Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jakarta

Harga Beras di Indonesia Tertinggi se ASEAN, Impor Beras hingga Agustus 2024 Naik 121,34 Persen

Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal daripada harga beras di pasar global. Bahkan saat ini harga beras dalam negeri

tribunnews
ILUSTRASI: Bermacam jenis beras dan harganya. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia 20 persen lebih mahal daripada harga beras di pasar global. Bahkan saat ini harga beras dalam negeri konsisten tertinggi di kawasan ASEAN.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Carolyn Turk menilai tingginya harga beras ini terjadi karena beberapa hal, seperti kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor dan kenaikan biaya produksi hingga pengetatan tata niaga melalui non tarif.

"Kebijakan yang mendistorsi harga ini menaikkan harga produk dan mengurangi daya saing pertanian,” ucap Carolyn dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat (20/9/2024).

Meski begitu, ia menyoroti tingginya harga beras dalam negeri tak sebanding dengan pendapatan petani lokal. Merangkum dari hasil Survei Pertanian Terpadu, BPS, pendapatan rata-rata petani kecil kurang dari 1 dollar AS atau Rp 15.199 per hari.

Petani Untung Sedikit

Sementara, pendapatan petani per tahun hanya mencapai 341 dollar AS atau Rp 5,2 juta. Survei ini juga menyoroti pendapatan petani tanaman pangan khususnya beras jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman perkebunan atau pertanian hortikultura.

"Jadi petani mendapat keuntungan rendah, padahal di lain sisi konsumen membayar harga beras dengan harga tinggi," jelas Carolyn.

Lebih lanjut, tingginya beras dalam negeri ini memiliki dampak lebih serius bagi masyarakat luas. Bank Dunia mencatat, saat ini hanya 31 persen penduduk Indonesia yang mampu mendapatkan makanan sehat lantaran sulit membeli makanan bergizi seperti daging, telur, ikan dan sayuran.

"Harga beras yang tinggi semakin mempersulit konsumen miskin di Indonesia untuk membeli makanan bergizi," ucap Carolyn. Untuk itu dia menyebutkan, kenaikan harga beras seharusnya menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan. Pasalnya Indonesia sendiri memiliki ambisi untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.

Menurut Carolyn, langkah awal yang perlu diambil adalah memastikan keterjangkauan harga pangan khususnya beras sebagai salah satu sumber gizi bagi pembentukan sumber daya manusia (SDM).

"Pembentukan sumber daya manusia penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan," jelasnya.

Impor Meroket

BPS melaporkan, impor beras Indonesia melonjak 121,34 persen selama Januari hingga Agustus 2024. Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, nilai impor beras hingga Agustus 2024 mencapai 3,05 juta ton atau senilai 1,91 miliar dollar AS. Angka tersebut meningkat 121,34 persen dibandingkan Januari-Agustus 2023 yang sebanyak 863,62 juta dollar AS.

"Impor beras memberikan andil sebesar 1,50 persen dari total nilai impor non migas Indonesia," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/9/2024).

Adapun nilai impor non-migas sepanjang periode ini sebesar 127,82 miliar dollar AS, meningkat 2,47 persen dibandingkan Januari-Agustus 2023 yang sebesar 124,74 miliar dollar AS.

Dari Thailand

Dia mengungkapkan, selama periode ini Indonesia paling banyak mengimpor beras dari negara Thailand sebanyak 1,13 juta ton senilai 734,77 juta dollar AS, Vietnam sebanyak 0,87 juta ton senilai 542,86 juta dollar AS, Pakistan sebanyak 0,46 juta ton senilai 290,56 juta dollar AS. "Negara asal impor beras tertinggi adalah Thailand," kata dia.

Sementara khusus pada Agustus 2024, Indonesia telah mengimpor beras sebanyak 114,11 juta dollar AS. Secara bulanan (month to month/mtm) dan tahunan (year on year/yoy) nilai impor beras pada Agustus kemarin meningkat masing-masing 4,99 persen dan 22,54 persen.

Selain beras, Indonesia juga mengimpor komoditas pangan lainnya sepanjang 2024 ini. Total impor gandum dan meslin selama Januari hingga Agustus 2024 ini mencapai 8,44 juta ton atau senilai 2,56 miliar dollar AS dan andilnya sebesar 2,01 perse dari total impor non-migas di Indonesia.

"Negara asal impor terbesar untuk komoditas ini adalah Australia," ucapnya. Kemudian, total impor gula selama Januari-Agustus 2024 mencapai 3,38 juta ton atau senilai 2 miliar dollar AS dan andilnya sekitar 1,56 persen dari total impor non-migas Indonesia. "Brazil merupakan negara asal impor gula terbesar," tuturnya.

Penyebab Mahal

Badan Pangan Nasional (Bananas) buka suara soal pernyataan Bank Dunia yang menyebut harga beras di Indonesia menjadi yang termahal di ASEAN. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas Rachmi Widiriani mengatakan harga beras dalam negeri mahal karena biaya produksi yang besar.

Karena itu, petani menaikkan harga agar tetap mendapatkan keuntungan. "Memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi, sehingga kalau kita runut dari cost factor produksi beras di dalam negeri, kalau kita perhatikan memang tinggi, jadi petani juga berhak mendapatkan keuntungan," kata Rachmi.

Rachmi melanjutkan saat ini petani mendapat keuntungan yang cukup karena harga gabah dibeli di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Nilai Tukar Petani (NTP) khususnya tanaman pangan, juga sedang dalam kondisi yang baik. (kompas/tribun/cnn/kontan)

Baca juga: Not Angka Pianika Lihat Segalanya Lebih Dekat dan Ku Akan Mengerti

Baca juga: Cara Transfer Sesama GoPay, Akun OVO dan Rekening Bank, Pindahkan Saldo Anti Ribet

Baca juga: Not Angka Pianika Surya Tenggelam Ditelan Kabut Kelam

Baca juga: Sandi Harian dan Daily Combo Hamster Kombat Sabtu 21 September 2024 WALLET, Klaim Sebelum Jam 7!

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved