Wonosobo Hebat
Setengah Abad Eksis, KPRI Karya Husada Wonosobo Buktikan Koperasi Sehat Bisa Jadi Pilar Ekonomi
TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - KPRI Karya Husada tetap eksis dan tumbuh menjadi salah satu koperasi primer paling berpengaruh di Wonosobo.
Sejak berdiri tahun 1975, koperasi ini konsisten menghadirkan manfaat nyata bagi para anggotanya.
Koperasi ini disebut-sebut menjadi koperasi primer terbesar di Wonosobo, dan bahkan menempati peringkat ke-9 di Jawa Tengah dalam kategori koperasi pegawai berdasarkan aset dan keanggotaan.
Sekretaris KPRI Karya Husada Wonosobo, Rohmadi mengungkapkan, berdasarkan laporan keuangan hingga 31 Desember 2023/2024, aset koperasi ini telah mencapai Rp33 miliar.
Hal ini menjadi bukti nyata perkembangan koperasi yang dulunya hanya bermodal awal belasan ribu rupiah per anggota dan kini memiliki 700 an anggota aktif. Tak heran berbagai penghargaan pun berhasil diraih KPRI Karya Husada.
"Saat ini KPRI Karya Husada telah menjalankan berbagai unit usaha mulai dari simpan pinjam, mini market, hingga pengembangan usaha properti," ungkapnya saat ditemui tribunjateng.com, Rabu (11/6/2025).
Rohmadi menjelaskan, pada awal mulanya dibentuk koperasi ini keanggotaannya menghimpun seluruh pegawai di lingkungan dinas kesehatan, termasuk dari rumah sakit dan puskesmas.
Namun seiring berjalannya waktu keanggotaan di koperasi ini mengacu pada prinsip koperasi, keanggotaan harus didasarkan atas kesukarelaan. Calon anggota harus diberi pendidikan dan pemahaman terlebih dahulu sebelum mendaftar.
"Salah satu prinsip koperasi adalah demokrasi ekonomi dari, oleh, dan untuk anggota. Di koperasi kami, keanggotaan bersifat sukarela dan tidak ada unsur pemaksaan," ungkapnya.
Bukan hal yang mudah koperasi yang sudah berusia setengah abad ini bisa bertahan hingga detik ini. Pada awal tahun 1990-an, KPRI Karya Husada sempat terjadi krisis kepercayaan anggota akibat mismanagement hingga terjadi penyusutan jumlah anggota yang cukup drastis.
Meski begitu, KPRI Karya Husada tetap eksis dan terus berbenah hingga menjadi koperasi sehat dan berkembang seperti sekarang ini.
Sistem simpanan yang diterapkan koperasi ini mencakup simpanan wajib Rp200.000 per bulan, belanja wajib di toko koperasi Rp150.000, serta tabungan karya husada yang bisa diambil saat Lebaran minimal Rp50.000.
"Total komitmen anggota mencapai minimal Rp400.000 per bulan, bahkan bisa lebih tergantung inisiatif masing-masing anggota," ungkapnya.
Sistem Pembagian SHU dan pinjaman di koperasi ini menggunakan sistem yang telah ditetapkan pada rapat anggota tahunan di mana jasa pinjaman ditetapkan flat 0,6 persen per bulan, serta titipan anggota sebesar 0,3 persen dari pinjaman pokok, untuk kepentingan bersama.
"Total beban jasa menjadi 0,9 persen per bulan, jauh lebih rendah dibanding lembaga keuangan lainnya. Bahkan ternyata SHU kita paling besar di Wonosobo dan peringkat 9 di Jawa Tengah," jelasnya.
Rohmadi menyebut, komitmen menjaga kepercayaan anggota menjadi modal utama untuk menjaga eksistensinya koperasi ini. Ia menjelaskan, motivasi anggota untuk menyimpan dengan jumlah besar tiap bulan bukanlah karena paksaan, melainkan karena kepercayaan.
“Kami tunjukkan bahwa simpanan mereka bukan potongan, tetapi tabungan yang akan kembali dengan manfaat lebih besar tergantung keaktifan anggota,” ujarnya.
Koperasi KPRI Karya Husada rutin mengadakan dua kali Rapat Anggota Tahunan (RAT) dalam setahun untuk perencanaan dan pertanggungjawaban.
Koperasi juga telah menjalin kerja sama dengan pihak ketiga untuk mendapatkan pinjaman bergulir dengan bunga rendah guna menopang kebutuhan modal anggota.
Dalam hal digitalisasi, meskipun belum sepenuhnya menerapkan sistem e-banking, KPRI Karya Husada telah membuka layanan pinjaman melalui aplikasi pesan WhatsApp guna memudahkan komunikasi anggota.
Ia menambahkan tantangan terbesar koperasi saat ini adalah menurunnya partisipasi aktif anggota, terutama dalam aspek simpanan dan keterlibatan dalam kegiatan koperasi.
Ke depan, KPRI Karya Husada menargetkan pengembangan usaha lebih luas serta sistem keanggotaan yang adaptif terhadap kondisi ekonomi anggota, termasuk menyesuaikan iuran berdasarkan golongan pendapatan.
Semua ini untuk menjaga loyalitas dan keberlanjutan koperasi sebagai pilar ekonomi anggotanya.
“Kami terus mengedukasi bahwa koperasi bukan hanya tempat meminjam, tapi wadah untuk tumbuh bersama. Koperasi adalah milik bersama,” tandasnya. (ima)
Baca juga: Santika Indonesia Hotels & Resorts Hadirkan "GM For a Day", Program Kenalkan Perhotelan ke Si Kecil
Baca juga: Berikut Rangkaian Kegiatan Pesta Rakyat Slawi Ageng Mulai 11-14 Juni 2025 di Lapangan Pemkab Tegal
Baca juga: Industri Digital Jadi Harapan Baru Atasi Pengangguran di Kota Pekalongan