Wonosobo Hebat

Prosesi Atur Bulu Bekti, Simbol Syukur Bersama Warga Sapuran di Peringatan 200 Tahun Wonosobo

Ist. Diskominfo Wonosobo
PESTA RAKYAT - Masyarakat Kecamatan Sapuran meriahkan Pesta Rakyat Sapuran 2025 di Alun-alun Sapuran, Senin (14/7/2025). Kegiatan ini dalam rangka menyambut Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo. Prosesi istimewa Atur Bulu Bekti dihadirkan dalam kegiatan ini menjadi sebuah simbolisasi ketulusan seorang anak kepada orang tua, yang diwujudkan melalui penyerahan hasil bumi dari desa kepada pemerintah kecamatan. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Di tengah semarak peringatan dua abad Kabupaten Wonosobo, Kecamatan Sapuran menyampaikan pesan mendalam tentang arti kebersamaan, pelestarian budaya, dan rasa syukur melalui Pesta Rakyat 2025. 

Lebih dari sekadar perayaan, rangkaian kegiatan ini menjadi momentum bagi masyarakat untuk kembali merajut nilai-nilai kearifan lokal, menyatukan langkah seluruh desa, dan merayakan identitas Sapuran yang kaya akan tradisi. 

Dengan iringan seni, hasil bumi, dan semangat gotong royong, Sapuran menunjukkan bahwa peringatan hari jadi bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga harapan dan komitmen untuk masa depan yang lebih “MAPAN” yaitu Maju, Aman, Produktif, Adaptif, dan Nyaman.

Baca juga: Tekan Angka Putus Sekolah, Sekolah Rakyat Wonosobo Pakai Gedung BLK

Demikian ditegaskan Wakil Bupati Wonosobo, Amir Husein, dalam sambutannya saat menghadiri Pesta Rakyat Sapuran 2025 di Alun-alun Sapuran, Senin (14/7/2025).

“Apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat Kecamatan Sapuran yang telah menunjukkan kekompakan luar biasa dalam menyelenggarakan Kirab Budaya dan Serah Terima Panji. 

Kegiatan ini bukan sekadar ritual tahunan, melainkan sebuah pesan simbolik yang kuat tentang nilai kebersamaan, pelestarian budaya, serta semangat estafet antar generasi,” ungkapnya.

Husein menekankan, Hari Jadi ke-200 Wonosobo bukan hanya menjadi momen refleksi sejarah, tetapi juga waktu yang tepat untuk merumuskan arah masa depan yang lebih baik. 

Dalam konteks ini, budaya menjadi fondasi penting untuk membangun karakter masyarakat yang kuat, berdaya saing, dan memiliki rasa cinta terhadap tanah kelahiran.

Wakil Bupati juga memberikan apresiasi khusus terhadap inovasi yang ditampilkan dalam kegiatan, seperti keterlibatan semua desa.

Prosesi Atur Bulu Bekti, hingga pertunjukan musik nostalgia Sapoeran Berdendang yang menjadi warna baru dalam perayaan budaya di Wonosobo.

"Saya bangga melihat inovasi yang dihadirkan tahun ini. Bukan hanya karena kemeriahannya, tapi karena setiap elemen kegiatan menyentuh hati masyarakat. 

Ini bukti bahwa pemerintah dan warga bisa bersinergi menciptakan acara yang bukan hanya dirayakan, tapi juga dikenang," tuturnya.

Sementara itu, Camat Sapuran, Alfun Haka, menekankan bahwa konsep tahun ini berbeda dari pelaksanaan sebelumnya. 

Dengan mengangkat tema “Pesta Rakyat Sapuran”, kegiatan ini dirancang agar semua elemen masyarakat dapat turut merasakan kegembiraan.

"Tahun ini kita punya konsep berbeda. Kita usung tema Pesta Rakyat, artinya ketika pesta digelar, semua masyarakat harus merasa senang. 

Tidak hanya dihibur oleh berbagai kesenian, tetapi juga perutnya harus kenyang," jelasnya.

Alfun menambahkan, sebagai bentuk nyata dari semangat kebersamaan, setiap panggung hiburan juga menyediakan makanan berupa nasi bungkus yang dibagikan kepada masyarakat. 

Selain menampilkan seni budaya, seluruh desa juga menyumbangkan pasugatan atau daharan sebagai sajian untuk warga.

"Seluruh desa tidak hanya tampilkan kesenian, tapi juga membawa makanan khas masing-masing. 

Ada 4 panggung yang kami siapkan, masing-masing menampilkan kesenian yang sudah dikelompokkan, dan semuanya melibatkan 16 desa serta 1 kelurahan. Semua ikut berkontribusi," tambahnya.

Alfun juga menyoroti satu prosesi istimewa yakni “Atur Bulu Bekti”, sebuah simbolisasi ketulusan seorang anak kepada orang tua, yang diwujudkan melalui penyerahan hasil bumi dari desa kepada pemerintah kecamatan. 

Prosesi ini menjadi bagian penting dalam rangkaian Kirab Panji.

Baca juga: Sekolah Rakyat Wonosobo Buka MPLS, 100 Siswa Jalani Pemeriksaan Kesehatan Komprehensif

"Ini bukan sekadar tradisi simbolik. Atur Bulu Bekti menggambarkan rasa hormat dan syukur kepada leluhur dan pemimpin, dan ini dilakukan oleh semua desa. 

Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan serah terima panji, gelar budaya, dan ditutup dengan Kumbul Bujono, di mana semua masyarakat makan bersama, agar yang hadir merasa bahagia," pungkas Camat Sapuran.

Melalui perayaan ini, masyarakat kembali diingatkan bahwa warisan budaya adalah kekuatan untuk membangun jati diri dan kemajuan bersama. (ima)