Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Kurs Rupiah Diprediksi Masih Lemah hingga Akhir 2024

Rupiah masih dalam tren pelemahan. Hingga akhir tahun, mata uang garuda diperkirakan akan berada di kisaran Rp 16.000 per dolar AS.

ISTIMEWA
ilustrasi Rupiah dari aplikasi penghasil uang. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Rupiah masih dalam tren pelemahan. Hingga akhir tahun, mata uang garuda diperkirakan akan berada di kisaran Rp 16.000 per dolar AS.

Pada Kamis (6/6), rupiah berhasil menguat 0,15 persen ke Rp 16.263 per dolar AS. Namun, trennya masih melemah, dan sempat berada di level terendah di Rp 16.287 per dolar AS pada Rabu (5/6).

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, tertekannya rupiah disebabkan beberapa faktor, dengan yang dominan berasal dari dampak rilis notulensi The Fed, yang mengafirmasi keraguan dari pejabatnya untuk segera menurunkan suku bunganya.

Menurut dia, depresiasi rupiah juga diikuti oleh arus modal keluar dari pasar saham domestik, yang terefleksi dari total outflow di pasar saham sebesar 451 juta dolar AS sejak 20 Mei lalu. Outflow di pasar saham itu tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian di pasar saham domestik.

"Faktor peningkatan permintaan domestik untuk dolar AS juga menjadi kontributor pelemahan nilai tukar rupiah," ujarnya, kepada Kontan.co.id, Kamis (6/6).

Dalam waktu dekat, Joshua menuturkan, dinamika rupiah masih akan cenderung bergantung pada sentimen global, terutama dari sisi Eropa dan juga AS. Pada minggu depan, The Fed akan mengumumkan hasil FOMC, sehingga para investor dapat melihat perubahan arah kebijakan the Fed.

Selain itu, dia menambahkan, pada akhir minggu ini data ketenagakerjaan AS dirilis sehingga dapat melihat progres pelonggaran pasar ketenagekerjaan AS.

"Rilis data dan hasil FOMC akan menjadi salah satu pemicu pembalikan arah sentimen global sejalan dengan proyeksi kami terkait The Fed yang akan cenderung less-hawkish, diikuti oleh perkiraan kenaikan data pengangguran AS," bebernya.

Josua memproyeksikan, pada akhir semester I/2024, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.150-Rp 16.350 per dolar AS. Sementara pada akhir tahun 2024, ia perkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 16.000-Rp 16.200 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra juga menilai faktor eksternal menekan rupiah. Ia berpandangan, rupiah masih sulit untuk menguat, karena pasar masih meragukan kebijakan The Fed untuk memangkas suku bunga acuannya sesuai ekspektasi.

"Selain itu, konflik yang masih memanas di Timur Tengah maupun di Ukraina juga bisa mencegah dolar AS untuk melemah terlalu dalam terhadap nilai tukar lain," jelasnya.

Secara umum, ia menilai The Fed yang masih memegang kuncinya. Jika skenarionya inflasi AS masih belum terlihat turun di semester I, rupiah mungkin masih bergerak di atas Rp 16.000 per dolar AS.

Lalu di semester II, Ariston menyatakan, jika The Fed jadi memangkas suku bunganya dan masih mengindikasikan akan memangkas lagi, rupiah bisa langsung menguat tajam. "Kalau demikian skenarionya, rupiah bisa menguat lagi ke arah Rp 15.600," ucapnya. (Kontan/Sugeng Adji Soenarso/tribun jateng cetak)

Baca juga: WAWANCARA Arnaz Agung Andraras : ingin Berbuat Lebih dari Pak Hendi untuk Kota Semarang

Baca juga: WAWANCARA Alumni Penerima Beasiswa Vatikan, Deni Iskandar : Perjalanan Apostolik Paus Fransiskus

Baca juga: Buah Bibir : Wina Natalia Mantap Bercerai dengan Anji

Baca juga: Buah Bibir : Wina Natalia Mantap Bercerai dengan Anji

 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved