Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Blora

Mendapat Komplain Terkait Hasil Lab Dinilai Tidak Akurat, Laboratorium Patra Medica Blora Buka Suara

Pihak Laboratorium Patra Medica Blora buka suara terkait adanya ketidakpuasan warga terhadap hasil uji.

Penulis: M Iqbal Shukri | Editor: rival al manaf
(Iqbal/Tribunjateng)
AUDIENSI - Suasana pihak Laboratorium Patra Medica Blora saat klarifikasi di Kantor Dinkesda Blora, Jumat (21/2/2025). 

TRIBUNJATENG.COM, BLORA - Pihak Laboratorium Patra Medica Blora buka suara terkait adanya ketidakpuasan warga terhadap hasil uji laboratorium Patra Medica Blora.


Hal itu setelah Forum Komunikasi Masyarakat Blora (FKMB) mengadu ke Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora, terkait ketidakpuasan warga terkait hasil uji laboratorium Patra Medica Blora, Rabu (12/2/2025).


Aduan itu terkait hasil uji lab saat pemeriksaan darah terjadi perbedaan. Dimana saat uji lab di Patra Medica Blora, hasil creatinin yang bersangkutan (warga/pasien) itu 2,4.


Kemudian ketika pasien yang bersangkutan mengecek ulang di lab di Rumah Sakit (RS) Kariadi Semarang, hasil uji lab hanya 1,8. 


Setelah itu, Dinkesda Blora menindaklanjuti aduan dari FKMB, dengan memanggil pihak Laboratorium Patra Medica Blora untuk diklarifikasi, Jumat (21/2/2025).


Kedatangan pihak Laboratorium Patra Medica Blora di Kantor Dinkesda Blora itu, diterima langsung oleh Kepala Dinkesda, Edi Widayat. 


Saat dimintai klarifikasi, pihak Laboratorium Patra Medica Blora langsung menjelaskan ke Kepala Dinkesda, menanggapi terkait ketidakpuasan yang dialami salah seorang warga itu.


Kepala Cabang Patra Medica Blora, Nur Anisa, menyampaikan bahwa pihak Laboratorium Patra Medica sebelum mengeluarkan hasil uji lab, telah melaksanakan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada.


"Kita sudah melakukan sesuai SOP yang ada. Jadi kita mengeluarkan hasilnya itu, dari SOP nya itu ya, kalau memang SOP sudah dilakukan, semua prosedur sudah dilakukan," jelasnya, saat ditemui usai audiensi.


Lebih lanjut, Anisa menyampaikan sebelum hasil uji lab itu dikeluarkan, pengujian sudah dilakukan beberapa kali.


"Kita melakukan uji dengan alat itu dua kali, terus kita menggunakan alat berbeda satu kali, jadi sudah dilakukan 3 kali pengujian, dan kita juga mengeluarkan dengan hasil tinggi itu kita juga melihat riwayat sebelumnya, dalam satu tahun itu seperti apa, kalau dalam satu tahun itu hasilnya kok normal-normal saja, kita nggak mungkin kan langsung mengeluarkan."


"Kita harus kroscek dulu, dari riwayat pasiennya kan memang sudah di atas nilai normal, selama satu tahun ini, jadi kita keluarkan dari yang sesuai hasil dari alat," jelasnya.


Anisa mengeklaim untuk komplain ketidakpuasan warga ini, merupakan kali pertama yang diterima oleh Laboratorium Patra Medica Blora.


"Ini komplain yang pertama. Ya pinginnya kita ingin lebih meningkatkan hasil lebih baik, kita selama ini juga memberikan yang terbaik."


"Cuma dengan adanya ini kita lebih menjaga lagi, ya kita tetap menaati aturan yang ada sesuai SOP kita lakukan setiap hari. Selain itu setiap enam bulan sekali alat yang kita pakai itu juga dinilai," terangnya.


Sementara itu, Dokter Spesialis Patologi Klinik yang sekaligus Penanggungjawab Laboratorium Patra Medica Blora, Sri Irianti, menjelaskan alasan hasil uji di Laboratorium Patra Medica Blora dengan hasil uji lab di RS Kariadi Semarang terdapat perbedaan disebabkan beberapa faktor.


"Jadi saat pemeriksaan di Blora itu, pada saat di pagi hari, itu pasien dalam kondisi puasa, kemudian dua hari berikutnya pasien melakukan kontrol di RS Kariadi."


"Saya melihat dari RS Kariadi itu, itu pendaftaran di lab itu jam 10.00 WIB, kemudian kemungkinan diambil sampel itu jam 10.30 WIB. Hasil lab selesai itu jam 12.00 WIB," terangnya.


Sepengetahuan, Sri Irianti, umumnya di Rumah Sakit ada kebijakan tertentu.


"Jadi pasien kalau regulasi di rumah sakit itu biasanya mereka akan ke poli dulu, dan itu pasien kemungkinan dalam kondisi tidak puasa."


"Karena sampel itu diambil jam 10.30 WIB, bagaimana dengan kondisi pasien yang sudah sakit, disuruh puasa dan menunggu poli di rumah sakit rujukan yang begitu banyak, ya pasien tidak mungkin kuat," paparnya.


Oleh karena itu, menurutnya, faktor perbedaan hasil uji laboratorium, bisa dipengaruhi pasien itu sedang puasa atau tidak. 


Sri Irianti mengatakan hal itu bisa menjadi sebab hasil lab dari yang dikeluarkan Laboratorium Patra Medica Blora dengan RS Kariadi Semarang berbeda.


Diberitakan sebelumnya, Forum Komunikasi Masyarakat Blora (FKMB) mengadu ke Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora, terkait ketidakpuasan warga terkait hasil uji laboratorium Patra Medica Blora.


