Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Jelang Idul Adha Penjualan Domba Bos di Peternakan Tegal Ada Tren Menurun 

Tren penjualan kambing pada H-9 momen Hari Raya Idul Adha diakui Pemilik Peternakan Domba Bos Tegal Agus Prasetyo, cenderung mengalami penurunan jika

|
Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: m nur huda

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Tren penjualan kambing pada H-9 momen Hari Raya Idul Adha diakui Pemilik Peternakan Domba Bos Tegal Agus Prasetyo, cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan pada tahun sebelumnya. 

Menurunnya tren penjualan kambing pada Idul Adha tahun ini, menurut Agus dipengaruhi karena wabah Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK yang menyerang sapi saat ini sudah tidak ada.

Sehingga, banyak masyarakat yang pada akhirnya kembali lebih memilih sapi untuk berkurban. 

Informasi tersebut disampaikan Agus Prasetyo, saat ditemui media di area peternakan domba miliknya yang beralamat di Jalan Merapi, Desa Jatimulya, Kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, pada Sabtu (8/6/2024). 

"Dibandingkan Idul Adha tahun kemarin, penjualan biasanya H-1 bulan sudah banyak permintaan. Tapi Idul Adha tahun ini, permintaan baru sekitar 50 persen atau hampir 40 ekor kambing saja. Tren penjualan menurun, karena wabah PMK sudah tidak ada, sehingga banyak orang yang beralih ke sapi. Kondisi ini juga dialami teman-teman peternak yang menyediakan kambing untuk kurban," ungkap Agus Prasetyo, pada Tribunjateng.com. 

Di Peternakan Domba Bos milik Agus, menyediakan beberapa jenis domba yakni Domer, Cross Texel, dan kambing bandot lokal. 

Sementara untuk pembeli, dikatan pria 47 tahun ini mayoritas masih lokal Kabupaten Tegal dan sekitarnya. 

Seperti Slawi, Lebaksiu, dan sekitarnya, kemudian Kota Tegal, Kabupaten Brebes, Pemalang dan lain-lain. 

Agus memprediksi, penjualan mulai meningkat lagi pada H-7 atau mendekati Hari Raya Idul Adha

Bahkan biasanya pada H+3 Idul Adha masih ada permintaan dari pembeli. 

"Harga kambing di tempat saya mulai Rp 2 jutaan sampai Rp 3 jutaan per ekor. Harga bergantung jenis dan beratnya. Selain itu, harga sudah termasuk biaya pengantaran ke pembeli," ujarnya. 

Agus bercerita, ia mulai fokus mengelola Peternakan Domba Bos sejak tahun 2021 lalu tepatnya saat pandemi Covid-19. 

Lahan peternakan milik Agus cukup luas yakni kurang lebih sekitar 2 hektare. 

Peternakan milik Agus memiliki konsep terintegritas, karena untuk pakan kambing menggunakan rerumputan seperti rumput Pakchong, rumput Odot, konsentrat alami menggunakan Kalianda, dan ada tambahan gandum. 

Dari modal awal sebanyak 45 ekor kambing, peternakan yang dikelola Agus terus berkembang sampai saat ini jumlah kurang lebih 130 ekor kambing. 

"Selain menjual kambing untuk kurban, di peternakan saya juga menjual kambing untuk akikah. Bahkan Peternakan Domba Bos ini bisa disebut sebagai pabrik cempe (kambing), karena bisa menghasilkan kambing yang nantinya untuk peternak atau dijual ke tempat-tempat makan," jelas Agus.

Di Peternakan Domba Bos, menyediakan kambing sesuai permintaan pembeli, semisal umur 3 bulan sampai 7 bulan. 

Terkadang ada peternak yang datang, kemudian melihat bibit kambing dan tertarik, maka biasanya langsung membeli. 

Sedangkan untuk tempat makan atau warung yang menjual sate, biasanya memiliki kriteria sendiri yaitu berat minimal 15 kilogram per ekor. 

Bahkan ada juga yang kriteria nya maksimal berat kambing 20 kilogram. 

Terkait harga jual, semisal dijual ke peternak kambing maka harga dihitung per ekor. 

Sedangkan jika yang membeli dari rumah makan atau warung sate, hitungannya per kilogram daging kambing. 

"Jika bulan-bulan biasa paling 10 sampai 20 ekor kambing yang terjual. Sedangkan satu bulan jelang Idul Adha biasanya menjual sampai 90 ekor, tapi tahun ini tren penjualan turun baru sekitar 40 ekor saja," pungkasnya. (dta) 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved