Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Lezatnya Soto Bayam Mbak Karti, Warisan Ibu yang Tetap Hangat di Lidah dan Hati

Di Kampung Melayu, di antara deretan ruko tua, ada satu warung yang ramai dikerumuni pembeli, warung itu

Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG/Rezanda Akbar
SOTO BAYAM - Mbak Karti saat menghidangkan soto bayam kepada pelanggannya, seporsi soto bayam dihargai Rp12.000. TRIBUNJATENG.COM/REZANDA AKBAR D. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Di Kampung Melayu, di antara deretan ruko tua, ada satu warung yang ramai dikerumuni pembeli, warung itu memancarkan aroma khas pagi hari, Warung Mbak Karti berdiri dengan baliho biru bertuliskan nama warung dan menu andalannya.

Namun, siapa sangka, dari dapur kecil itulah aroma sedap kuah kaldu yang menggoda mampu menarik pelanggan setia, bahkan dari luar kota.

Menu andalan warung ini adalah soto bayam, bukan sekadar soto biasa.

Dengan komposisi sederhana bayam segar, tauge kukus, nasi hangat, dan potongan daging sapi empuk, soto ini menjadi sajian khas yang tak mudah dilupakan.

Tak seperti soto pada umumnya, soto bayam racikan Mbak Karti menawarkan pengalaman rasa yang segar, ringan namun kaya.

Perpaduan bayam dan tauge yang sudah dikukus, ditata rapi di atas nasi panas, kemudian disiram kuah kaldu sapi bening.

Kemudian diberi beberapa sendok, sambal kacang disiramkan menciptakan sensasi manis, gurih, dan pedas dalam satu suapan.

Rasanya langsung membangunkan lidah dan menghadirkan kehangatan yang menenangkan.

“Yang bikin beda memang sambal kacangnya,” ujar Karti, perempuan paruh baya yang kini meneruskan resep warisan ibunya.

“Dari dulu ibu saya selalu pakai sambal kacang, dan ternyata banyak yang suka. Rasanya jadi beda sama soto lain," katanya, Minggu (13/4/2025).

Karti mengaku, dia dulunya membantu sang ibu untuk menyiapkan dagangan, entah meracik memasak ataupun melayani pelanggan dari dia berusia anak sekolah.

Namun kini, Karti yang bertanggung jawab menjaga rasa dari menu andalan Soto Bayam agar tetap otentik dan terjaga keasliannya.

“Dulu saya bantuin ibu masak, nyiapin dagangan. Sekarang, giliran saya yang masak, tapi tetap pakai cara dan bumbu yang sama. Resepnya nggak saya ubah,” tuturnya.

Kini, Karti adalah generasi kedua yang meneruskan warisan kuliner keluarganya.

Setiap hari, mulai pukul 7 pagi hingga jam 4 sore, dia menyiapkan sajian yang telah menjadi favorit banyak warga Semarang dan sekitarnya.

Dengan harga yang ramah di kantong sekitar Rp12.000 per porsi yang sudah berisi tigaa irisan daging sapi yang besar dan memiliki tekstur empuk.

Namun pembeli juga bisa menambah lauk seperti gimbal, tempe, tahu, hingga telur goreng sesuai selera, dan tentu ada sedikit biaya tambahan.

 

Dari Pelanggan Setia Hingga Tradisi Keluarga

Banyak pembeli datang bukan hanya karena rasa, tapi juga karena ikatan emosional yang terbangun.

Seperti Dikin, salah satu pelanggan setia yang sudah 15 tahun tak pernah absen menyantap soto bayam Mbak Karti.

“Dulu warungnya di deket rel, sebelum pindah ke sini.

Rasanya tetap enak sampai sekarang, dagingnya empuk, sambal kacangnya juara,” ujar Dikin, yang kini tinggal di Boja, Kendal.

“Dari masih bujang waktu tinggal di Brotojoyo sampai sudah nikah, saya tetap ke sini. Sekarang kesini sama istri," tambahnya.

Pagi itu, tampak pula seorang pria muda datang sambil menggendong putrinya yang masih kecil.

Namanya Akbar, warga Kecamatan Semarang Utara. Dia terlihat akrab dengan suasana warung.

“Biasanya saya beli buat sarapan keluarga. Anak saya suka, istri juga, Rasanya itu ringan, tapi ngangenin.

Sambal kacangnya juga pas, nggak terlalu pedas," katanya sambil tersenyum, memperbaiki posisi gendongan putrinya.

Bagi Akbar, soto bayam Mbak Karti sudah menjadi bagian dari rutinitas pagi keluarganya.

 

Menu Tradisi yang Tak Tergantikan

Warung Mbak Karti buka setiap hari dari pukul 7 pagi hingga sekitar jam 4 sore, atau hingga dagangan habis.

Meski tampil sederhana, warung ini menyimpan nilai besar mempertahankan cita rasa tradisional, menyentuh kenangan masa kecil, dan terus menjadi bagian dari kehidupan warga sekitar.

Di tengah gempuran kuliner instan dan tren makanan kekinian, soto bayam justru berdiri dengan percaya diri mengandalkan kesederhanaan, kehangatan, dan rasa yang terus melekat di hati.

Satu suapan soto bayam tak hanya menyegarkan pagi, tapi juga membawa kita kembali pada kehangatan rumah, pada tangan-tangan ibu yang memasak dengan cinta. (Rad)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved