Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Israel vs Hamas

Proses Gencatan Senjata di Gaza : Ketidaksepakatan Tekendala dari Tuntutan yang Diajukan Israel

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menelepon Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, pada Rabu (21/8).

AFP/BASHAR TALEB
Warga Palestina melihat puing-puing tenda yang hancur dan membangun kembali rumah-rumah mereka setelah serangan militer Israel ke kamp al-Mawasi untuk para pengungsi internal (IDP), di dekat kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan pada 13 Juli 2024, yang menewaskan 71 orang. Al-Mawasi telah dinyatakan sebagai zona aman oleh Israel saat mereka melakukan serangan militer di bagian lain Jalur Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas pada 7 Oktober. 

TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menelepon Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, pada Rabu (21/8). Dalam percakapan itu, Biden menekankan pentingnya gencatan senjata di Gaza dengan segera.

Menurut Biden, perundingan yang bakal digelar di Kairo adalah hal yang sangat penting. Sebab, bakal menentukan akhir dari pembicaraan berbulan-bulan untuk mengakhiri perang di Gaza.

Seruan Biden itu menyusul perjalanan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, ke Timur Tengah yang berakhir pada Selasa tanpa kesepakatan antara Israel dan kelompok Hamas mengenai gencatan senjata di daerah kantong Palestina.

Para perunding yang telah berjuang selama berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, berencana bertemu dalam beberapa hari mendatang di Kairo.

"Presiden menekankan pentingnya mengakhiri gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera dan membahas pembicaraan yang akan datang di Kairo untuk menghilangkan hambatan yang masih ada," kata pernyataan Gedung Putih mengenai pembicaraan tersebut, dikutip dari Reuters, pada Kamis (22/8).

Dari pernyataan itu, Biden dan Netanyahu juga membahas upaya AS untuk mendukung Israel melawan semua ancaman dari Iran, termasuk kelompok Hamas, Hizbullah, dan Houthi.

Hal itu karena Iran telah bersumpah akan melakukan pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran, pada 31 Juli. Dalam insiden itu, Iran menyalahkan Israel. Namun Israel tidak mengonfirmasi atau menyangkal bahwa mereka berada di balik pembunuhan tersebut.

Diketahui, Amerika Serikat telah memerintahkan kapal selam berpeluru kendali dikerahkan ke Timur Tengah dan kapal induk Abraham Lincoln untuk mempercepat penempatannya ke wilayah tersebut guna memperkuat pertahanan Israel.

Blinken dan para mediator dari Mesir dan Qatar menaruh harapan mereka pada proposal penghubung AS yang bertujuan untuk mempersempit kesenjangan antara kedua belah pihak dalam perang Gaza yang telah berlangsung selama 10 bulan.

"Presiden Biden berbicara dengan PM Benjamin Netanyahu dari Israel untuk membahas gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera serta upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan regional," demikian pernyataan Gedung Putih sebelumnya.

Datang dari Israel

Sementara itu ketidaksepakatan mengenai kehadiran militer Israel di masa depan di Gaza dan mengenai pembebasan tahanan Palestina jadi penghalang kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel.

Ini menurut sepuluh sumber yang mengetahui putaran pembicaraan yang dimediasi AS yang berakhir minggu lalu.

Sumber tersebut, yang meliputi dua pejabat Hamas dan tiga diplomat Barat, mengatakan kepada Reuters, bahwa ketidaksepakatan tersebut berasal dari tuntutan yang diajukan Israel sejak Hamas menerima versi proposal gencatan senjata yang diungkapkan Presiden AS Joe Biden Mei lalu.

Semua sumber mengatakan, Hamas sangat prihatin dengan tuntutan terbaru Israel untuk tetap menempatkan pasukan di sepanjang Koridor Netzarim.

Nezarim adalah jalur timur-barat yang disterilkan Israel selama perang. Penempatan pasukan mencegah pergerakan bebas warga Palestina antara Gaza utara dan selatan.

Pasukan juga ditempatkan di jalur perbatasan sempit antara Gaza dan Mesir yang dikenal sebagai Koridor Philadelphi.

Cengkeraman Israel saat ini terhadap Koridor Philadelphia memberinya kendali atas perbatasan Gaza dengan Mesir, satu-satunya penyeberangan di daerah kantong itu yang tidak berbatasan dengan Israel.

Hamas menilai Israel telah mengubah persyaratan dan parameternya pada menit-menit terakhir dan khawatir konsesi apa pun yang diberikannya akan dipenuhi oleh tuntutan yang lebih besar.

Dalam pernyataan pers pada Minggu, Hamas mengatakan usulan yang muncul dari perundingan minggu lalu terlalu mirip dengan posisi Netanyahu baru-baru ini yang menetapkan persyaratan baru.

Hamas mendesak para mediator untuk tetap berpegang pada pelaksanaan versi Juli dari perjanjian kerangka kerja, daripada memulai perundingan baru.

Dalam sebuah pernyataan sebelum perundingan minggu lalu, kantor Netanyahu membantah telah mengajukan tuntutan baru.

Mereka mengatakan, posisinya dibangun berdasarkan usulan sebelumnya. Dalam pernyataan tersebut, kantor PM Israel mengatakan. usulan Israel bulan Mei menyatakan hanya warga sipil tak bersenjata yang akan diizinkan kembali ke bagian utara Gaza, melintasi Koridor Netzarim. (kps/Tribunnews/afp)

Baca juga: Prakiraan Cuaca Blora Jumat 23 Agustus 2024, Cerah Berawan Sepanjang Hari

Baca juga: Selama 2020-2024 Kades Sidorejo Demak Dilaporkan Tilep Dana Desa Rp 15 Miliar, Begini Modusnya

Baca juga: Siap-siap Jadwal Pemadaman Listrik PLN, Mati Lampu 3 Jam Hari Ini Jumat 23 Agustus 2024

Baca juga: Berawan Sepanjang Hari, Berikut Prakiraan Cuaca Cilacap Jumat 23 Agustus 2024

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved