Semarang
Puluhan Kera dari Lereng Telomoyo Kabupaten Semarang Turun ke Permukiman Warga Ambil Hasil Tani
Puluhan ekor kera berekor panjang mendatangi permukiman Dusun Gedong, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jumat (7/3/2025).
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Puluhan ekor kera berekor panjang mendatangi permukiman Dusun Gedong, Desa Gedong, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jumat (7/3/2025).
Dari keterangan warga setempat, sudah sepekan terakhir kera-kera tersebut sering muncul ke permukiman untuk mencari makan.
Ketua RT 01 RW 01 Desa Gedong, Budi Utomo mengatakan bahwa koloni kera yang datang tersebut berhabitat di hutan lereng Gunung Telomoyo.
Menurut dia, warga setempat mengalami kesulitan dalam menangani kawanan kera tersebut karena mengambil hasil pertanian dan peternakan.
"Sekali turun bisa lebih dari 50 ekor, jika kelaparan sampai masuk rumah dan pekarangan warga untuk mengambil jagung atau ketela.
Selain itu, ada juga yang telur-telur peternakan warga habis dimakan kera,” kata Utomo.
Dia menduga, turunnya kera-kera tersebut akibat habitat aslinya terganggu dengan aktivitas pembangunan tempat wisata.
Sebab, biasanya kera-kera tersebut turun ke permukiman pada masa musim kemarau karena makanan di hutan tidak mencukupi.
"Kera turun itu setelah adanya wisata di bagian lereng sebelah timur, sepertinya karena habitatnya rusak," imbuh dia.
Dampak turunnya kera, lanjut Utomo, merusak tanaman ubi-ubian, kopi, serta buah-buahan.
Meskipun demikian, tidak ada warga yang diserang atau terluka oleh kawanan kera.
"Upaya kami satu di antaranya membuat petasan dari spiritus untuk mengusir kawanan kera," kata dia.
Warga lainnya, Ahmad Winarno mengatakan bahwa kawanan kera ekor panjang cukup meresahkan, namun dia menyadari itu bukanlah kesalahan mereka.
Menurut dia, hal tersebut terjadi akibat fenomena alam atau terdapat sesuatu yang membuat naluri alamiah kera-kera tersebut turun ke permukiman.
“Sehingga tidak bisa diusir atau dihalau karena jika satu koloni diusir, koloni lain akan masuk menempati.
Kami juga pernah memanggil pawang dari suku Badui, anggota Damkar, namun kera-kera tetap kembali,” ungkap Winarno.
Dia berpendapat, populasi kera di sana bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk mendatangkan wisatawan.
Namun, hal tersebut harus diantisipasi dan dikelola dengan baik, serta warga setempat harus bisa berdamai dengan keadaan.
“Mereka tidak buas, selama kita kasih makan juga tidak menyerang.
Jika diperlakukan baik, mereka juga berbuat baik," pungkas dia. (*)
Sebanyak 266 Warga Semarang Ganti Keterangan Kolom Agama di KTP Jadi Penghayat Kepercayaan |
![]() |
---|
Realisasi Rumah Subsidi di Semarang Lambat, Pemkot Wacanakan Hunian Vertikal |
![]() |
---|
Perbarui Data, Puluhan Penyandang Disabilitas di Semarang Baru Teridentifikasi |
![]() |
---|
Mentan Amran Klaim Operasi SPHP Tekan Harga Beras di 15 Provinsi, HPP dan NTP Naik |
![]() |
---|
Kelakuan Pelaku Pelecehan Gadis Disabilitas di Semarang, Ancam Keluarga Korban Usai Dipolisikan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.