Berita Ungaran
Kisah Besek Bawa Berkah di Gemawang Kabupaten Semarang, Meningkatkan Ekonomi Perajin Bambu
Saat Iduladha 1446 H, para warga di dua dusun Kabupaten Semarang, Krajan dan Kerep menggunakan besek sebagai wadah daging kurban.
Penulis: Reza Gustav Pradana | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Upaya menjaga lingkungan tak harus selalu mahal atau rumit.
Di Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, solusi sederhana tapi berdampak besar justru datang dari tradisi lokal, yakni penggunaan besek bambu sebagai pengganti kantong plastik.
Program itu digagas langsung oleh pemerintah desa setempat dan dinilai mendapat sambutan positif dari warga.
Baca juga: Kunjungan Wisata di Banyumas Lesu Saat Libur Panjang Iduladha 2025
Satu di antara contohnya saat Iduladha 1446 H, para warga di dua dusun, Krajan dan Kerep menggunakan besek sebagai wadah daging kurban.
“Ini bagian dari program kami untuk pengelolaan sampah ramah lingkungan dengan mengurangi plastik dan memberdayakan perajin bambu,” ujar Kepala Desa Gemawang, Mahmudi ketika dihubungi pada Rabu (11/6/2025).
Menurut dia, penggunaan besek tak hanya mengurangi limbah plastik saat pembagian daging kurban, namun juga meningkatkan ekonomi para petani dan perajin anyaman bambu lokal.
Besek Jadi Solusi Ganda: Lingkungan Aman, Ekonomi Jalan
Saat Iduladha 2025 beberapa waktu lalu, Jumat (6/6/2025), setidaknya 400 kantong plastik telah digantikan dengan besek di dua dusun tersebut.
Mahmudi menambahkan, besek tidak hanya berfungsi sebagai wadah daging kurban, tapi juga bisa dimanfaatkan dalam acara lain, seperti wadah snack, souvenir, hingga tempat makan.
“Kalau hanya untuk kurban kan setahun sekali, otomatis ini akan kami dorong dan besek akan digunakan juga di momen lain.
Harga satu paket besek untuk kurban yang kami beli dipatok Rp3.000 per tangkap (buah),” imbuh dia.
Dana untuk pembelian besek nantinya akan diambil dari program ketahanan pangan, bila masyarakat mendukung penuh dan program berlanjut.
Menuju Ekspansi Program di Seluruh Dusun
Keberhasilan uji coba itu mendorong Pemdes Gemawang untuk memperluas penerapan besek ke dusun-dusun lain.
Persiapan berupa edukasi dan koordinasi dengan tokoh masyarakat akan dilakukan lebih awal.
“Ini langkah kecil, tapi bisa menumbuhkan kesadaran lingkungan yang besar,” pungkas Mahmudi.
Program itu juga sejalan dengan Peraturan Bupati Semarang No. 6/2019 tentang kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga, menjadikannya contoh sinergi antara kebijakan daerah dan inisiatif lokal berbasis budaya.
Dari Perajin Lokal untuk Kelestarian Alam
Satu di antara perajin anyaman bambu asal Dusun Kerep, Andri Jatmiko mengaku senang dengan adanya program tersebut.
“Biasanya kami hanya bikin untuk wadah ikan atau buah.
Sekarang pesanan melonjak, kami bisa produksi sampai 200 besek sehari,” kata dia.
Baca juga: Ribuan Penumpang Gunakan Kereta Api dari Stasiun Cepu Blora Selama Libur Iduladha
Dusun Kerep sendiri memiliki lebih dari 12 perajin aktif, sementara bambu sebagai bahan baku sangat melimpah dan mudah tumbuh di wilayah tersebut.
Program itu dinilai bukan sekadar substitusi plastik, tapi juga bentuk pelestarian kearifan lokal.
"Menggunakan besek bambu sebagai wadah daging kurban membantu kami berkelanjutan. Bambu di sini juga cepat tumbuh dan mudah" pungkas dia. (*)
Guru Matematika Jadi Pengajar Agama: Ironi Kekurangan Tenaga Pendidik di Kabupaten Semarang |
![]() |
---|
Tak Hanya Subsidi, Pemkab Semarang Siapkan Strategi Jangka Panjang Selamatkan Petani Tembakau |
![]() |
---|
227 Murid Dapat Makan Bergizi Gratis, Wiji Rahayu Bersyukur SLB Negeri Ungaran Ikut Diperhatikan |
![]() |
---|
Kisah Ariyanto Ikhlas Tak Ambil Kelebihan Bayar PBB, Meski Pemkab Semarang Membatalkan Kenaikan |
![]() |
---|
"Alhamdulillah Beban Ortu Berkurang", Respons Pedagang Kopi Usai Bupati Ngesti Batalkan Kenaikan PBB |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.