Kedatangan FKMB itu diterima langsung oleh Kepala Dinkesda Blora, Edi Widayat, di kantornya, Rabu (12/2/2025).


Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Blora (FKMB), Didik Lukardono, menyampaikan berdasarkan aduan warga yang diterima FKMB, warga tersebut tidak puas dengan layanan dari laboratorium tersebut.


Saat itu, warga yang mengadukan ke FKMB tengah mengecek darah di laboratorium Patra Medica. Hanya saja warga tersebut ragu dengan hasil lab tersebut.


Sebab, ketika diujikan ulang, di laboratorium di Rumah Sakit Kariadi Semarang, hasil uji lab nya berbeda.


"Aduannya terkait dugaan ketidakakuratan hasil lab yang sudah dilakukan oleh Lab Patra Medica Blora. Saat  pemeriksaan darah di lab Patra Medica Blora, hasil creatinin yang bersangkutan itu 2,4." 


"Kemudian ketika pasien yang bersangkutan mengecek ulang di lab di RS Kariadi Semarang, hasil uji lab di sana, hanya 1,8. Jadi ada perbedaan 0,6 itu cukup tinggi," terangnya.


Lebih lanjut, menurut Didik hasil lab akan mempengaruhi pemberian obat pasien.


"Padahal hasil lab mempengaruhi pemberian obat, kalau sudah mempengaruhi pemberian obat, pasien kan nanti yang jadi korban, bahaya," terangnya.


Didik mengatakan, creatinin yang tinggi itu bisa mengarah bahwa pasien harus melakukan cuci darah.


"Padahal makin tinggi creatinin itu, sudah mengarah harus cuci darah. Itu yang menjadi pokok persoalan, ketidakpuasan terhadap hasil lab di laboratorium Patra Medica," tuturnya.


Menurut Didik, FKMB menerima aduan ketidakpuasan terhadap hasil lab Patra Medica, lebih dari satu orang.


"Aduan yang masuk ke kami itu lebih dari satu orang," ujarnya.


Oleh karena itu, untuk menindaklanjuti hal tersebut, FKMB mengadukannya ke Dinas Kesehatan Daerah Blora.


Apalagi, menurutnya hal itu menyangkut pelayanan kesehatan terhadap masyarakat Blora.


"Dari sana kami berembug dan menindaklanjutinya, dan meneruskannya ke Dinas Kesehatan Daerah Blora. Sehingga harapannya kasus serupa tidak terulang kembali," jelasnya.


Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora, Edi Widayat, akan menindaklanjuti aduan dari FKMB tersebut.


"Ya ini kami menerima FKMB, terkait adanya aduan ketidakpuasan hasil pemeriksaan di laboratorium Patra Medica, tentang hasil lab."


"Mereka berpikir bahwa hasil lab yang diperiksa di laboratorium Patra Medica dengan yang setelah selang dua hari diujikan ulang di laboratorium Rumah Sakit Kariadi Semarang berbeda hasilnya," terangnya.


Edi menyampaikan bahwa hasil lab akan berdampak pada pemberian obat-obatan yang akan disarankan.


"Dampaknya tentu kalau jaraknya beda jauh ya, efek ke pengobatan," ujarnya.


Menurut Edi, ada beberapa hal yang mempengaruhi hasil lab. Di antaranya, bisa dari alatnya, cara pengambilan atau pemeriksaan, dan kondisi pasien itu sendiri apakah puasa atau tidak.


Edi mengatakan untuk alat harus wajib terkalibrasi. Kalibrasi merupakan proses untuk mengukur dan membandingkan suatu bahan atau alat ukur dengan standar ukur. 


Dalam kalibrasi bertujuan untuk memastikan akurasi dan keandalan alat ukur. 


"Kalibrasi ada lembaga yang berkewenangan mengkalibrasi sendiri. Itu wajib dilakukan setahun sekali, ada lembaga khusus untuk yang mengukur itu," terangnya.


Terkait dengan laporan dari FKMB, pihaknya akan segera menindaklanjutinya, dengan bersurat ke pihak Laboratorium Patra Medica.


Selain itu Edi juga berencana akan memanggil pihak Laboratorium Patra Medica untuk dimintai klarifikasi terkait adanya aduan dari FKMB.


"Tindak lanjut dinas kesehatan nanti kami akan memberikan surat aduan dari FKMB, ke laboratorium Patra Medica, dan kita akan melakukan pembinaan dan pengawasan secara rutin."


"Ke depan kita juga akan memanggil mereka (pihak Laboratorium Patra Medica) untuk klarifikasi kaitannya hasil aduan itu," jelasnya.


Edi menyampaikan untuk tugas Dinas Kesehatan Daerah adalah melakukan pembinaan dan melakukan pengawasan.


"Untuk perizinan ada di kewenangan pemerintah provinsi, tapi kami di daerah punya kewenangan pengawasan, dan pembinaan karena ada di wilayah kami," terangnya.


Edi menyampaikan beberapa pengawasan yang dilakukan oleh Dinkesda terhadap layanan kesehatan yang ada di Blroa.


"Pengawasan yang kami lakukan, apakah alat terkalibrasi, apakah cuality control dilakukan setiap pagi sebelum mereka bekerja, apakah tenaga-tenaga di situ tenaga-tenaga profesional, di dalam praktik laboratorium atau tidak."


"Pengawasan itu sudah kami laksanakan, secara administrasi tidak masalah sebenarnya, dan alat-alat di lab Patra Medica, sudah rutin dikalibrasi. Terakhir dikalibrasi pada tanggal 27 Desember, 2024," paparnya.(Iqs)

 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved