Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Harga Pangan Indonesia akan Naik 59 Persen, Apa yang Terjadi? 2 Hal Jadi sebab Utama

Rata-rata harga bahan makanan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, diprediksi naik antara 30 sampai 59 persen beberapa waktu mendatang

Editor: muslimah
Tribun Jateng/ Idayatul Rohmah
Pedagang di Pasar Karangayu Semarang tampak sedang menunjukan cabai dagangannya. Harga bahan pokok mulai merangkak naik. Yang paling terasa antara lain cabai dan bawang. 

TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Rata-rata harga bahan makanan di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, diprediksi naik antara 30 sampai 59 persen beberapa waktu mendatang.

Temuan tersebut mengemuka berdasarkan laporan terbaru dari studi Oxford Economics berjudul Climate Change and Food Prices in Southeast Asia - 2024 Update, bekerja sama dengan Food Industry Asia (FIA) dan ASEAN Food and Beverage Alliance (AFBA).

Kenaikan harga tersebut disebabkan karena kondisi cuaca ekstrem yang meningkat karena perubahan iklim.

Selain itu, transisi energi untuk mencapai target nol emisi atau net zero emission (NZE) juga berkontribusi terhadap kenaikan harga bahan makanan.

Baca juga: APBN Tekor Rp 401,8 Triliun, Sri Mulyani Pastikan APBN 2025 Akan Dikelola Hati-hati, Bagaimana IKN?

Penasihat Senior AFBA S Yogendran mengatakan, pemerintah dan para pemimpin industri didesak bersinergi dan mengatasi tantangan dalam menavigasi transisi energi di Asia Tenggara, sekaligus mengurangi dampak kenaikan biaya pangan.

Yogendran menyampaikan, keluarga-keluarga di seluruh Asia Tenggara saat ini sudah merasakan dampak dari kenaikan harga bahan pangan.

"Tanpa adanya koordinasi antara pemerintah dan industri, upaya mencapai target emisi nol bersih berpotensi untuk membuat nutrisi dasar menjadi tidak terjangkau bagi masyarakat," kata Yogendran.

Saat ini di seluruh kawasan Asia Tenggara mengalami kenaikan suhu rata-rata tiga derajat celsius dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

Akibatnya, cuaca ekstrem menjadi semakin sering terjadi dan berdampak sangat buruk pada hasil pertanian.

Di sisi lain, pemerintah dan sektor swasta berupaya keras untuk mencapai target nol emisi pada 2050, biaya energi, tenaga kerja, dan komponen produksi lainnya di sektor manufaktur dan distribusi mengalami peningkatan yang signifikan.

Sebagai negara yang sangat bergantung pada bahan bakar fosil dan rentan terhadap fluktuasi harga pangan global, Indonesia diprediksi akan mengalami dampak paling signifikan.

Peningkatan biaya bahan makanan pokok di Indonesia diperkirakan mencapai 59 persen yang akan dirasakan oleh konsumen akhir.

Situasi tersebut dapat berimbas langsung pada keluarga berpenghasilan rendah yang pada umumnya membelanjakan 10 persen atau lebih dari pendapatan mereka untuk kebutuhan pangan.

Berdasarkan studi Oxford Economics, setiap peningkatan suhu rata-rata sebesar 1 persen akan mendorong kenaikan harga produksi pangan sebesar 1 sampai 2 persen di negara-negara Asia Tenggara.

Di antara negara-negara di Asia Tenggara, Filipina juga tergolong paling rentan terhadap perubahan suhu.

Pasalnya, Filipina akan sering mengalami cuaca ekstrem dan kapasitas produksinya tidak optimal dalam menghadapi perubahan iklim.

Studi ini juga menyimpulkan bahwa perubahan iklim telah berkontribusi pada kenaikan harga pangan sebesar 6 persen di Filipina dalam 10 tahun terakhir.

Yogendran menyampaikan, kenaikan bahan makanan pokok di Asia Tenggara bakan menjadi isu global.

Pasalnya, Asia Tenggara merupakan salah satu produsen makanan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari rantai pasok global.

"Kenaikan harga di kawasan ini berpotensi memicu inflasi di seluruh dunia. Oleh karena itu, semua pemerintah perlu memberikan dukungan, baik berupa keahlian maupun investasi, kepada para pengambil kebijakan di Asia Tenggara untuk mencari solusi," papar Yogendran.

Swesembada Pangan

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmennya untuk mewujudkan swasembada pangan di Indonesia. Dalam acara Rakor Swasembada Pangan di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, pada Kamis (12/12/2024), Amran menyatakan akan bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan tersebut.

Dia terinspirasi oleh etos kerja Presiden Prabowo Subianto yang dikenal sebagai sosok pekerja keras.

"Kita malu kalau tidak kerja keras. Kalau Presiden kerja 10 jam, saya katakan 'Aku kerja 20 jam'. Itu tekadku, Insyaallah swasembada, kita akan rebut dalam waktu sesingkat-singkatnya," ujar Amran.

Dalam kesempatan itu, Amran mengajak seluruh peserta rapat, yang sebagian besar terdiri dari perwira TNI Angkatan Darat (AD), untuk berkolaborasi dalam mewujudkan swasembada pangan.

Adapun acara ini turut dihadiri Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad) Letjen TNI Tandyo Budi Revita.

"Para Dirjen (Kementan), Dandim kira-kira gimana? Bisa swasembada pangan?" tanya Mentan.

"Bisa," jawab para hadirin.

Amran kemudian memuji Presiden Prabowo yang dianggap sangat peduli terhadap masyarakat kecil.

Menurutnya, salah satu bentuk kepedulian tersebut adalah melalui upaya mencapai swasembada pangan.

"Jadi nanti swasembada, Insya Allah swasembada, Insyaallah swasembada," ungkapnya. Ia juga menyoroti peningkatan anggaran yang dialokasikan untuk sektor pertanian, termasuk anggaran irigasi.

"Sekarang anggaran sudah ditambah. Luar biasa Presiden kita menyayangi masyarakat kecil. Saya perhatikan beliau. Kami baru satu bulan lebih, setiap kita diskusi masalah orang kecil, beliau langsung beri solusi," tambahnya.

Amran memberikan beberapa contoh nyata dari langkah-langkah yang diambil oleh Prabowo dalam waktu singkat kepemimpinannya. Pertama, terkait pemenuhan kebutuhan pupuk bagi petani.

"Baru satu bulan lebih memimpin. Satu, pupuk beliau yang dulu ngotot naikkan volumenya 100 persen. Itu Rp 24 triliun. Hari ini dinikmati petani 120 juta seluruh Indonesia," jelasnya.

Kedua, Amran menyebutkan langkah pemerintah dalam mengatasi utang yang macet selama 10 tahun bagi pelaku UMKM, yang kini telah diputihkan. "Ketiga, anggaran dinaikkan tiga kali lipat untuk pertanian, dari Rp 6,9 triliun menjadi Rp 29 triliun. Itu luar biasa," tuturnya.

Lumbung Pangan

Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan lumbung pangan nasional dan daerah mencapai Rp 15 triliun dalam APBN tahun 2025. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2024).

"(Anggaran untuk) terbangunnya Lumbung Pangan Nasional Daerah dan Desa dengan dana mencapai Rp 15 triliun," kata Sri Mulyani, Selasa. Ia menuturkan, pembangunan lumbung pangan menjadi salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

Selain itu, pihaknya mengalokasikan anggaran untuk pemeriksaan kesehatan (medical checkup) gratis Rp 3,2 triliun, renovasi sekolah sebesar Rp 20 triliun, dan pembangunan sekolah unggulan terintegrasi dengan anggaran Rp 2 triliun.

Sedangkan, program makanan bergizi dialokasikan anggaran Rp 71 triliun.

"Diharapkan akan dapat meningkatkan perekonomian di daerah dan terutama di desa-desa di dalam rangka untuk menyuplai kebutuhan program makan siang bergizi," ucap dia. (tribun/kompas/cnn/kontan)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved