Wonosobo Hebat
Pemkab Wonosobo Dorong Literasi Digital Lewat Konten Edukasi Harian dan Akses Inklusif untuk Semua
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) terus menggalakkan literasi digital kepada masyarakat dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana edukasi.
Program one day, one educational content dilakukan untuk mengingatkan warga akan berbagai risiko bahaya di dunia digital saat ini.
Upaya ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk meningkatkan kesadaran digital masyarakat, di tengah pesatnya perkembangan teknologi, termasuk penggunaan kecerdasan buatan (AI).
Kepala Diskominfo Kabupaten Wonosobo, Fahmi Hidayat menuturkan butuh kerja sama berbagai pihak untuk memberikan pemahaman literasi digital bagi masyarakat.
"Kegiatan tatap muka kita mungkin belum begitu banyak misalnya 30-50 kali pertemuan klasikal dengan rata-rata peserta 30-40 orang itu kan masih sedikit.
Kami juga bikin podcast setahun ada 20-an podcast. Jadi kami juga ingin semua upaya-upaya itu dilakukan oleh banyak pihak," ungkapnya kepada tribunjateng.com, Jumat (16/5/2025).
Menurutnya tantangan dalam meningkatkan literasi digital di Wonosobo masih cukup besar.
Salah satunya adalah keterbatasan akses internet di sejumlah wilayah yang belum merata. Selain itu, kesenjangan generasi antara orang tua dan anak juga menjadi persoalan tersendiri.
"Generasi Z dan Alpha tumbuh di tengah teknologi canggih, sementara banyak orang tua dari generasi Baby Boomers atau Milenial belum sepenuhnya memahami dunia digital, sehingga pengawasan terhadap aktivitas digital anak sering kali tidak maksimal,” lanjutnya.
Fahmi menekankan pentingnya pemahaman akan empat aspek pilar literasi digital yakni digital knowledge, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital.
"Kalau literasi ini tidak dilakukan oleh semua individu ya kita sebagai masyarakat akan menerima akibatnya," imbuhnya.
Diskominfo Wonosobo juga rutin melakukan edukasi literasi digital ke sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman mengenai literasi digital pada generasi muda.
Kegiatan ini untuk membekali pelajar dengan pengetahuan dasar agar mereka mampu bersikap bijak, bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi, dan terhindar dari ancaman siber.
Dalam upaya meningkatkan literasi digital yang inklusif, Diskominfo Wonosobo terus mengembangkan berbagai alat bantu yang ramah bagi penyandang disabilitas, seperti teman-teman netra dan tuli.
Beberapa fitur yang sudah tersedia di website resmi antara lain voice to text, text to voice, dan kode khusus yang memungkinkan penyandang disabilitas netra untuk lebih mudah mengakses konten digital.
Langkah ini merupakan bagian dari komitmen agar literasi digital bisa menjangkau semua lapisan masyarakat.
"Tujuan utamanya adalah agar siapa pun, termasuk penyandang disabilitas, bisa berpartisipasi secara aktif, cerdas, dan aman di ruang digital," tambahnya.
Gerakan literasi digital inklusif ini juga didukung oleh berbagai lembaga dan komunitas, seperti Ikatan Disabilitas Wonosobo (IDW), Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Don Bosco, Dena Upakara, Tular Nalar, Mafindo, serta sejumlah sekolah-sekolah.
"Mereka bersama-sama mendorong agar penyandang disabilitas mendapat akses yang adil dalam edukasi digital terutama dalam memahami informasi yang benar, aman, dan bermanfaat," tandasnya.
Perkuat Literasi Digital untuk Penyandang Disabilitas Lewat Kelas Inklusif
Diskominfo Kabupaten Wonosobo merangkul semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas, untuk memperkuat literasi digital secara inklusif.
Beberapa kegiatan digelar untuk mendukung penguatan literasi digital bagi penyandang disabilitas seperti kegiatan bertajuk "Kelas Ayo Bareng Tular Nalar" yang berlangsung di sekolah Don Bosco Wonosobo pada Sabtu (3/5/2025).
Kegiatan ini menjadi langkah konkret dalam memastikan kelompok rentan tidak tertinggal dalam arus transformasi digital yang semakin cepat.
Dalam kegiatan ini dirancang khusus untuk meningkatkan pemahaman komunitas tuli terhadap manfaat dan risiko dunia digital, termasuk isu hoaks, penipuan daring, dan keamanan data pribadi ini.
Panitia menghadirkan fasilitator tuli yang dalam penyampaian materi menggunakan bahasa isyarat, sehingga kelas menjadi ruang belajar yang inklusif dan partisipatif.
Kepala Diskominfo Kabupaten Wonosobo, Fahmi Hidayat, menyampaikan, kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen bersama dalam membangun masyarakat digital yang inklusif.
Peserta diajak berinteraksi melalui permainan kelompok bertema digital yang menyenangkan, memperkuat pemahaman sekaligus membangun semangat kolaborasi.
“Di era digital yang serba cepat ini, akses terhadap informasi tidak boleh meninggalkan siapa pun, termasuk saudara-saudara kita dari komunitas tuli, Pemerintah Kabupaten Wonosobo sangat mendukung inisiatif seperti ini karena sejalan dengan semangat kami untuk membangun transformasi digital yang merata dan berkeadilan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga tentang kemampuan memilah informasi, mengenali potensi bahaya di dunia maya, serta membangun kesadaran akan hak dan keamanan digital.
“Penting bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk penyandang disabilitas, untuk mendapatkan ruang belajar yang setara agar mereka tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pelaku aktif dan kritis di ruang digital,” tambahnya.
Fahmi berharap, kegiatan seperti ini dapat terus dilanjutkan dan menjangkau komunitas disabilitas lainnya di berbagai wilayah Wonosobo, demi mewujudkan visi Kabupaten Wonosobo sebagai daerah yang inklusif dan adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi.
Sementara itu, Program Manager Tular Nalar Mafindo, Giri Lumakto, menambahkan bahwa edukasi digital yang inklusif merupakan kunci untuk memberdayakan komunitas tuli agar lebih siap menghadapi tantangan era digital.
Ia menyebut, kegiatan di Wonosobo ini sebagai yang pertama dari rangkaian kegiatan serupa yang akan digelar di enam daerah, termasuk Magelang dan Temanggung.
"Diharapkan, kegiatan ini dapat memperluas jangkauan literasi digital inklusif, serta menjadikan komunitas tuli sebagai bagian penting dalam menciptakan ruang digital yang aman, sehat, dan produktif," harapnya. (ima)