Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ekspor Jateng

Ekspor Nonmigas Jateng Terbesar ke Amerika Serikat Capai 2.146,28 Juta USD Sepanjang 2025

Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Jawa Tengah periode Januari–Mei 2025 naik 5,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rival al manaf
Tribunjateng/Idayatul Rohimah
ilustrasi ekspor. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Ekspor nonmigas Jawa Tengah (Jateng) ke Amerika Serikat menduduki posisi pertama. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Jawa Tengah periode Januari–Mei 2025 naik 5,96 persen dibanding periode yang sama tahun 2024, yaitu dari US$4.522,64 juta menjadi US$4.792,22 juta.

Peningkatan ekspor Januari–Mei 2025 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 7,16 persen dari US$4.356,96 juta menjadi US$4.668,95 juta, sedangkan ekspor migas turun sebesar 25,59 persen, yaitu dari US$165,67 juta menjadi US$123,28 juta.

Baca juga: Produksi Sidat di Cilacap Masih Rendah, Padahal Pasar Ekspor Jepang Terbuka Lebar

Baca juga: Ekspor Garmen Jateng ke AS Cukup Besar, Tarif Impor Dari Trump Jadi Pukulan Besar

Ekspor nonmigas terbesar adalah ke Amerika Serikat yaitu US$2.146,28 juta sepanjang Januari–Mei 2025.
 
Sepanjang 2025, ekspor Indonesia ke Amerika Serikat 1,58 miliar USD. Pada 2024 lalu, angka ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencapai  US$3,18 miliar.

Angka tersebut naik dibanding 2023 yang hanya US$ 2,49 miliar. 

Namun, kebijakan tarif impor sebesar 32 persen yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang rencananya bakal diberlakukan mulai 1 Agustus 2025 menjadi ancaman tersendiri bagi ekspor Indonesia. 

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah telah menyiapkan sejumlah strategi agar roda perekonomian, khususnya ekspor tetap bisa bergerak positif. 

Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra menegaskan, dampak dari kebijakan tarif Trump bukan sekadar soal angka ekspor yang menurun.

Kebijakan ini dirancang demi menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri Amerika Serikat, dengan cara mempersulit produk asing masuk pasar mereka.

Imbasnya, ekspor dari Indonesia terutama dari Jateng berpotensi terganggu.

Kendati demikian, menurut dia, kebijakan itu tidak berarti menutup peluang. Dibutuhkan langkah strategis agar produk Indonesua tetap bisa eksis di negeri Paman Sam. 

Dia mencontohkan, satu langkah yang bisa dilakukan mendirikan pabrik di Amerika Serikat. Produk Indonesia tidak lagi dipandang sebagai produk impor, tapi produk lokal di sana. Dengan demikian, tantangan tarif bisa dihindari secara langsung. Namun, tidak semua pelaku usaha mampu melakukan langkah tersebut. 

Strategi lain, BI Jateng menawarkan pendekatan lain yakni mengalihkan fokus ke negara-negara tujuan ekspor yang lebih potensial dan terbuka.

"Kami menyarankan agar pelaku usaha atau bahkan pemerintah daerah mulai mencari alternatif pasar baru. Kerja sama bilateral dengan negara-negara lain bisa menjadi opsi yang lebih menjanjikan," papar Rahmat, Rabu (16/7/2025). 

Deputi Kepala Perwakilan BI Jateng, Andi Reina Sari menambahkan, Indonesia bisa memperkuat pasar domestik. Dengan penduduk lebih dari 270 juta jiwa, menurut dia, negeri ini punya potensi besar dalam pemasaran produk. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved