Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Benarkah Biaya UKT tak Naik Lagi? Jokowi Sebut Kemungkinan Naik Tahun Depan

Presiden Joko Widodo menyatakan, kemungkinan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) di sejumlah universitas akan direalisasikan pada tahun depan atau 2025

facebook/Presiden Jokowi
Presiden Jokowi - Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana mengatakan bahwa pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan dua menteri PKB yakni Abdul Halim Iskandar dan Ida Fauziyah merupakan pertemuan biasa. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA --  Presiden Joko Widodo menyatakan, kemungkinan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) di sejumlah universitas akan direalisasikan pada tahun depan atau 2025.

Tujuannya, agar tidak terlalu mendadak seperti yang terjadi belakangan ini.Kendati begitu, kenaikan UKT di tiap-tiap perguruan tinggi akan dikaji dan dikalkulasi dahulu oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud-Ristek).

"Kemungkinan ini akan dievaluasi dulu, kemudian kenaikan setiap universitas akan dikaji dan dikalkulasi sehingga kemungkinan, ini masih kemungkinan, nanti ini kebijakan di Mendikbud akan dimulai kenaikannya tahun depan. Jadi ada jeda tidak langsung seperti sekarang ini," kata Jokowi di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Senin (27/5).

Mantan Wali Kota Solo ini juga mengaku sudah memanggil Mendikbud-Ristek ke Istana untuk membahas masalah kenaikan UKT yang dikeluhkan sejumlah pihak. Ia menyatakan telah memberi berbagai pertimbangan agar kenaikan UKT dibatalkan tahun ini.

"Ya saya memberikan pertimbangan-pertimbangan tapi kan tadi sudah disampaikan oleh Mendikbud bahwa UKT sementara ini yang kenaikannya sangat tinggi itu dibatalkan dan akan diatur untuk bisa diringankan," ucap Jokowi.

Lebih lanjut ia meminta teknis pembatalan kenaikan UKT itu ditanyakan langsung kepada menteri terkait. "Tapi nanti teknisnya ditanyakan ke Mendikbud, tapi intinya itu sudah dibatalkan oleh Mendikbud," jelas dia.

Mengundurkan diri

Sementara itu, sejumlah calon mahasiswa baru (camaba) di beberapa perguruan tinggi negeri dilaporkan mengundurkan diri gara-gara tak sanggup membayar UKT. 

Naffa Zahra Muthmainnah adalah salah satunya. Ia mengaku kecewa tidak bisa kuliah di kampus Universitas Sumatera Utara (USU) yang diimpikannya sejak kecil, karena orangtuanya tidak mampu membiayai uang kuliah yang terbilang mahal.

"Saya kecewa kali tidak bisa kuliah di USU, padahal saya ingin sekali kuliah di (Fakultas Ilmu Budaya USU) jurusan Sastra Arab, tapi tidak terkabul," ujar Naffa kepada wartawan Apriadi Gunawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Kamis (23/5). 

Uang Kuliah Tunggal (UKT) di fakultas yang disasar Naffa sebesar Rp8,5 juta per semester. Angka itu, kata dia, terlampau besar lantaran sebelumnya dia mengira uang kuliahnya nanti hanya Rp2,4 juta sampai Rp3 juta.

"Uang Kuliah Tunggal (UKT) di USU terlalu mahal, orangtua tidak sanggup membiayai kalau Rp 8,5 juta. Itu alasan saya mundur," katanya dengan nada pilu. 

Ayah Naffa sudah meninggal sejak tahun 2021, sementara ibunya tidak bekerja. Mereka tinggal di rumah sederhana. Sejak ayahnya tiada, tulang punggung keluarga dipikul abangnya, Rangga Fadillah, yang sedang kuliah semester lima di Fakultas Hukum Universitas

Harapan Medan. 

"Abang kuliah sambil kerja," ungkapnya. 

Di keluarga, perempuan 18 tahun ini didorong oleh abangnya untuk kuliah. Sebab dari empat bersaudara, hanya Rangga yang menempuh pendidikan tinggi. Itu mengapa Naffa diharapkan mengikuti jejak sang abang.

"Itu harapan keluarga agar saya kuliah." Ketika Naffa diterima kuliah di USU lewat jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) pada tanggal 26 Maret 2024, keluarganya senang sekali. 

Naffa juga mengaku bahagia karena Sastra Arab adalah favoritnya. Sejak sekolah di SD sampai SMP, Naffa pintar berbahasa Arab. Namun kebahagiaan itu hanya sesaat, ketika tahu biaya kuliah di Sastra Arab mencapai Rp8,5 juta per semester. 

Perempuan lulusan SMK 1 Medan dan keluarganya ini sontak terkejut. Dia pun tidak yakin bisa kuliah di USU karena keluarganya hanya mampu membayar UKT sekitar Rp3 juta. "Kata abang, kalau UKT diturunkan abang saya sanggup membiayai kuliah saya. Tapi kalau tidak bisa, abang saya tidak sanggup," katanya pasrah.

Ia juga bercerita sempat mau mengajukan permohonan untuk pengurangan biaya UKT, tapi urung karena kesibukan sang abang. Kini dia cuma berharap USU menurunkan uang kuliah untuk mahasiswa baru.

Kalaupun tidak bisa kuliah tahun ini, Naffa bakal kerja mengumpulkan uang untuk biaya kuliah di tahun depan. 
"Janji omong kosong"

Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji, mengatakan apa yang dialami Naffa dan sejumlah camaba lain yang memutuskan mundur gara-gara tak sanggup membayar UKT kian membuktikan bahwa Permendikbudristek nomor 2 tahun 2024 memang tidak berkeadilan dan inklusif seperti yang diklaim Menteri Nadiem Makarim selama ini.

"Yang membuat UKT mahal kan Permendikbudristek 2 tahun 2024, tapi enggak ada yang mengulas aturan itu dan akhirnya tidak ada keinginan dicabut," ujar Ubaid kepada BBC News Indonesia.

Karena itulah dia mempertanyakan janji Menteri Nadiem Makarim yang bakal menghentikan kenaikan UKT yang nilainya disebut fantastis atau tidak wajar. Sebab dalam menetapkan tarif UKT, perguruan tinggi berkonsultasi dan mendapatkan persetujuan dari kementerian. 

"Plafon angka yang dijadikan rujukan kampus ya Permendikbudristek itu, kalau dibilang akan dihentikan gimana caranya kalau aturannya masih ada?" kata Ubaid geram.(rachmawati/fika/kps)

Baca juga: UKT Batal Naik Setelah Nadiem Dipanggil Jokowi, DPR Bakal Terus Pantau Kebijakan Uang Kuliah Tunggal

Baca juga: Jawaban Istri SYL saat Ditanya Hakim soal Biaya Skincare: Saya Sudah Tua

Baca juga: Hendi Maju Pilgub Jateng 2024, Hendi : Bismillah, kan Proses harus Dimulai dari Internal Partai Kami

Baca juga: Buah Bibir : Tengku Dewi Ingin Pisah Baik-baik

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved