Wonosobo Hebat

Rembuk Stunting, Pemkab Wonosobo Gandeng Tokoh Agama Sinergi Percepat Penurunan Stunting 

Tribunjateng/Imah Masitoh
Acara Rembuk Stunting Kabupaten Wonosobo Tahun 2024 berlangsung di Pendopo Bupati, Kamis (2/5/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Pemerintah Kabupaten Wonosobo galang komitmen dan kerjasama gandeng tokoh agama dalam upaya bersama turunkan stunting.

Penandatanganan komitmen dari 5 tokoh agama berlangsung di Pendopo Bupati pada Kamis (2/5/2024) bersamaan dengan kegiatan rembuk stunting.

Kepala Dinas PPKBPPPA Kabupaten Wonosobo, Dyah Retno Sulistyowati mengatakan ketertiban tokoh agama di dalamnya dinilai penting untuk berperan mengedukasi masyarakat berkaitan dengan stunting.

"Mereka ikut mengedukasi memberikan pemahaman kepada masyarakat. Stunting itu persoalan yang ngga bisa dituntaskan sendiri butuh keterlibatan bersama termasuk tokoh agama di dalamnya. Wonosobo cukup krusial harus ada upaya pencegahan," jelasnya.

Kegiatan rembuk stunting yang rutin dilakukan juga menjadi wadah pembahasan persoalan berkaitan dengan stunting termasuk langkah-langkah strategis yang akan dilakukan.

"Rembuk stunting kali ini utamanya mengevaluasi dari kegiatan stunting yang telah dilakukan tahun 2023 apa saja yang akan kita lakukan di tahun 2024 dan 2025 nantinya," tambahnya.

Upaya percepatan penurunan stunting perlu dilakukan untuk mencapai target nasional stunting di angka 14 persen pada tahun 2024. Cukup mengagetkan menurut data Survey Kesehatan Indonesia (SKI) stunting Kabupaten Wonosobo mengalami kenaikan.

Berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilaksanakan pada bulan April-Oktober 2023, menunjukkan data angka stunting Kabupaten Wonosobo naik menjadi 29 persen.

Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat, mengajak tim percepatan penurunan stunting untuk bekerja lebih keras dalam mencapai target yang ada dengan meningkatkan kerjasama, koordinasi, kolaborasi, koneksitas dan saling perkuat komitmen.

"Menyikapi hasil SKI, maka di tahun 2024 kiranya kita perlu kembali berbenah, mengevaluasi intervensi yang telah kita lakukan. Kolaborasi menjadi kunci utama," ungkapnya.

Bupati menjelaskan, kolaborasi yang luar biasa sudah dilaksanakan tahun 2023, tepatnya pada intervensi gizi spesifik, melalui program Sobo Hebat Sedulur Selawase pada bulan November 2023, yang memberikan hasil cukup signifikan. 

Berdasarkan penimbangan bulan Februari 2024, menunjukkan angka stunting turun menjadi 15,26 persen, dimana tahun 2024 merupakan periode terakhir pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Stunting, dengan target secara nasional 14 persen.

Menurutnya, intervensi yang perlu dikejar dan diupayakan bersama, adalah pencegahan agar tidak ada lagi balita stunting baru yang muncul dengan kuatkan kemitraan yang sinergis di antara seluruh pemangku kepentingan termasuk dengan tokoh agama.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Wonosobo, Jaelan menambahkan, kegiatan rembuk stunting adalah salah satu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk memastikan pelaksanaan rencana kegiatan, intervensi pencegahan dan penurunan stunting yang terintegrasi.

“Survei Kesehatan Indonesia (SKI) merupakan hal yang baru, dimana sebelumnya melalui SSGI. Dugaan kita, pengambilan blok surveinya belum tercampur sempurna. Blok survei 2023 dari 74 desa, angka E-PPGBM Februari lalu justru turun tapi SKI nya melejit naik 29,2 persen. Sekali lagi kita bicara bukan pada angka tapi pada substansi. Kata kuncinya, upaya pencegahan dan intervensi terus dilakukan secara maksimal dengan berbagai program,” terangnya.

Pemetaan program, cakupan dan prevalensi sebaran stunting dalam kegiatan rembuk stunting dilakukan untuk menganalisis dan menentukan lokasi prioritas penanganan stunting di masing-masing desa.

"Rembuk stunting juga dijadikan momentum meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam penanggulangan stunting yang menjangkau seluruh sasaran, baik balita, keluarga dan masyarakat. Sehingga penurunan stunting di Wonosobo dapat cepat tercapai,” imbuhnya.

Salah satunya intervensi yang dilakukan dengan menyasar remaja putri untuk memastikan semua bebas anemia, tidak menjadi ibu hamil yang kekurangan energi kronis ketika sudah menjadi pasangan usia subur, serta tidak menjadi ibu hamil di usia anak.

“Mari gerakkan secara masif edukasi pencegahan stunting pada remaja putri, serta lakukan revitalisasi peran UKS untuk pencegahan stunting. Peran pemuka agama sangatlah strategis dan potensial dalam pencegahan stunting. Perhatian kepada ibu hamil yang harus dilaksanakan oleh berbagai pihak,” tandasnya. (ima)