Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ramadan 2024

TAUSIAH DR AJI SOFANUDIN : Keutamaan Ramadan 1445 H

Ketika Ramadan datang, orang Jawa akan menyambutnya dengan beragam ekspresi. Ada yang mengungkapkan dengan ekspresi

tribunjateng/ist
Artikel ditulis oleh DR Aji Sofanudin, Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang. 

Oleh Dr. Aji Sofanudin

Kepala Pusat Riset Agama dan Kepercayaan BRIN

Ketika Ramadan datang, orang Jawa akan menyambutnya dengan beragam ekspresi. Ada yang mengungkapkan dengan ekspresi tertentu “poso meneh !!” yang menunjukkan dia kesal dengan datangnya bulan puasa. Ada juga yang memberikan ekspresi biasa-biasa saja, seolah tidak ada perbedaan bulan Ramadan dengan bulan-bulan lainnya. Hemat kami, kelompok masyarakat seperti ini kecil jumlahnya.

Mayoritas masyarakat Jawa menyambut dengan gembira hadirnya bulan suci Ramadan dengan berbagai ekspresi. Tempo dulu, banyak tetangga yang bersih-bersih rumah secara menyeluruh, bahkan “mewajibkan” rumahnya dilabur (dicat baru).

Di banyak tempat ada juga tradisi “munjung” atau berkirim makanan kepada tetangga dan kerabat jelang Ramadan. Ada juga yang menyelenggarakan ritual “arwah jamak” yakni tradisi kirim doa untuk keluarga yang sudah meninggal dunia. Banyak juga yang menyelenggarakan “nyadran” yakni resik-resik kubur (membersihkan makam leluhur) serta ziarah kubur.

Tradisi masyarakat menyambut Ramadan banyak ragamnya. Ada tradisi padusan yakni dengan cara berendam atau mandi di sumber mata air, sehari menjelang puasa. Di Kudus dikenal tradisi dandangan, menampilkan kirab yang merupakan representasi budaya di Kudus. Puncak seremoni dandangan dilakukan dengan cara memukul bedug Masjid Menara Kudus.

Di Semarang ada dugderan atau festival rakyat menyambut datangnya bulan Ramadan. Di setiap dugderan, pasti Warak Ngendok yang menjadi simbol acara diarak dan ikut dalam karnaval. Semua itu dilakukan sebagai ekspresi fisik dan mental dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Hadits nabi, man farikha bi duhuli Ramadan, harramallahu jasadahu alanniran barangsiapa bergembira dengan hadirnya bulan Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya dari siksa api neraka. Hadits ini seolah menjadi dorongan dan semangat agar setiap muslim menyambut hadirnya bulan suci Ramadan dengan suka cita. Dengan “hanya” mengungkapkan kegembiraan misalnya ucapan “Alhamdulillah ketemu Ramadan lagi” diyakini akan mendapatkan balasan terhindar dari siksa api neraka. Oleh karena itu, mayoritas masyarakat melakukan Tarhib Ramadan, yaitu tradisi menyambut Ramadan.

Keutamaan Bulan Suci Ramadan

Bulan suci Ramadhan memiliki banyak keutamaaan. Berikut ini beberapa keutamaan bulan Ramadhan. Pertama, bulan mustajab untuk berdoa. Salah satu keutamaan bulan Ramadhan dari bulan lainnya adalah bulan Ramadhan merupakan salah satu waktu mustajab untuk memanjatkan doa, seperti yang dijelaskan dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A. yang artinya, “Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang yang didzalimi”.

Kedua, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup. Dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A. Nabi bersabda bahwa pada bulan Ramadhan ini, pintu surga akan dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu. Dengan berlandaskan hadits ini, tentu bulan Ramadhan menjadi momentum bagi seluruh umat Muslim untuk menambah amalan mereka karena Allah SWT.

Ketiga, terdapat malam lailatul qodar. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang selalu dinantikan kehadirannya oleh seluruh umat muslim karena keistimewaan dan keutamaannya, yaitu malam lailatul qadar. Malam ini menjadi spesial bagi umat muslim karena pada malam inilah Allah SWT membuka pintu langit selebar-lebarnya, memberikan ampunan yang luas serta mengabulkan semua doa yang dipanjatkan oleh umat muslim. Malam lailatul qadar juga memiliki keutamaan lebih baik daripada seribu bulan sehingga akan sangat rugi bagi umat muslim yang melewatkan malam lailatul qadar ini.

Keempat, bulan diturunkannya Alquran. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah:185 yang artinya, ”Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)….”. Turunnya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang istimewa bagi umat muslim.

Dalam konteks Ramadan 2024 ini meskipun, umat Islam Indonesia diperkirakan akan mengawali puasa Ramadhan 1445 H secara berbeda. Namun, prediksi akan merayakan Idul Fitri 1445 H secara bersama. Belum adanya kriteria tunggal penentuan awal bulan kalender hijriah membuat perbedaan perayaan hari-hari besar Islam di Indonesia akan terus terjadi.

Selain perbedaan kriteria dan perbedaan otoritas, juga karena adanya perbedaan dimensi belief (keyakinan, iman) dari setiap paham keagamaan. Dimensi ini sulit disepakati barangkali mirip seperti halnya qunut dalam salat shubuh, tarwiyah dalam ibadah haji, salat tarawih 8 atau 20 rakaat dan persoalan khilafiyah lainnya. Pilihan wujudul hilal atau imkanur rukyat masuk kategori khilafiyah, tergolong wilayah internum atau dimensi belief dari agama. Marhaban Ya Ramadan 1445 H/2024 M. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved