Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Sempat Dihina karena Kurang Mampu, Kuli Pengangkut Gula Asal Desa Terpencil Lulus Polisi

Rahmat sempat mendapatkan ejekan dari beberapa orang lantaran dinilai tidak mampu dari segi ekonomi untuk mendaftar sebagai anggota Polri.

Kompas.com/Istimewa
Rahmat Daniel kuli pengangkut gula asal desa terpencil di Sulawesi Selatan (Sulsel), memeluk sang ibu Nurmiah saat dinyatakan lulus dalam perekrutan bintara Polri TA 2024 Polda Sulsel, Sabtu (6/7/2024). (Dokumentasi/Polda Sulsel) 

"Saya waktu urus berkas untuk dapat uang itu, saya pergi bantu-bantu orang angkat gula, bantu panen padi, di situ upah saya kumpul untuk urus administrasi," kata Rahmat.

Rahmat berharap, usai dinyatakan lolos dan bakal mengikuti pendidikan Polri TA 2024 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Polda Sulsel pada 22 Juli mendatang, dia mampu membanggakan kedua orangtuanya.

"Sekarang saya anak gunung pedalaman bisa mengangkat derajat orangtua, apalagi di desa saya sendiri ini kampung terpencil. Itu mimpi besar saya mau jadikan motivasi para pemuda di desa saya agar jangan menyerah kejar mimpi," ungkapnya.

Utang ke tetangga

Sementara, ibu Rahmat yakni Nurmiah tak bisa menahan air matanya saat mengetahui sang putra bisa lolos menjadi anggota Polri.

Dia bercerita, saat awal sang putra kesayangannya itu meminta restu untuk ikut mendaftar dirinya sempat ragu dengan biaya. Namun, keraguan Nurmiah hilang saat melihat kegigihan sang putra.

"Saya juga tidak ada kerja pak, jadi kalau ada (warga) berkebun tanami kacang, dia (Rahmat) juga bantu saya kalau dia datang dari sekolah. Kalau ada suruh dia pergi angkat gula biar itu hujan pergi juga, biar itu banjir sungai pergi juga," ungkap Nurmiah.

"Pakaian, perlengkapan itu dipinjam untuk dipakai mendaftar, bolak-balik ke Bone (biaya) saya pinjamkan dulu (ke tetangga), nanti kalau ada pendapatan kita ganti," tambahnya.

Selama proses pendaftaran, Rahmat disebut hampir tidak pernah meminta biaya kepada kedua orangtuanya. Rahmat bekerja mandiri mengangkat hasil panen gula warga desa menuju pengepul.

"Tidak pernah dia kasian minta uang sama saya karena dia tahu saya tidak ada pendapatanku. Jadi, dia itu kalau mau pergi saya bilang ada uang, bilang (iya) cukup ji ma," ungka Nurmiah.

Nurmiah hanya bisa mengucap rasa syukur melihat sang buah hati bisa meraih mimpinya walaupun dengan proses yang sangat luar biasa.

"Saya syukuri sekali (lulus) karena saya itu di sini kampung tidak ada sekali apa-apa (tidak mampu). Harapan saya dia bisa tetap berbakti kepada orangtua, kepada negara, kepada semua masyarakat. Saya mendoakan supaya anak saya ini bisa menjalankan tugasnya dengan baik," ujar dia.

Diejek tak bisa lolos polisi

Selain itu, keluarga Rahmat bahkan sempat mendapatkan ejekan dari beberapa orang lantaran dinilai tidak mampu dari segi ekonomi untuk mendaftar sebagai anggota Polri.

"Saat itu banyak yang ragu-ragu, karena seperti diketahui mendaftar Polisi tidak gampang dan tidak mudah. Ketika mendaftar ini, banyak kasihan warga yang mengejek-ejek. Dianggap keluarga yang tidak mampu, bahkan dia penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)," kata kerabat Rahmat, Ridwan, saat ditemui terpisah.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved