuasaan," tandasnya.

Menurut dia, situasi tersebut akan membuat parpol melambung dalam waktu singkat, dan turun dalam durasi singkat juga. (Tribunnews/Fersianus Waku/Rahmat Fajar Nugraha/Yohanes Liestyo Poerwoto)

 

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved