Wonosobo Hebat

Ajak Anak Muda Tertarik Bertani, Daffa Akbar Raharja Kenalkan Smart Green House untuk Pertanian

TribunJateng.com/Imah Masitoh
Smart green house yang dikembangkan Daffa Akbar Raharja, di Kelurahan Rojoimo, Wonosobo, Kamis (26/9/2024). 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Sosok Daffa Akbar Raharja, petani muda Wonosobo kenalkan model pertanian dengan sistem smart green house.

Smart green house yang dikembangkannya telah berjalan hampir satu tahun lamanya yang berada di belakang rumahnya di Kelurahan Rojoimo, Wonosobo.

Berbeda dengan sistem pertanian tradisional, smart green house yang dikembangkannya telah menggunakan teknologi pertanian masa kini.

Daffa mengungkapkan di tahun pertama ini, ia masih melakukan riset terhadap smart green house miliknya.

Sosok Daffa Akbar Raharja yang mengembangkan smart green house di rumahnya di Kelurahan Rojoimo, Wonosobo, Kamis (26/9/2024).
Sosok Daffa Akbar Raharja yang mengembangkan smart green house di rumahnya di Kelurahan Rojoimo, Wonosobo, Kamis (26/9/2024). (TribunJateng.com/Iwan Arifianto)

Namun demikian, smart green house miliknya sudah mulai terlihat hasilnya terhadap buah melon yang ditanamnya.

Di sisi riset, tujuan utama smart green house yang dikembangkannya ialah menarik anak-anak muda untuk bertani.

"Tujuan kedua untuk menarik anak-anak muda untuk join ke pertanian. Karena konsen kita buat menambah kuantiti atau jumlah petani di masa depan. Pertanian bisa kok dengan basis teknologi," ucap Daffa yang juga Founder Akar Nuswantara kepada tribunjateng.com, Kamis (26/9/2024).

Dengan luasan 300 meter persegi, smart green house miliknya telah menggunakan berbagai teknologi pertanian masa kini mulai dari smart irrigation, smart fertilizer, smart grow light, hingga forecasting climate.

Smart irrigation dan smart fertilizer misalnya, dalam penyiraman ataupun pemupukannya telah menggunakan sensor otomastis yang telah disetting waktunya.

Sementara untuk smart grow light digunakan untuk penambah intensitas cahaya menggunakan lampu khusus tanaman.

"Forecasting climate kita punya stasiun cuaca untuk memperkirakan kapan ada hujan kapan engga jadi kita sinkronisasikan antara data yang ada di luar dengan kebutuhan kita di dalam," tambahnya.

Lebih mudahnya lagi semua itu bisa dikontrol dimana saja dengan sistem yang sudah dibangunnya.

"Mengontrol ini bisa dari mana saja. Kita bisa ngecek tanaman dari mana saja ada CCTV, dan sensor. Jadi panca indra kita bertambah dengan itu," terangnya.

Saat ini setidaknya ada sebanyak 471 tanaman melon yang ditanamnya di smart green house miliknya.

Sejauh ini sudah tampak perbedaan buah melon yang ditanam pada smart green house dengan melon yang ditanam pada umumnya.

Buah melon yang ditanam di smart green house mempunyai ukuran yang lebih besar, satu buahnya bisa mencapai berat 2 kilogram.

"Jumlah populasi sekitar 471 tanaman, kalau per buahnya sekitar 2 kilogram. Dalam satu pohon ada dua buah, ya sekitar ada 1 ton melon dikalikan harga pasarnya sekitar Rp 20.000 bisa kita hitung," ucapnya.

Tidak hanya itu selisih angka juga terlihat pada harga pokok penjualan (HPP) smart green house cukup budget Rp 3 juta - Rp 4 juta, sementara dengan model pertanian biasa bisa mencapai Rp 5 juta.

Plt Bupati Wonosobo Muhammad Albar mengajak anak-anak muda untuk melirik sektor pertanian dengan penggunaan teknologi-teknologi masa kini.

Ia meyakini dengan pemanfaatan teknologi masa kini mampu memajukan sektor pertanian Wonosobo yang saat ini masih menjadi mayoritas mata pencaharian masyarakat setempat.

"Ini membuktikan jadi petani itu ngga remek. Justru semakin menjadi petani yang berteknologi, bisa survive, bisa jadi petani yang kaya raya, bisa membantu ekonomi keluarga dan masyarakat," ungkapnya.

Ia berharap sosok Daffa dapat menjadi inspirasi anak-anak muda di Wonosobo untuk bertani. (ima)