Wonosobo Hebat

Peringati Hari Jadi ke-200, Wonosobo Gelar Ziarah ke Makam Para Tokoh Pendiri

Ist. Diskominfo Wonosobo
ZIARAH MAKAM - Ziarah makam K.H. Asmorosufi di Bendosari, Jumat (18/7/2025). Beliau merupakan salah satu tokoh pendiri Wonosobo yang berjasa besar dalam membangun daerah ini. Kegiatan ini termasuk rangkaian menyambut Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo. 

TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO - Ziarah ke makam para tokoh pendiri menjadi agenda utama dalam rangkaian Hari Jadi ke-200 Kabupaten Wonosobo. 

Kegiatan ini dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan refleksi atas perjuangan para leluhur daerah.

Wakil Ketua DPRD Wonosobo, Achmad Faqih ikut langsung dalam kegiatan, ziarah ke makam K.H. Asmorosufi di Bendosari, Kecamatan Sapuran, pada Jumat (18/7/2025). 

Ia menyebut, K.H. Asmorosufi adalah salah satu tokoh pendiri Wonosobo yang berjasa besar dalam membangun daerah ini hingga akhir hayatnya.

“Inspirasi dan impian besar mereka menjadi tugas dan kewajiban generasi saat ini untuk mewujudkannya,” ucapnya.

Faqih menambahkan bahwa ziarah ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi juga menjadi ajang merenung dan mengenang perjuangan para tokoh terdahulu, sekaligus menumbuhkan semangat untuk melanjutkan perjuangan mereka.

"Kita harus terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang telah mereka tanamkan. 

Semangat kebersamaan dan gotong royong harus menjadi landasan kita dalam membangun Wonosobo," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Achid Mu’afi, keturunan ke-8 K.H. Asmorosufi, juga menjelaskan tentang sejarah perjuangan tokoh luar biasa ini.

Ia mengatakan, K.H. Asmorosufi adalah sosok penyebar Islam yang datang dari lingkungan keraton dan menetap di Bendosari. 

Nama aslinya ialah Raden Ngabei Sutomarti II, yang merupakan keturunan ke-9 dari Prabu Brawijaya V. 

Beliau adalah sosok ulama dan pejuang yang mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajahan Belanda. 

"Di Bendosari inilah beliau membangun pusat dakwah Islam dan mendirikan masjid serta pesantren yang kemudian menjadi cikal bakal berkembangnya Islam di Wonosobo,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa perjuangan K.H. Asmorosufi tidak berhenti di beliau, tetapi dilanjutkan oleh anak dan keturunannya ke berbagai penjuru Wonosobo. 

Tradisi khoul atau peringatan wafat beliau masih dilestarikan hingga kini.

“Sebagai generasi penerus, kami merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga ajaran, nilai perjuangan, dan semangat dakwah beliau. 

Ziarah ini bukan hanya tradisi, tetapi juga momentum spiritual dan sejarah yang penting bagi kami semua,” pungkasnya.

Selain di makam K.H. Asmorosufi, ziarah juga dilakukan ke sejumlah tokoh lain yang berjasa dalam sejarah Wonosobo, seperti makam K.H. Muntaha Al Hafidz (Deroduwur, Mojotengah), makam Ki Ageng Wanasaba (Plobangan, Selomerto), makam Tumenggung Jogonegoro (Pakuncen, Selomerto), makam Tumenggung Selomanik (Kaliwiro).

Kemudian makam Tumenggung Mangun Kusumo, makam Tumenggung Tjokrohadisoerjo (Ketinggring, Wonosobo), makam KH. R. Abdul Fatah (Sigedong, Kepil), dan makam KRT Setjinegoro (Desa Payaman, Secang, Magelang). (ima)

Baca juga: Alarm Merah di Brebes dan Semarang: Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Melonjak Tajam!

Baca juga: Plt Bupati Purbalingga Ajak Wartawan Jadi Garda Terdepan Lawan Hoaks dan Edukasi Publik

Baca juga: Hasil Babak I Skor 1-0 Timnas U-23 Indonesia Vs Filipina Piala AFF U23, Tuah Lemparan Jauh Robi!