Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Keluhan Petani Milenial di Jawa Tengah : Sulitnya Pemasaran Hingga Kualitas Produk Pertanian

Para petani muda di Jawa Tengah  mengeluhkan berbagai tantangan selama menekuni bidang pertanian di antaranya stabilitas harga

|
Penulis: iwan Arifianto | Editor: Catur waskito Edy

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Para petani muda di Jawa Tengah  mengeluhkan berbagai tantangan selama menekuni bidang pertanian di antaranya stabilitas harga dan ketersediaan komoditas berkualitas.

Persoalan di bagian hulu dan hilir pertanian ini diharapkan oleh para petani dapat dipecahkan dalam forum Konsolidasi Nasional Petani Milenial yang digagas Kementerian Pertanian (Kementan) di Kota Semarang, Sabtu (2/11/2024).

Keluhan para petani ini di antaranya diungkapkan oleh petani asal Ngampel, Kabupaten Kendal, Muhammad sutomo (29). 

Dia mengaku, selama bertani mengalami kesulitan soal pemasaran hasil pertanian pada komoditas sayuran.

Hasil panen sayurannya berupa pakcoy, kangkung dan bayam di lahan tak kurang dari 2 hektare sulit dijual dengan harga yang sesuai.

Dia selama ini menjual hasil panen ke tengkulak di pasar sehingga patokan harga lebih murah.

"Saya ingin ada kestabilan harga. Makanya ikut konsolidasi ini untuk menambah relasi. Siapa tahu bisa saling menyuplai antar petani," katanya di Hotel Gets, Kota Semarang.

Petani asal Kranggan Temanggung, Firman Nurani Sidik (22) mengungkapkan,  menggeluti bidang pertanian kapulaga dan pepaya.

Dua komoditas tersebut tak hanya dijual di wilayah lokal maupun domestik melainkan sampai ke China.

"Permintaan pasar cukup tinggi sayangnya kita terkendala barang yang berkualitas sesuai permintaan pasar," katanya.

Dia pun bersama petani muda lainnya menggerakan petani lokal melalui lembaga Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Argo Kirina Kusuma untuk meningkatkan kualitas produk pertaniannya.

"Kami dorong teman-teman muda bisa menggerakkan ke petani di lingkungannya sehingga bisa membantu meningkatkan dan memasarkan produk hasil pertanian," jelasnya.

Melalui konsolidasi nasional petani milenial, dia berharap lahir kerjasama antar petani muda sehingga bisa memecahkan masalah di kelompoknya yakni kendala jumlah barangnya yang siap dipasarkan.

"Kami berkeyakinan kalau usaha ingin cepat berjalan sendiri tapi kalau mau berjalan jauh dan langgeng bergerak bersama-sama," paparnya.

Petani milenial asal Ngombol Purworejo Scantya Aulya rahma (23) mengatakan, bergelut di bidang pertanian dengan komoditas pisang dengan melibatkan 50 Kelompok Wanita Tani (KWT).

Puluhan petani tersebut berasal di wilayah Purworejo dan Kulonprogo yang memiliki potensi pisang yang cukup besar.

Tanaman pisang dari bogol diolah menjadi keripik, batang pisang untuk gudek, dan daun untuk es dawet.

"Keripik pisang dari bogol sudah pernah diekspor ke Dubai sampai 50 ton pada tahun 2020-2021. Tahun ini belum ada permintaan lagi," terangnya.

Dia mengaku, petani muda sekarang harus terus berinovasi untuk menggantikan para petani saat ini yang mayoritas sudah sepuh.

"Kami juga perlu pendampingan pemerintah makanya bergabung ke petani milenial. Misal saat ini ada program makan gratis maka perlu melibatkan petani muda," terangnya.

Para petani milenial yang dikumpulkan oleh Kementan tersebut tergabung dalam Program YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Services) yakni program yang bertujuan untuk mengembangkan kewirausahaan dan ketenagakerjaan generasi muda.

"Program YESS sudah dijalankan selama 6 tahun yang mampu mencetak 3 ribu petani muda yang  menjadi enterpreuner di bidang pertanian," jelas Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono yang juga didapuk menjadi Bapak Petani Milenial.

Sudaryono melanjutkan, program mencetak petani muda akan terus dilanjutkan hingga lebih dari 30 ribu bahkan 300 ribu petani.

Para petani muda yang sudah ada nantinya akan diberdayakan menjadi tim task force atau satuan tugas (Satgas) dalam rangka penyebaran pelatihan penyuluhan terhadap petani muda lainnya di indonesia.

"Kami garap itu karena di luar sana masih ada anak muda yang mau bertani bahkan menjadi pengusaha di bidang pertanian seperti budidaya, pengolahan, distribusi, dan ekspor impor," tuturnya.

Dalam program petani milenial, Kementan menggandeng IFAD (International Fund for Agricultural Development) badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Lembaga Keuangan Internasional yang menanggulangi kelaparan dan kemiskinan di masyarakat pedesaan.

"Kami mendukung program YESS pada pengembangan agro bisnis pemuda dengan target mendukung 220 ribu pemuda dalam produksi, inklusi keuangan, pengolahan, dan pertanian digital," terang Country Director IFAD, Hani A. Elsadani Salem.

IFAD saat ini sedang mempersiapkan tahap akhir persetujuan kerjasama serupa dengan memperluas wilayah ke delapan provinsi di Indonesia termasuk Jawa Tengah. (Iwn)

Baca juga: HUT ke-97 RSUD Kardinah, Pj Wali Kota Tegal Tekankan Semangat Bangun RS Daerah yang Lebih Unggul 

Baca juga: Dinsos Demak Berikan Bantuan Logistik pada Korban Kebakaran di Mranggen dan Karangawen

Baca juga: Respon Debat Pertama Paslon Bupati & Wakil Bupati Tegal, Agustyarsyah: Keduanya Cukup Baik & Bagus 

Baca juga: Video Kecelakaan Avanza Terbalik di Tanjakan Gombel Semarang Hari Ini Bikin Macet Panjang

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved